Tetapi dengan 3 point hasil pertemuan Surya Paloh dengan ketua PKS itu juga menjadi kaki Nasdem yang satu. Lalu, bagiamana Nasdem memainkan peran ganda seperti itu? Mungkinkah Suraya Paloh akan menarik semua menterinya dari KIM? Atau Nasdem hendak menaikan posisi tawarnya kepada Presiden Jokowi untuk sejumlah agenda politik lainnya?
Di ranah publik memang berkembang sejumlah opini tentang kekecewaan Surya Paloh ketika posisi Jaksa Agung, Menteri Perdagangan tidak lagi berada di kendali Parpol ini. Yang selalu dikaitkan dengan sejumlah kepentingan praktis pemilik partai ini dengan dunia bisnis yang dimuiliki dan dikelola.
Publik memahami kalau Jokowi merasa tidak puas selama lima tahun periode pertama menjadi Presiden yang nampaknya tak terlalu berpihak kepada kepentingan ekonomi masyarakat dan bangsa kedepan. Dan sangat dikuatirkan kalau dibiarkan akan menjadi penghambat yang serius bagai Presiden Jokowi yang mencapai mimpi dan target buat Indonesia yang maju lima tahun kedepan.
Apa yang dilakukan oleh Surya Paloh tentu saja sah-sah saja dalam gelombang dinamika kepentingan politik mereka. Pun menjadi anggota koalisi Jokowi, dan pindah atau bahkan dua kaki dengan PKS, juga sah-sah saja secara politik. Kecuali kalau kepentingan bersama itu tidak bisa lagi diakurkan maka dipastikan koalisi akan pecah dan menjadi bentuk barunya. Itupun sah-sah saja adanya.
Dan lebih sah lagi ketika Presiden Jokowi membuat terobosan untuk menghindari gangguan dalam KIM agar tidak menjadi hanya mimpi saja tetapi benar-benar efektif mewujdukan mimpi Visi Indonesia 2019-2024.
Memang betul yang dikatakan Jokowi, Surya Paloh tidak lagi kangen dengan Jokowi karena mereka sering berjumpa selama ini. Dia lebih kangen dengan Ketua Umum PKS Sohibul Iman sehingga harus berjumpa. Kangen politik ala Jokowi !
Yupiter Gulo, 2 November 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H