Lihat saja misalnya, ada banyak perusahaan yang tidak maju dan berkembang bahkan malah umurnya tidak panjang, hanya karena tak memiliki kemampuan dan sumberdaya yang memadai untuk mengelola risiko yang ada.Â
Seperti kalah bersaing di pasar, barang tidak laku, pasokan tidak bisa dikendalikan biaya-biaya terlalu besar sehingga cashflow negative terus menerus.
Management based risk akan menjadi jaminan bagi perusahaan atau organisasi apapun untuk tidak mengalami persoalan yang fatal di kemudian hari.
PT Garuda Indonesia yang belum lama ini mengalami kerugian hingga 2 triliun rupiah lebih, sesungguhnya karena penerapan manajemern risiko yang tidak profesional.
Risiko yang paling berat dihadapi oleh sebuah perusahaan atau organisasi adalah ketika reputasinya jatiuh sebagai akibat dari kesalahan dalam mengelola operasi bisnis. Reputasi jatuh, maka kepercayaan konsumen akan hilang. Mitra bisnis akan meninggalkan, dan pelan-pelan perusahaan bisa saja bangkrut.
Indonesia yang berada di zona bahaya bencana alam yang serius, bahaya gemapa bumi yang disebabkan oleh pergeseran lempengan bumi, menjadi alasan yang sangat kuat perlunya pengembangan budaya risiko di kalangan masayarakat. Agar ketika bencana alam datang, masyarakat mampu mengurangi risiko fatal yang akan terjadi.
Korban jiwa bisa dikurangi, korban materi juga bisa dikelola dengan antisipasi yang stategis. Karena, untuk apa masyarakat berjerih lelah habis-habisan kalau bencana alam datang menimpa, maka semuanya akan menjadi musnah dan sirna adanya.
Yupiter Gulo, 3 September 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H