Kalau kita jujur mengakuinya maka benar adanya bahwa bahagia ataupun kebahagiaan itu sungguh sebuah misteri yang terus menerus di cari oleh setiap orang. Semakin di cari semakin sulit mendapatkannya. Banyak orang gagal menemukan bahagia itu. Dan terus menerus mencarinya hingga ajal mau menjemput.
Salah satu indikator mengapa bahagia ini sungguh menjadi sebuah misteri karena tidak ada formulasi yang baku untuk menjadi bahagia itu. Dipastikan, setiap orang pasti berbeda rumus yang digunakan untuk menjadi bahagia dalam hidupnya.
Jadi, sangat mungkin penyebab utama banyak orang gagal menjadi bahagia karena menggunakan formulasi kebahagiaan orang lain. Jadi tidak mapping adanya, sehingga yang dirasakan bukannya bahagia, malahan penderitaan.
Inilah sebenarnya yang juga dialami oleh seorang bapak yang mempunyai profesi dan pekerjaan sebagai seorang Direktur Bank, yang sedang bermasalah dengan hidup bahagia yang dicari.
Sang Direktur Bank ini sangat kaya dan memiliki segala sesuatu karena kekayaan yang dimilikinya. Kecuali satu hal yaitu direktur ini merasa hidupnya tidak bahagia. Sehingga setiap hari yang yang dilewatinya seakan tidak ada makna yang berarti. Hidup merasa hampa dan kering walaupun diatas dan ditengah-tengah tumpukan kekayaan yang dimiliki.
Merasakan penderitaan batin sang direktur bank ini, akhirnya seorang teman baiknya mengajak sang direktur untuk ikut ke sebuah panti asuhan dengan harapan agar hati Sang Direktur Bank ini menjadi  bahagia dan tenteram adanya. Karena memang dia sedang mencari, maka Sang direktur menurut ajakan teman akrabnya itu.
Setelah mengalami acara di rumah panti asuhan itu hingga usai dan siap-siap pulang, hati sang direktur bank ini tidak berubah, dan masih belum melihat dan merasakan apa itu bahagia. Kemudian, Ia protes kepada teman yang mengajak,"Kamu bohong, katanya kalau main ke sini, hati bisa bahagia".
Dan akhirnya Sang Direktur Bank ini pulang, dengan hati yang tidak bahagia melangkah menuju ke arah mobilnya dengan lesu dan tanpa semangat hidup. Namun, ketika sang direktur baru saja kakinya melangkah ke dekat pintu panti asuhan, secara mendadak ada seorang anak perempuan kecil menarik tangannya. Dan terjadi dialog berikut ini antara sang direktur bank dengan anak kecil di panti asuhan ini.
Anak kecil: Oom mau pulang ya..
Sang direktur: Iya, (jawab sang direktur sambil tersenyum)
Anak kecil: Oom, boleh gak Nanda minta sesuatu ke Oom? (anak kecil yang bernama Nanda bertanya)
Sang direktur: Boleh..
Anak kecil: Tapi, saya takut gak boleh sama Oom..!
Sang direktur: .. tersenyum.
(Dia seorang kaya, apa yang tidak bisa dibelinya? Apalagi untuk si Nada, anak yatim piatu yang manis ini, pastilah permintaan itu kecil dan dapat serta akan dipenuhi)
Sang direktur : Memangnya Nanda mau minta apa sama om? (sang direktur bertanya sambil memegang bahu Nanda)
Anak kecil: Oom, Nanda minta, Nanda pengen manggil Ayah kepada Om, apakah boleh?
Sang direktur kaget tidak kepalang, dan seakan tenggorokkannya terasa tersumbat dengan barang aneh. Karena sebuah permintaan yang tidak pernah terlintas di dalam pikiran sang direktur ini, tanpa diduga sama sekali. Betul, ternyata bukan boneka yang diminta oleh Nanda, bahkan juga bukan uang, tetapi hanya sekedar sebuah sebutan AYAH. Dengan refleksi yang sangat mendalam, hati sang direktur bank menjadi bergetar sangat kencang. Pikiran garis lurusnya betul-betul runtuh dan patah habis terbengkokan saat itu juga.
Sang direktur: Boleh! Nanda boleh saj memanggil "ayah" sama Om
Anak kecil: Makasih ayah. Kapan, ayah datang lagi kesini? Apakah Nanda boleh minta sesuatu lagi ke ayah?
Sang direktur: Boleh, sayang. Boleh! Memangnya Nanda mau minta apa lagi dari Om?
Anak kecil: Nanda hanya meminta, kalau ayah nanti datang lagi ke sini, Nanda minta dibawain foto ayah ya. Karena Nanda kepengen menyimpannya di kamar Nanda. Agar kalau Nanda kangen sama ayah, maka foto ayah bisa Nanda lihat-lihat!
Sang direktur: Mengangguk dengan sangat mendalam.
Sang direktur: Dengan spontan luar biasa, dan berlinang air mata yang dalam sang direktur bergerak dan memeluk Nanda dan berkata, "Besok ayah datang lagi ke sini, akan bawa foto ayah, dan ayah akan sering ke sini ketemu sama Nanda".
Sekarang terasa dan sungguh hadir bahwa hati sang direktur bank ini menjadi sangat bahagia dan bersuka cita. Sebab, dia menemukan kebahagiaan yang selama ini dicarinya. Betul-betul bahwa ia bahagia sekarang.
Inilah pengalaman seorang direktur bank yang akhirnya menemukan apa yang selama ini dicari, yaitu hidup yang bahagia, hati yang damai, jiwa yang bergelora.
Semua itu terjadi bukan karena da rumus atau formulasi yang baku yang harus diikuti secara seksama, tetapi memang dia lahir, dan hadir pada momen yang memang sedang dialami oleh seseorang.
Artinya adalah bahwa ternyata hidup bahagia itu terjadi bukan pada saat seseorang memiliki segalanya yang sifatnya materi, melainkan bahagia akan muncul ketika Anda bisa memberikan apa yang dimiliki untuk sesama, untuk orang lain, kendati itu hanya sebuah ungkapan dan kata cinta dan kasih.
Sungguh dahsyat, sebab ketika kebahagiaan itu dicapai, bukan saja diri sendiri yang bahagia, tetapi juga orang lain yang dibantu menjadi bahagia.
Dalam pengalaman Sang Direktur Bank ini. Kebahagiaan bukan hanya satu pihak tetapi kedua belah pihak. Ini sangat penting, mendasar dan mendalam tentunya. Karena sesungguhnya hakekat hidup itu hanya mungkin ditemukan makna hakiki bukan dalam diri sendiri saja tetapi dalam relasi dengan orang lain.
Sehingga betul nasehat Sang Guru Kehidupan, ketika berkata "kasihilah sesamamu manusia seperti kamu mengasihi diri sendiri". Saling mengasihi berarti menempatkan diri kita dan orang lain dalam sebuah gelombang yang utuh dan saling memperlengkapi. Bukan atasan atau bawahan, tetapi sesama yang saling mengasihi.
Jadi, apakah Anda sedang mencari kebahagian saat ini? Boleh belajar dari pengalaman Sang Direktur Bank untuk menemukan formulasi hidup bahagia Anda !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H