Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ayah dan Paman menjadi Ancaman Inses bagi Anak-anak Perempuan

8 Maret 2020   18:38 Diperbarui: 8 Maret 2020   20:54 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: voaindonesia.com

I.

Memperingati hari perempuan sedunia yang jatuh pada tanggal 8 Maret 2020 ditandai dengan Komnas Perempuan Indonesia meluncurkan catatan tahunan mereka tentang berbagai masalah kekerasan dan ketikadilan yang dialami oleh perempuan Indonesia terutama selama tahun 2019.

Secara keseluruhan, situasi yang dihadapi oleh perempuan di negeri ini bukan semakin aman, nyaman dan baik, tetapi berbagai kejahatan dan ketidakadilan bertumbuh dan meningkat secara signifikan. Bahkan kalau tidak ada langkah-langkah serius diambil, situasinya akan semakin memprihatinkan.

Salah satu yang sangat memprihatinkan adalah kekerasan yang dialami oleh anak-anak perempuan di dalam keluarga. Ada pertumbuhan kejahatan yang yang sangat tinggi di tahun 2019. Seperti yang diberitakan oleh kompas.com, kejahatan seksual yang dialami oleh anak-anak perempuan  terutama datangnya dari ayahnya sendiri dan juga paman dari anak-anak perempuan itu. Komnas perempuan mencatat pelaku inses tertinggi dilakukan oleh ayah dan paman si anak perempuan.

Tahun 2019 terjadi 2.341 kasus kekerasan kepada anak perempuan. Angka ini merupakan kenaikan 65% dibandingkan tahun 2018 yang hanya berjumlah 1.417 kasus saja, dengan 770 kasus inses saja.

Dominasi kasus inses merupakan indikator yang sangat buruk dan memprihatinkan sebagai cerminan kalau anak-anak perempuan di dalam keluarga sejak usia dini dan anak-anak tidak lagi aman. Dan lebih memprihatinkan lagi karena dilakukan oleh orang terdekatnya, yaitu ayahnya sendiri, atau ayah tiri, maupun paman dari si korban. Tidak hanya kasus inses saja, tetapi angka yang hampir sama juga terjadi dengan kasus perkosaan yang dialami oleh perempuan dalam keluarga.

II.

Bila dilihat angka-angka pertumbuhan angka kekerasan terhadap perempuan yang meningkat sampai 792%  atau berlipat delapan dalam dalam dua belas tahun terakhir ini, menjadi indikasi yang sangat kuat kalau pemerintah masih belum optimal memberikan perhatian pada kekerasan terhadap perempuan.

Kendati sudah ada Komnas Perempuan, tetapi nampaknya efektivitas dari komisi ini belum terlalu signifikan, bahkan seakan-akan ketinggalan jauh langkah mereka ketimbang perkembangan kasus yang  terjadi bagaikan deret ukur saja.

Dilansir dari voaindonesia.com  bahwa sepanjang tahun 2019 431.471 kasus terjadi di tahun 2019, dan angka ini menjelaskan peningkatan 6% ketimbang tahun 2018 yang hanya sebanyak 406.178 kasus saja, seperti yang disampaikan oleh Komisioner Komnas Perempuan.

"Bahwa dalam kurun waktu 12 tahun, kekerasan terhadap perempuan meningkat 792 persen atau hampir 800 persen. Yang artinya kekerasan terhadap perempuan Indonesia meningkat hampir 8 kali lipat," jelas Mariana di Jakarta, Jumat (6/3/2020).

Dengan maraknya media sosial yang nyaris telah mengurung dan menguasai dinamika kehidupan sosial masyarakat saat ini, maka kekerasan kepada perempuan juga terus meningkat. Terutama di area siber yang nampaknya tidak begitu mudah bagi Komnas Perempuan untuk mengikutinya. Disamping aspek hukum yang mendukungnya masih belum tersedia.

Akibatnya, media sosial menjadi sarana untuk melakukan kekerasan bagi perempuan seperti ancaman, intimidasi, video porno, bahkan penyebaran foto-foto yang merugikan perempuan.

III.

Nampaknya catatan tahunan Komnas Perempuan ini, menjadi catatan buram bagi kehidupan keseharian kaum perempuan di Indonesia. Catatan buram karena data dan angka menjelaskan peningkatan yang serius kekerasan bahkan kejahatan yang dialami oleh perempuan.

Mulai dari anak-anak perempuan usia dini dan anak-anak, hingga perempuan dewasa dalam menjalankan kehidupan keseharian.

Ini tentu sangat berbahaya, dan menjadi aspek negatif dan tentu kerugian bagi  republik ini kalau tidak ada langkah-langkah konkrit pencegahan dalam segala dimensi dan arena.

Mengapa demikian? Karena harus diakui bahwa perempuan merupakan sumber daya yang sangat vital bagi pembangunan suatu bangsa  dan negara. Secara global saja, jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari laki-laki. Pun menjadi benteng pertahanan dan ketahanan dalam kehidupan keluarga adalah perempuan.

Di sejumlah negeri maju, telah terbukti bahwa perempuan mempunyai kesempatan yang sama dalam menduduki beragam jabatan dan peluang baik di bidang pemerintahan, bisnis, sosial dan kemasyarakatan lainnya.

Akan tetapi, melihat paparan catatan buram dari Komnas Perempuan untuk tahun 2019, dan terutama 10 tahun terakhir ini, menjadi lonceng nyaring bagi pemerintah untuk serius menangani kekerasan dan kejahatan kepada perempuan ini.

Semoga di tahun 2020 ini, kekerasan dan kejahatan seksual bagi anak-anak perempuan dapat semakin menurun. Agar tidak lagi kita mendengar anak-anak perempuan menjadi korban kebejatan dari ayah sendiri atau paman sendiri!

Selamat Hari Perempuan se Dunia Minggu 8 Maret 2020!

Yupiter Gulo, 8 Maret 2020

Referensi : 1  2  3  4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun