Tentu saja ini tidak bermaksud menyetujui dan mengamini cara Pemda menangani banjir yang terlalu banyak retorika dan alasan-alasan klise, tetapi warga negeri ini harus bijaksana untuk mengelola keadaan yang dihadapi.
Warga harus mengandalkan diri sendiri menghadapi bencana banjir yang mungkin akan mampir ke rumah masing-masing. Artinya, lakukan langkah-langkah konkrit yang bisa menyelamatkan situasi masing-masing. Kalau memang rumahnya langganan banjir yang mampir hingga ke atap rumah, sebaiknya pindah saja dari sana. Kalau tidak bisa pindah karena keadaan keuangan, maka selamatkanlah semua barang-barang berharga agar tidak hancur ketika banjir datang. Miliki fasilitas dalam rumah yang minimalis saja yang kalau kena banjir tidak akan banyak kerugiannya.
Pesan pentingnya adalah jangan pernah reaktif terhadap bencana apapun, terutama banjir. Tapi bersikap responsif mulai sekarang. Asumsikan saja bahwa besok atau nanti malam akan ada banjir besar. Dan karenanya bersiaplah untuk menyelamatkan semua barang-barang berharga Anda. Paling tidak hingga selesai musim hujan sesuai peringatan dari BMKG
Bersikap reaktif, apalagi menyalahkan gubernur dan orang lain, hanya akan menambah beban Anda dan penderitaan yang dialami tidak akan pernah berkurang barang satu jengkalpun. Nah, kalau itu yang terjadi, bersiaplah dengan sikap responsif dan bukan reaktif.
Bahwa disana ada tanggungjawab pemerintah daerah, ada tanggungjawab gubernur, bupati dan wali kota itu semua benar. Tetapi ketika mereka tidak mampu berbuat apa-apa, maka warga juga tidak bisa berbuat apa apa. Ini menjadi pelajaran politik yang sangat mahal. Artinya, ketika memilih kepala daerah, hendaknya warga mengkritisi dan memilih pimpinan yang memang mampu memimpin warganya terutama ketika bencana seperti banjir ini datang.
YupG. 24 Januari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H