Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ada Rasa Haru Ketika Mimbar Gereja Pindah ke Rumah

22 Maret 2020   13:50 Diperbarui: 23 Maret 2020   11:40 1830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
facebook.com/anitasia.hulu

Kasus Covid-19 hanya merupakan salah satu pintu masuk yang baru untuk membangun nilai kepatuhan bagi Indonesia. Sebab, masih banyak lagi kasus-kasus yang akan terus menerpa negeri ini sebagai konsekuensi dari posisi Indonesia yang berada dalam ring-fire area, yang sering munculnya bencana alam seperti gempa bumi, banjir, dan lain-lain.

Kedepan, nilai kepatuhan masyarakat akan menjadi kebutuhan yang sangat vital agar bencana apapun yang akan datang dapat dihadapi dan diselesaikan dengan efektif.

Kelima, mimbar gereja pindah ke rumah sebuah simpul revolusioner dalam mengadakan ibadah ketika kemajuan teknologi, informasi, komunikasi berbasis internet telah menegaskan kehadirannya bagi mendefinisikan hubungan sosial antar manusia di muka bumi ini.

Alergi terhadap penggunaan teknologi, informasi, dan komunikasi atau disingkat ICT -- Information, Communication dan Technology, yang berbasis internet harus dibuang jauh-jauh. Sebaliknya, teknologi diciptakan oleh manusia untuk membuat hidup manusia lebih mudah, efisien dan efektif.

Memang, polemik apakah teknologi menguasai manusia atau manusia menguasai teknologi, merupakan sisi lain yang menjadi pergumulan saat ini. Artinya, harus ada rumusan ulang tentang peran ICT dalam membangun hidup manusia yang lebih baik, maju dan tetap berada dalam kendali Tuhan Yang Maha Kuasa. Ini tentu soal lain yang butuh ruang khusus untuk didiskusikan.

Ibadah di Rumah: Ada Rasa Haru Mengalir

Ketika beribadah di rumah artinya mimbar gereja yang selama ini ada di gedung-gedung gereja dipindahkan di rumah masing-masing jemaat. Dengan demikian, mimbar gereja itu tidak lagi sepenuhnya ada di gereja, tetapi di rumah umat sebagai persekutuan keluarga juga termasuk mimbar gereja yang memiliki nilai yang sama dengan mimbar gereja yang ada di gedung gereja.

Kami sekeluarga menjalani ibadah dir umah dengan pengalaman yang unik. Selain karena kami hanya berlima dengan anak-anak, juga karena harus dilakukan melalui Video YouTube yang sudah dishare sejak pagi hari oleh Majelis Jemaat.

facebook.com/anitasia.hulu
facebook.com/anitasia.hulu
Ada perasaan harus mengalir dalam diri kami bersama-sama ketika mengikuti dengan seksama urutan ibadah, yang kami saksikan melalui layar laptop di rumah, Dan satu jam tidak terasa berlalu dengan cepat dengan duduk bersama layaknya sedang berada di gereja.

Saat selesai ibadah, kami semua saling berbagi, sharing, dan hasilnya sama, yaitu nampak lebih efektif merasakan pesan ibadah di rumah ketimbang di gereja. Pesan pemberitaan Firman Tuhan bisa dicerna dengan lebih banyak dan mudah karena hanya fokus tanpa ada gangguan dari kiri dan kanan.

Bila ini yang terjadi, dipastikan ibadah ini akan membawa perubahan dalam diri umat yang diharapkan menjadi penopang dalam memperkuat diri dan ketahanan hidup dalam segala situasi. Termasuk saat ini, ketika harus memiliki daya tahan tubuh dan jiwa serta psikis nan spiritual untuk melawan wabah Covid-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun