Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Apakah Pemerintah Masih Kompromi Pemulangan Eks ISIS?

11 Februari 2020   19:09 Diperbarui: 12 Februari 2020   09:39 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KOMPASCOM / KRISTIANTO PURNOMO

Penjelasan Mahfud MD menjadi sangat jernih, bahwa alasan utama penolakan pemerintah untuk memulangkan eks ISIS  yaitu timbulnya keresahan ditengah masyarakat secara langsung. Dan tentu saja jalan satu-satunya untuk meredakan keresahan itu, menolak wacana pemulangan eks ISIS ini. 

Jumlah sebanyak 689 WNI yang diduga eks ISIS bukan main-main. Jangankan 689 orang, satu atau tiga orang saja bisa menghancurkan negeri ini. 

Lihat saja kasus Bom Bali 1 dan 2, Kasus Bom JW Marriot, dan Bom Surabaya, yang dilakukan hanya segelintir orang tetapi dampak kerusakan yang ditimbulkan sangat mengerikan.

Namun begitu, pemerintah masih mengembangkan sikap kompromis dengan mantan ISIS ini. Hal itu nampak dari keputusan perkecualiaan untuk anak-anak berusia dibawah 10 tahun, walaupun case by case, seperti diberitakan oleh kompas.com.

Mahfud mengatakan, berdasarkan data dari Central Inteligence Agency (CIA), ada 689 WNI yang sebagian besar terduga eks ISIS dan tersebar di Turki, Suriah, dan beberapa negara lain.  Meski demikian, pemerintah membuka opsi pemulangan anak-anak berusia di bawah 10 tahun yang turut dibawa orangtua mereka yang berstatus terduga eks ISIS. "Tapi, kita lihat case by case (untuk pemulangan anak usia di bawah 10 tahun)," ucap Mahfud.

Bagian kompromi ini menjadi sebuah tanda tanya publik. Apakah dengan memulangkan anak-anak mereka yang berumur dibawah 10 tahun memiliki implikasi yang berbahaya ?

YupG, 11 Februari 2o20

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun