Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kandas Merebut Ketua MPR, Ini Harapan Terakhir Prabowo

6 Oktober 2019   07:21 Diperbarui: 6 Oktober 2019   09:55 7840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Kemeriahan panggung legislatif di Senayan selama empat hari penuh sejak proses pelantikan semua anggota baru periode 2109-202 dan berakhir pada hari Jumat saat pengambilan sumpah Pimpinan MPR, akan tetapi di kubu Partai Gerinda mungkin kemeriahan itu tidaklah sempurna adanya. Karena target Gerinda untuk menduduki posisi Ketua MPR harus kandas dan rela berada dalam posisi Wakil Ketua bersama dengan Parpol lainnya.

Kandasnya harapan Gerinda menjadi orang nomor satu di tubuh MPR 2019-2024 sungguh sebuah drama politik yang menarik untuk dicermati sebagai sebuah dinamika politik yang sangat tinggi di negeri ini, dengan kekuatan lobi dan lobi serta perubahan setiap kekuatan yang mempengaruhinya. Tidak mudah memang mengikutinya, tetapi sesungguhnya, jejaknya amatlah jelas untuk menceritakan apa sesungguhnya yang sedang belangsung.

Memang sungguh "memprihatinkan" dan juga menyedihkan bagaimana target dan harapan dari Gerinda satu persatu "rontok" begitu saja, kendati mereka salah satu pemenang Pileg dengan jumlah suara yang tidak sedikit setelah PDIP sebagai jagoannya.

Tetapi inilah realitas politik yang sesungguhnya, sama sekali tidak ada formulasi yang baku untuk dipedomani oleh siapapun. Terus saja berubah dari detik kedetik, dan hanya yang sungguh-sungguh konsisten yang bisa mengikuti dan juga mungkin bisa memenangkan pertarungan yang ada setiap waktu berubah.

Masih ingat "politik nasi goreng" dari Megawati sang ketua umum PDIP? Sebuah moment yang sedikit memporak porandakan benak publik ketika Mega mengundang Prabowo makan nasi goreng bersama. Itu terjadi beberapa hari setelah Jokowi jumpa dengan Prabowo diatas MRT Senayan, yang juga memporak porandakan opini publik tentang peta kekuatan setelah Pilpres 2019.

Dan pada saat itu, semua opini publik memastikan kalau posisi Ketua MPR akan berada di tangan Prabowo melalui Gerindanya. Artinya dengan dukungan penuh dari Megawati, rasanya koq posisi itu wajar didapat Gerinda. Lalu, acara PDIP di Bali yang dihadiri oleh Prabowo dan menjadi trend center berita semakin mengokohkan opini publik tentang posisi Ketua MPR akan berada di kandang Gerinda.

Begitulah politik yang penuh intrik, kepentingan, dagang sapi dan sebagainya, bermuara di Senayan dengan kekalahan Gerinda meraih posisi terpenting dalam MPR. Akhirnya politisi Bambang Soesatyo secara aklamasi dipercaya menjadi pengendali lembaga ini lima tahun kedepan.

I love you full, demikian sapaan tidak biasa dari seorang Ketua MPR baru menyapa kubu Gerinda yang menyetujuinya menjadi Ketua MPR. Semua memuji sikap Gerinda demi kebangsaan dan demi marwah lembaga MPR terhindar dari voting.

Namun sesungguhnya, seperti diberitakan oleh tempo.com, Ahmad Muzani sebagai tokoh yang diandalkan oleh Prabowo menduduki posisi Ketua MPR, menceritakan dengan sangat gamblang bahwa ini semua karena lobi-lobi politik tingkat atas melalui Megawati dan Prabowo dengan dinamika politik yang luar biasa kencang.

Akhirnya beliau (Prabowo) ambil keputusan demi kepentingan lebih besar, bahwa (saya) tidak usah meneruskan pencalonan Ketua MPR," ujar Muzani di gedung Kura-kura, kompleks DPR/MPR, Senayan, Jakarta, Kamis petang.

Sebelum melontarkan keputusan finalnya, Prabowo sempat memanggil Muzani. Dalam pertemuan keduanya, Muzani melapor bahwa ia telah berbincang dengan Ketua Umum Partai PAN Zulkifki Hasan dan Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais tentang kondisi peta pemilihan Ketua MPR.

Menurutnya partai bekas koalisi Gerindra, yakni PKS, Partai Demokrat, dan PAN, telah sepakat mengusung rivalnya, Bambang Soesatyo alias Bamsoet dari Partai Golkar. Bamsoet terhitung diusung delapan partai. Sedangkan Muzani hanya diusung tunggal oleh partainya.

Artinya, bisa saja Gerinda menempuh jalur Voting atas pemilihan akhir Ketua MPR kendati dia tahu persis akan kalah suara. Tetapi secara politik bisa memperlihatkan siapa kawan dan lawan dalam proses politik yang dibangun sejak awal baik Pilpres maupun Pileg.

Tetapi jalur ini tidak dipilih oleh Gerinda, karena dia paham betul bahwa dia tinggal sendirian. Koalisi yang dibangun selama Pilpres sudah bubar dan tidak ada lagi kekuatannya. Masing-masing mencari selamatnya sendiri, yang dulu dimulai oleh Partai Demokrat meninggalkan Gerinda sejak sebelum hari Pemilu digelar 14 April 2019.

Pada akhirnya, Prabowo dengan Partai Gerindanya harus realistis dan menerima kenyataan "pahit" yang nyaris hampir semua target politik yang dibangun kandas adanya. Kandas menjadi Presiden dan berhenti saja di Calon Presiden untuk keempat kalinya, juga kandas untuk menduduki Ketua DPR karena memang itu jatah PDIP sesuai Undang-undang MD3, dan terakhirnya kandas menjadi Ketua MPR.

Masih adakah harapan dan target terakhir yang masih bisa diperjuangkan oleh Prabowo dan Gerinda?

Nampaknya kalau di Senayan sudah tidak ada lagi, karena semua posisi sudah di bagi habis dan tinggal menjalankan kewajiban, tanggungjawab dan bekerja demi bangsa dan negara ini lima tahun kedepan.

Masih ada satu peluang terakhir yaitu menjadi bagian dalam Kabinet Kerja Presiden Jokowi dengan Ma'ruf Amin. Mungkinkah ini menjadi target yang realistis atau juga hanya mimpi bagi Prabowo?

Mulai muncul wacana keinginan Gerinda agar dapat jatah paling tidak tiga posisi Menteri dalam Kabinet Jokowi. Bahkan sejumlah nama mulai diwacanakan seperti Sandiaga Uno dan Fadli Zon sebagai orang-orang yang mampu mendukung keberhasilan Jokowi lima tahun kedepan, demikian antara lain yang diberitakan diungkapkan oleh Prabowo.

Sebagai perjuangan, sangat wajar bila Prabowo dan Gerinda masih berharap peluang terakhir ini.

Apakah Jokowi berbagai hati untuk memberikan kesempatan ini kepada tiga orang atau satu orang saja dari Gerinda menjadi salah seorang Menteri Kebinetnya? Inipun nampaknya tidak mudah. Sebab, Jokowi harus mempertimbangkan semua hal, terutama koalisi yang selama ini mengantarnya menjadi orang nomor satu di republic ini yaitu RI-1.

YupG. 6 Oktober 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun