Tidak ada yang lebih menantang tetapi juga menyedihkan daripada mengikuti seorang pemimpin yang merasa basi, kadaluarsa, jadul, selalu telat, tak mengikuti perkembangan zaman, bahkan gagap teknologi.
Sangat mungkin, Anda termasuk bahkan sedang berada dalam situasi yang sangat "menyedihkan" tersebut. Betul, bisa saja saat ini Anda mengikuti seorang pemimpin yang merasa hari-hari terbaiknya ada di belakangnya dan tidak ada yang menarik tentang masa depan.Â
Atau bahkan mungkin Anda pernah merasakan hal ini dalam diri Anda sendiri.
Inilah contoh pemimpin yang hidup di masa lalu, dan tidak memiliki perspektif masa depan. Jangankan perspektif yang segar, perspektif yang benar dan on the track saja sudah bagus.
Bila keadaan ini yang sedang terjadi, dipastikan, organisasi tersebut tidak memiliki masa depan. Dan apabila Anda sedang berada di bawah kendali pemimpin yang tidak memiliki perspektif yang segar, lebih baik pikirkan untuk mencari tempat lain yang pimpinannya memiliki fresh perspective.
Menjaga perspektif baru sangat penting bagi pemimpin.
Jika Anda merasa jadul, atau merasa seperti hari-hari terbaik Anda ada di belakang Anda, bahkan di masa lalu Anda, cepat sadar dan berubah segera bila tidak mau mengalami kesulitan di dalam hidup Anda.
Ingat, tidak ada satu orangpun yang mau mengekor dan mengikuti seseorang pemimpin yang hanya melihat ke belakang, dan memiliki perspektif yang basi dan busuk dan bukan perspektif yang baru dan segar jauh ke masa depan yang hendak dituju dan diraih.
Suka atau tidak, kenyataan memperlihatkan bahwa masih banyak pemimpin yang penuh dengan romatika masa lalu, kejayaan dan kehebatan di masa lalu, bahkan jauh sekali di masa lalu.Â
Pemimpin semacam ini, nyaris tidak memiliki pandangan tentang masa depan. Bahkan masa depan dilihat dalam perspektif masa lalu. Sebuah cara pandang yang basi dan busuk.
Ada 8 macam cara agar tetap dalam perspektif baru.
Percayalah, bahwa sebagai seorang pemimpin, Anda tidak pernah akan bisa berubah kalau tidak memulai mengubah perspektif Anda. Bahkan saat tidak memiliki alat dan tahu caranya, tetap saja tidak mampu memelihara perspektif yang segar dalam memimpin.