Bagi pengguna rokok elektronik atau dikenal dengan Vape mesti super hati-hati atau mempertimbangkan kembali untuk mengurangi nge-vape ini. Karena ada banyak hasil studi yang dampak negatif dari rokok vape ini sangat rentan terhadap paru-paru.
Tidak hanya potensi gangguan paru-paru, tetapi penyimpangan isi Vape itu diisi dengan mariyuana atau ganja sangat mungkin, dan akibatnya tentu menjadi fatal bagi kesehatan secara keseluruhan.
Inilah yang sedang diteliti oleh CDC, semacam Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amersika Serikat karena kasus anak-anak rema sebanyak 149 kasus mengalami sakit paru karena menggunakan rokok elektronik dalam kurun waktu dua minggu terakhir ini.
Para peneliti sedang fokus pada 94 kasus dari 149 kasus remaja seperti dilansir oleh detik.com dengan judul berita "Berbagai teori di balik kolapsnya paru-paru ratusan remaja usai nge-vape" di Amerika Serikat.
Dilaporkan situs Live Science, masih belum jelas apa kaitan antara penyakit dan jenis produk yang mereka gunakan. Akan tetapi diketahui bahwa mereka menggunakan bermacam-macam isi vape, termasuk nikotin dan mariyuana, dan juga membelinya di jalanan.
Bahkan otoritas kesehatan setempat di Amerika Serikat terus melakukan investigasi muncul semacam penyakit paru-paru yang misterius, dengan data saekitar 193 kasus yang tersebar di 22 negara bagiannya, potensi penyakit paru-paru dicurigai karena menggunakan vape.
Nampaknya pemerintahan AS sangat serius terhadap dampak dari penggunaan vape ini terutama di kalangan usia remaja yang sangat rentan terhadap gangguan paru-paru dan juga otak. Seperti di beritakan pada bulan Juli yang lalu, bahwa pemeritahan negara bagian di kota San Fransisco telah melarang peredaran baru bagi produk Vape. Pemerintah mengontrol dengan ketat penjualan rokok elektronik ini.
Walaupun masih belum ada kepasrtian yang prima tentang hubungan antara Vape dengan paru-paru, tetapi para ahli mencurigai penggunaan vape dengan isi yang sangat membahayakan akan merusak paru-paru si pengguna.
Berdasarkan informasi terbatas, kemungkinan paling mendekati adalah kimia beracun dalam rokok elektrik menyebabkan respons inflamasi yang cukup reaktif pada paru-paru mereka, demikian dijelaskan oleh Dr Michael Siegel, dosen kesehatan masyarakat di Boston University's School of Public Health. "(Tetapi) sangat tidak mungkin kalau kasus ini disebabkan hanya dengan rokok cairan elektrik berisi nikotin. Bisa jadi reaksinya disebabkan oleh kontaminan yang ada dalam formulasi tertentu dari produk ganja (yang mungkin dijual di jalanan)," lanjut Dr Siegel.
Para ahli lainnya berpendapat bahwa tanpa diisi dengan ganjapun, maka isi vape yang kaya dengan nikotin sangat potensial merusak paru-paru dari si pengguna vape itu sendiri. Bisa muncul sel-sel imun pada paru-paru yang berdampak lebih bahaya lagi.
"Satu kemungkinan bahwa paru-paru mereka tidak dapat menarik oksigen dengan benar. Jika itu masalahnya, paru-paru harus mengambil oksigen lebih banyak dari darah. Fenomena ini juga menjelaskan mengapa studi kami melihat adanya pengurangan oksigen mengalir di pembuluh darah setelah vaping," kata Felix Wehrli, penulis senior dari sebuah studi dan profesor biofisika dan ilmu radiologi di University of Pennsylvania Perelman School of Medicine.
Hasil-hasil penelitian memperlihatkan bahwa bahaya rokok elektronik ini lebih banyak dikuatirkan pada anak-anak remaja usia dibawah atau sekitar 20 tahun, ketimbang orang berusia dewasa atau lanjut. Dan tentu saja ini sangat mengkuatirkan generasi muda kedepan sebagai generasi penerus bangsa.
Sebagai contoh kasus adalah di negara bagian Texas USA seorang remaja bernama Tryston Zofeld karena menggunakan vape maka harus menghabiskan waktunya 10 hari menggunakan alat untuk menopang fungsi-fungsi paru-parunya. Puncak dampaknya ketika dia muntah-muntah, dan mengalami penurunan berat badan, demam dan mudah kelelahan tanpa sebab yang jelas.
Memang agak aneh, keadaan seperti pneumonia, walaupun negatif setelah di lakukan CT Scan. Kondisi Tryston semakin memburuk, paru-parunya gagal berfungsi secara mendadak. Ternyata remaja ini menggunakan vape sejak dia ada di kelas 8. Dan tim medis meyakini penyebab dari kelainan paru-parunya.
Remaja ini bersyukur karena bisa ditolong dan merasa kesempatan kedua untuk melanjutkan hidupnya, walaupun harus berjuang memulihkan kondisi fisik yang sangat memburuk selama ini.
Masih banyak kasus lain yang terus bermunculan di kalangan remaja pengguna rokok elektronik ini. Dan pemerintah AS semakin serius mencermati dan berusaha mencegah dampak yang lebih serius dan besar dari penggunaan vape ini dikalangan remaja dan generasi mudanya.
Sangat mungkin, kedepan akan ada pengaturan dan pengawasan yang lebih ketat terhadap penggunaan vape ini. Bisa saja pola yang sudah diterapkan di San Fransisco tentang pelarangan atau pembatasan penjualan vape di kalangan remaja dan generasi muda juga akan diberlakukan diseluruh kota di negara negara bagian AS.
Sebab, yang paling berbahaya adalah ketika para pengguna menyalahkan gunakan isi vape itu dengan mengisinya dengan ganja atau narkoba. Dan kalau ini yang terjadi, situasinya akan semakin runyam.
Bagaimana dengan di Indonesia yang nampaknya peredaran dan penggunaan vape ini baik-baik dan lancar-lancar. Apakah juga tidak tindakan pengawasan tentang isi dari vape yang diperjualbelikan melalui media daring atau online.
Belajar dari pengalaman di Amerika Serikat tentang vape diisi dengan ganja, pemerintah Indonesia lebih baik pro aktif untuk mencegah sebelum masalahnya menjadi lebih serius.
YupG. 25 Agustus 2019
Sumber : detik.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H