Bagian ini tidak bisa dipungkiri bahwa memang Papua merupakan daerah konflik yang selama ini seakan terpelihara dan dipelihara oleh berbagai agenda politik baik lokal, nasional bahkan internasional dengan selalu mengangkat isu pelanggaran HAM di masa-masa lalu.Â
Tiga. Tidak kebetulan kalau wilayah Papua berada di ujung Timur Republik Indonesia. Timur sebagai awal muncul dan terbitnya matahari bagi Indonesia dan pelan-pelan menuju ke wilayah tengah dan berakhir di ufuk barat, wilayah Aceh saat terbenamnya matahari.
Ini pesan sangat filosofis, bahwa Indonesia memang harus dibangun dari Papua, dari pinggir, dari pulau-pulau terluar yang memang selama puluhan tahun betul-betul termarginal dan bahkan terpinggirkan ketimbang wilayah tengah dan juga barat yang relatif fokus pembangunan.
Hanya membayangkan saja, bahwa Jokowi untuk lima tahun ke depan secara bertahap akan menggarap seluruh wilayah Indonesia dari Timur ke dan akan berakhir di Barat.
Sebuah pesan inspiratif dan penyemangat bagi seluruh negeri ini, untuk bersatu membangun nusantara ini tanpa satu pun yang tertinggal.Â
Empat. Memilih Papua sebagai langkah awal pemerintahannya periode kedua ini, Jokowi hendak menegaskan kepada rakyat Papua, pemuda Papua, dan seluruh masyarakat Papua untuk bangkit, dan terus bergerak karena peluang dan kesempatan yang sudah dibuka oleh pemerintah, nyaris tanpa batas dalam segala aspek.Â
Oleh karenanya, sekarang tergantung kepada rakyat Papua hendak menanggapi secara serius atau tidak.
Ini menentukan masa depan kemajuan Papua, ketika tanggapan masyarakat Papua sendiri akan muncul dan mengambil peran aktif untuk membangun negeri bagian Timur nusantara ini.Â
Walaupun tidak mudah, karena di sana akan ada kompetisi bagi seluruh anak-anak bangsa ini. Tetapi disitulah kemampuan dan kompetensi rakyat Papua akan terlatih, teruji dan terasah untuk mandiri.
Artinya juga, bahwa bukan saatnya lagi masyarakat tuntut menuntut hak saja, tetapi saatnya memanfaatkan peluang dan kesempatan yang sudah disediakan dan didukung habis-habisan oleh pemerintah.Â