Namun alasan lainnya yang menjadi penting menarik adalah tuntutan dari para pengungsi itu agar TNI/Polri melakukan penarikan pasukan yang berada di Kabupaten Nduga, karena dianggap hanya menimbulkan ketakutan diantara warga pengungsi.
Ini semacam situasi dilematis bagi para pengungsi, karena terjepit antara dua belah pihak yang sedang berkonflik, yaitu OPM dan pihak TNI/Polri. Bila salah dalam membangun komunikasi pengungsi akan menjadi korban.
Merayakan hari kemerdekaan Indonesia ke 74 tahun menjadi tidak memiliki makna ketika ribuan pengungsi diketahui masih terus berada dalam pendiritaan karena kekurangan makanan dan tempat tidak layak. Perasaan keadilan ini menjadi "terobek" karena sebagian dari warga bangsa ini sedang merana.
Terlepas dari apakah angka-angka korban jiwa dari para pengungsi itu akurat atau tidak, karena pihak pemerintah mengklain jumlah yang lebih sedikit, tetapi berita adanya pengungsi yang banyak jauh lebih utama untuk diresponi oleh pemerintah agar betul-betul hadir disana untuk menyatakan kemerdekaan itu bagi mereka sebagai warga pemilik negeri ini.
Pemberitaan dari bbc.com sungguh mengusik keadilan masyarakat, seakan Jakarta merasa biasa-biasa saja. Dan tidak perlu diberi perhatian khusus. Berbeda dengan tuntutan lapangan yang meminta agar pemerintah menetapkan ini sebagai bencana nasional. Mungkinkah?
Tentu saja ada kriteria apakah termasuk bencana nasional, tetapi substansi dari penderitaan ribuan para pengungsi sebagai akibat dari konflik tidak boleh diabaikan, apalagi pihak Jakarta merasa biasa-biasa saja.
Apakah Jokowi tidak tertarik lagi untuk memberikan perhatian ke Papua, khususnya Kabupaten Nduga yang sudah sangat terkenal karena kehadiran Jokowi disana beberapa tahun yang lalu ?
YupG. 15 Agustus 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H