Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pelajaran Mahal tentang "Compliance" dari Kasus Garuda Indonesia

6 Desember 2019   09:02 Diperbarui: 6 Desember 2019   20:46 9873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan seperti publik sudah memahami semua, setelah Menteri BUMN waktu itu turun tangan, akhirnya pada Agustus diumumkan kalau Garuda Indonesia bukan untung sekian triliun sesuai laporan keuangan awal, tetapi malah rugi dengan angka yang fantastis diatas Rp 2 triliun rupiah. Yang semula dicatat sebagai keuntungan.

Bersyukur negeri ini, karena waktu itu Menteri Keuangan SMI cepat bertindak, langsung membekukan badan hukum dua KAP yang mengaudit PT Garuda Indonesia. Dan Menteri BUMN juga bertindak cepat untuk meluruskan semua laporan  keuangan garuda secara benar.

Dan kali ini, Garuda bikin blunder yang maha dahsyat dengan memasukkan barang ilegal ke Indonesia, yaitu spare part dari Harley Davidson dan sepeda mewah yang diseludupkan dalam pesawat garuda yang baru dibeli dari Perancis.

Lagi-lagi negeri ini bersyukur karena kali Menteri BUMN lebih cepat bertindak dengan memecat orang nomor satu di PT Garuda Indonesia daari jabatan yang sangat terhormat yaitu Direktur Utama. 

Bagian ini menarik, karena walaupun Erick Thohir sudah meminta untuk mengundurkan diri sebelum dia memecat dengan tidak hormat, tetapi nampaknya Dirut Garuda tidak bergeming. 

Hmm... ERick Thohir dalam hitungan jam take action dan memecat. Ini sebuah tahapan manajamen yang sangat keren bagi seorang pengendali semua BUMN. 

Dua kejadian diatas merupakan indikator yang sangat kuat tentang Compliance Management dalam tubuh PT Garuda Indonesia tidak dijalankan dengan benar dan profesional. Bahkan jauh dari standar profesional level dunia misalnya.

Bahkan dua kejadian yang terjadi dalam kurun waktu 5 bulan terakhir merupakan indikator kuat bahwa sesungguhnya selama ini, PT Garuda Indonesia tidak dikelola secara GCG dan jauh dari profesional sebagai tuntutan dari perusahaan yang sudah Go Public.

Pada level ini, Manajemen Garuda Indonesia sesungguhnya telah mencederai keadilan publik terutama pemegang saham Garuda, dan publik yang selama ini setia menggunakan jasa garuda, bahkan sebagai BUMN juga mengkhianati kepentingan publik sebagai penunjang kemajuan pembangunan bangsa ini.

Harus dimengerti bahwa era sekarang ini merupakan eranya Complince Management. Perusahaan akan sukses kalau mampu menjadi dan memelihara kepatuhan dalam segala hal. 

Karena sesungguhnya yang dipertaruhkan ketika perusahaan tidak patuh adalah reputasi dan masa depan perusahaan. Bayangkan kalau sebuah perusahaan rusak reputasinya, maka dia tidak akan dipercaya lagi oleh pelanggan, market dan semua stakeholder nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun