Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Penyakit Mental Para Dosen di Kelas

11 Oktober 2019   13:21 Diperbarui: 11 Oktober 2019   14:19 1457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilsutrasi: https://tophat.com/blog/instructor-vs-professor/

7. Hipertensi - Hilang perhatian terhadap nasib mahasiswanya. Ini penyakit yang sangat berbahaya karena sama sekali tidak peduli bahwa mahasiswa yang diajar di kelas merupakan harapan masa depan dari orangtua yang mengirim mereka studi. Harusnya setiap dosen memiliki pemahaman yang memadai tentang kondisi setiap mahasiswa yang diajar.

8. Kanker - Kantong kering. Ini penyakit yang juga sering dilakukan oleh dosen, yaitu menjadikan mahasiswa yang diajar sebagai objek mencari uang tambahan. Ada yang melakukan secara terang-terangan, tetapi ada juga yang melakukan secara sembunyi-sembunyi atau halus.

9. Rematik - Rendah motivasi nan tidak simpatik. Seharusnya, yang terjadi di kelas sebuah kuliah, bahwa dosen memiliki motivasi yang tinggi dalam mengajar, dan mahasiswa menanggapi dengan semangat dan motivasi yang tinggi. Ini tidak mudah menciptakannya, tetapi harusnya seorang dosen membangun situasi itu agar proses pembelajaran berhasil dan tidak sia-sia.

10. Struk - Suka terlambar masuk kelas. Ini modus dan penyakit akut seorang dosen. Sudah datang terlambat masuk kelas, eh, keluarnya juga paling cepat. Jadi, waktu mengajar 2,3 jam dengan 3 sks, jatuhnya dia hanya 1,5 jam efektif. Karena telat masuk dan cepat keluar masing-masing 30 menit.

11. TBC - Tidak bisa menggunakan computer. Ini sangat parah kalau dosen tidak bisa menggunakan alat-alat digital semacam computer atau laptop bahkan tap. Mahasiswanya sudah hidup dalam dunia digital, sementara dosen menggerakkan mouse saja tidak bisa.

https://www.edsys.in/10-reasons-students-fail-mathematics/
https://www.edsys.in/10-reasons-students-fail-mathematics/
12. Tipus - Tidak punya selera mengajar. Apa jadinya seorang dosen berdiri di depan kelas lalu lagi tidak moody. Akan sia-sia proses belajar dan waktu terbuang dengan percuma.

13. Liper - Lekas ingin pergi dari kelas. Ini penyakit dosen yang tergesa-gesa dalam mengajar. Akibatnya tidak fokus dan konsentrasi, dan mahasiswa juga tidak dapat apa-apa dari dosen yang mengidap sakit liper ini.

14. Lesu - Lemah sumber referensi. Dosen yang malas mencari sumber referensi akibatnya mengajar tidak berbobot, lemah makna, dan tidak update. Ini merupakan masalah besar bagi seorang dosen. Sementara mahasiswa mampu mencari sumber referensi yang lebih banyak. Dalam era digital, harusnya penyakit ini tidak perlu muncul.

Sebetulnya daftar penyakit ini sudah terlalu sering di bahas, dan nampaknya selalu aktual ketika membahas bagaimana sebaiknya kualitas pendidikan harus ditingkatkan lebih baik dan lebih cepat.

Tidak bisa dipungkiri bahwa peran seorang dosen di dalam kelas amat penting dan sangat strategis. Karena di tangan dosen akan menentukan apakah capaian hasil pembelajaran efektif atau tidak. Kalau dosen hanya sekedar menyampaikan materi saja, mentransfer ilmu dan pengetahuan kepada mahasiswa, tentu saja tidak cukup, karena dengan kemajuan teknologi informasi dan digital sekarang ini, tugas itu bisa diambil alih oleh software, semacam MS 365 atau dengan Google saja sudah cukup.

Para mahasiswa sekarang ini, jauh lebih cekatan untuk mencari sumber belajar dibandingkan dosen. Dan kareanya, dosen harus menjadi fasilitastir penuh akar pendekatan yang disebut student learning center akan terjadi dikelas. Artinya, mahasiswalah yang belajar penuh dan bukan dosennya. Dosen hanya memfasilitasi agar mereka sungguh-sungguh belajar dengan baik, serta melakukan pengukuran secara cermat akan capaian setiap mahasiswa dan mengarahkan kalau capaiannya belum memenuhi target.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun