Sesungguhnya yang hendak disampaikan adalah apa gunanya anak-anak sukses dan berhasil tetapi diri si anak menjadi rusak dan tidak mampu mengelola sendiri keberhasilannya itu. Akhirnya menjadi sia-sia belaka. Biarkan anak-anak itu mengejar sendiri dengan cara perjuangan sendiri merealisasikan mimpinya. Itu akan menjadi sebuah kenikmatan sangat mahal ketika si anak mampu mencapainya.
Saya memiliki seorang sahabat yang sangat possesive terhadap anak-anaknya sedemikian rupa sehingga apa saja yang diminta anaknya dipenuhi agar anaknya berhasil. Pun ketika anak-anaknya berhasil, si kawan ini masih juga mengatur jalan bisnis dan pekerjaan anak-anaknya. Akhirnya, anak-anaknya memberontak dan marah kepada bapaknya, karena apa yang bapaknya mau dia sangat mengerti tetapi dia merasa belum waktunya, dan dia minta agar bapaknya jangan lagi mencampuri dan biarkan saya menemukan sendiri.
Inilah persoalan yang dihadapi oleh banyak keluarga modern saat ini. Ketika orangtua merasa memiliki sumberdaya yang berlimpah, maka anak dipaksakan bertumbuh sesuai keinginan orangtua, dan bukan pertumbuhan dan kedewasaan si anak itu. Akibatnya sangat fatal, terutama bagi si anak tetapi juga bagi orangtua sendiri.
Yang sangat menyenangkan adalah ketika melihat anak-anak bertumbuh dengan alamiah, dan menjadi pribadi yang dewasa sesuai dinamikanya dan menemukan dirinya sendiri sesuai passion yang diembannya. Menyaksikan anak mampu dan dewasa mengelola hidupnya, keberhasilannya menjadi puncak kenikmatan bagi orangtua.
Semoga pengalaman Sulli ini menjadi pelajaran berharga bagi banyak orangtua, maupun anak-anak muda yang terus di goda untuk mengejar mimpi mereka tanpa menjaga keseimbangan hidup.
Yupiter Gulo, 15 Oktober 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H