Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seorang Ibu adalah Guru Sejati bagi Anak

22 Desember 2019   07:39 Diperbarui: 22 Desember 2019   15:07 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hiruk pikuk dunia pendidikan dan pembelajaran kita, mulai dari urusan proses belajar dan mengajar hingga penghapusan atau penggantian UN dan berbagai metode evaluasi dan penilaian yang ujungnya hanya satu yaitu bagaimana agar siswa bisa berubah, diubah menjadi seorang yang memiliki karakter dan kompetensi handal dan aplikebel.

Tetapi, sesungguhnya, bila jujur semua mengakui bahwa model yang paling bagus bagi semua guru, dosen dan pengajar hanya satu yaitu IBU. Betul, seorang Ibu yang merupakan sosok guru dalam kehidupan setiap orang anak. 

Seorang Ibu adalah sosok guru yang sangat komplit dan komprehensif dan nyaris tidak ada yang terlupakan bagi seorang Ibu dalam mengubah anaknya menjadi sosok pribadi yang memiliki karakter yang praktis, implementatif dan nyata hasil yang dicapainya.

Bukan main-main, apalagi mempermainkan anak-anaknya. Tetapi dan bahkan menyangkut mati hidupnya seorang anak. Ada ditangan seorang Ibu dan bukan di tangan seorang ayah.

Tidak peduli, apakah seorang Ibu itu adalah sarjana atau tidak sekolah, mampu membaca atau tidak bisa membaca, mengerti teknologi cangkih atau buta huruf dan gagap teklonogi, kaya atau miskin, memiliki pekerjaan tetap atau hanya sekedar ibu rumah tangga.

Tetapi, ditangan seorang Ibu seorang anak berubah menjadi sosok yang tangguh dan berkepribadian sebagai manusia.

Ibu adalah seorang manajer pendidikan yang baik, utuh dan komprehensif dalam mengelola anak-anaknya menjadi manusia yang berhasil. Jangan bicara ketika anak-anaknya sudah di sekolah. Tetapi, ketika anak-anak masih di dalam kandungan, Ibu sudah melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya bagi anak yang sedang dikandungnya.

Di jaga seperti menjaga nyawanya di dalam kandungan, dengan makan yang bergizi dan baik. Dan berkutat dengan mati atau hidup saat melahirkan, dan pelan-pelan membesarkan, menjaga, merawat dan memenuhi segala kebutuhan. Bukan saja makan dan minum tetapi juga kebutuhan psikis, spiritual, sosial, emosional dan seluruhnya ada ditangan seorang Ibu.

Jangan ajarin seorang Ibu bagaimana mengevaluasi atau menilai kemajuan dan perubahan anak. Walaupun dia tidak sekolah untuk pendidikan, tetapi dia mampu menceritakan 1001 macam cara yang dilakukan untuk mengubah anaknya menjadi lebih baik.

Dan ketika anak-anak sekolah, mulai PAUD atau kelompok bermain, seorang Ibu terus mengikuti bagaimana perubahan yang dialami seorang anak. Guru bisa gagal mengajari siswa tetapi Ibu memimiliki segudang informasi tentang track record anak-anaknya sehingga sangat mengerti masalah yang dihadapi oleh anaknya. Dan karenanya solusinya juga dia yang paling tahu agar anak berhasil dengan baik.

Tidak berhenti ketika anak sekolah, seorang Ibu mengawal habis anak-anaknya di luar arena sekolah. Dan tentu saja ini pekerjaan yang sangat tidak mudah bagi setiap orang. Seorang bapak bisa menyerah, tetapi seorang Ibu tidak pernah menyerah. Karena dia melakukannya dengan penuh tekad bulat, bahkan rela mati demi anak-anaknya sekalipun nyawa melayang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun