Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Agar Tidak Menjadi "Budak" Teknologi di Era Digital

15 November 2019   16:48 Diperbarui: 15 November 2019   18:01 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah kita dapat mengubahnya? Secara fisik tentu tidak bisa; tetapi hati, perasaan dan cara pandang kita bisa mengubahnya dengan reframing. Maka kita ganti cara pandang, dengan cara berpikir begini: "bila hujan deras kita bersyukur, petani dan hutan senang, mendapatkan air yang sangat dibutuhkan."

Bila matahari  bersinar terik, bersyukur mereka yang menjemur (batik tradisional, penjemuran ikan atau penjemuran kopi dan buah kakao, sangat bersyukur), mari ikut bersyukur. Dalam usaha reframing dibutuhkan adaptasi, penyesuaian diri.

Dalam menghadapi hal-hal negatif perlu adaptasi. Bahkan bila ada seseorang dirundung duka karena anggota keluarga meninggal, anggota keluarga yang sangat dicintai; tentu normalnya kita berduka, namun kita diberi kemampuan adaptasi untuk reframing perasaan hati dan cara berpikir kita untuk tidak berlama-lama merasakan duka yang dapat menghambat bekerja kita secara normal.

Demikian pula peristiwa, musibah, yang sudah terjadi dimasa lalu  itu sudah menjadi history, tidak ada gunanya disesali. Memang, jika kita berbuat salah dan sadar akan kesalahan kita, kita menyesali dan mohon maaf kepada yang dirugikan karena kesalahan kita, utamanya kita mohon ampun pada Yang Kuasa. Namun dianjurkan segera reframing; bangkit kembali untuk melakukan lebih baik, berkarakter lebih positif!

Acuan berkarakter baik mungkin mudah dituliskan dalam halaman ini, namun bagaimana melaksanakannya? Jawabannya: hanya kita sendiri, hanya saudara sendirilah yang dapat reframing, merubah pandangan. Merubah dan beradaptasi dari keadaan/suasana negatif menjadikan positif. Hanya kita masing-masing-lah yang bertanggungjawab atas diri pribadi kita, jadi harus bertekad sungguh-sungguh untuk dapat merubah suasana atau keadaan negatif menjadikan positif. Darimana kita mengetahui kapan harus reframing? Jika kita "eling" sadar, dekat dengan suara Sang Pencipta, dekat pada kebaikan Ilahi, kita akan diberikan "suara hati", suara sanubari yang membisikkan kapan harus bersikap tidak negatif, menolak karakter jelek mengambil sikap karakter positif.

Tidak perlu nasehat muluk-muluk, sesungguhnya kita masing-masing sudah mengetahui "Bertanggung Jawab pada Diri Sendiri!" Namun dengan mengikuti acuan yang telah kita baca, akan lebih membukakan pandangan, membuka suara hati, kasarnya membuka otak -- cara pandang dari negatif yang kita sadari tidak baik dan selanjutnya kedepan mau berlaku positif! Semoga!

Catatan : Kiriman artikel dari sahabat baik, Ludwig Suparmo - Lead Trainier: Crisis, Issue, and Risk Management, Conflict Management and No Stress Management.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun