Setelah secara aklamasi Kongres ke-5 PDIP memilih kembali Megawati Sukarnoputri menjadi Ketua Umum Partai untuk ke lima kalinya secara berturut-turut dari 1999 sampai dengan 2024, akhirnya sang Ketua Umum mengumumkan susunan kepengurusan PDIP periode 2019-2024 sebelum acara Kongres ditutup pada hari ini Sabtu 11 Agustus 2024.
Tidak ada regenerasi dalam kepengurusan PDIP untuk lima tahun kedepan, dan nyaris relative sama dengan lima tahun sebelumnya, terutama struktur organisasi dan juga personal yang menduduki posisi.
Bila yang dimaksudkan sebagai regenerasi adalah pergantian orang kunci dalam struktur organisasi maka betul bahwa memang kongres ke lima PDIP tidak membahas dan tentu saja tidak melakukan regenerasi. Dan dengan demikian tidak ada perubahan, dan tentu tidak mau berubah.
Ini tentu tidak salah, semua sah-sah saja. Sebab bila mau berubah biasanya ada asumsi konkrit yang dibangun sedemikian, sehingga bila tidak ada perubahan maka organisasi akan mengalami masalah dalam perjalanan kedepan. Betulkah bahwa PDIP mengasumsikan tidak ada perubahan strategis lima tahun kedepan? Atau perubahan yang di asumsikan mampu di kelola oleh kepengurusan yang relatif tidak berubah?
Publik menunggu gebrakan dan keputusan besar yang dilakukan oleh Megawati sebagai formatur tunggal dalam menyusun kepengurusan PDIP lima tahun kedepan. Dan yang ditunggu itu adalah paling tidak jabatan-jabatan kunci sebagai jawaban atas tuntutan publik tentang perlunya PDIP melakukan regenerasi dalam tubuh parpol berlambang kepala banteng moncong putih ini.
Pertanyaan asumtif  yang berkembang di kalangan publik adalah apakah PDIP akan terus bergerak kedepan dengan konsistensi trahk keluarga dan kekturunan Bung Karno sebagai pemimpin kunci dalam partai? Sebab, pertanyaan asumtif lainnya adalah apakah PDIP akan mengubah dirinya untuk tidak lagi harus trahk keturunan Bung Karno sebagai pemimpin partai ini?
Nampaknya, ini menjadi teka-teki yang tentu saja menarik untuk diikuti selama lima tahun kedepan dibawah komandan Megawati sebagai Ketua Umumnya, karena sejumlah isu yang terus berdinamis di kalangan publik.
Kehadiran dua orang putra dan putri Megawati, yaitu Puan Maharani dan Prananda yang selama ini benar-benar digembleng langsung oleh sang Ibu menjadi kader partai yang handal. Bahkan Puan Maharani sebagai salah seorang Ketua Partai, selama ini bukan saja ada di legislatif tetapi juga sebagai Menko PMK satu periode bersama dengan Jokowi.
Lalu pertanyaannyaanya, apakah memang Megawati sendiri tidak yakin dan percaya dengan kemampuan Puan untuk menduduki jabatan lebih penting dalam tubuh partai daripada hanya sebagai ketua bidang saja? Bila ini benar, maka Megawati hanya ikut mengamini sejumlah opini publik yang selama ini juga berkembang tentang ketidakmampuan Puan menjadi salah seorang orang kunci dalam kabinet Jokowi.
Kemudia, mengapa sanga putra Prananda tidak diberikan jabatan lebih penting ketimbang sebagai ketua bidang saja yang selama ini dia juga jalankan. Apakah Megawati juga tidak yakin dengan kemampuan Prananda untuk jabatan lebih okay, misalnya menggantikan posisi Hasto sebagai Sekjen Partai PDIP 5 tahun kedepan?
Sesungguhnya, kalau ini yang terjadi hari ini, maka publik melihat disana ada regenerasi. Sebab, lima tahun lagi tinggal selangkah lagi bagi Prananda menjadi Ketua Umum Partai PDIP pada tahun 2024.
Sama sekali publik tidak menduga bahwa kedua anaknya ini, Megawati hanya di letakkan pada posisi ketua bidang saja, bahkan bukan orang kunci misalnya sebagai sekretaris jenderal partai seperti di prediksi oleh publik.
Betulkah dugaan publik bahwa Megawati sudah mulai lebih terbuka bagi masa depan PDIP, yang berarti Ketua Umum tidak harus berasal dari trah Sukarno? Bila ini benar maka publik membacanya bahwa Hasto akan menjadi orang kunci untuk disiapkan menjadi Ketua Umum pada periode 2024.
Pemahaman ini sangat wajar, karena Megawati sangat taat pada aturan partai. Yang menurutnya partai lain tidak ada yang melakukan seperti yang dilakukan oleh PDIP. Sebab bagi Megawati proses dan tahapan kaderisasi harus diikuti tuntas dan habis. Artinya, Hastolah sebagai orang kunci nomor 2 dalam PDIP setelah Megawati sebagai Ketua Umum.
Walaupun tidak disyaratkan oleh anggaran dasar partai tetapi trend dan fakta yang ada selama ini dalam tubuh PDIP, tidak ada seorang Sekjen menjabat posisi itu berturut-turut dua periode, seperti yang sudah dialami oleh Sutjipto, Tjahyo dan Pramono Anum. Hmm, Hasto menjadi perkecualian rupanya. Adakah pesan penting secara politik dalam tubuh PDIP? Dalam politik semuanya mungkin.
Tidak ada regenerasi dan tidak ada perubahan dalam organisasi PDIP lima tahun kedepan. Sebuah pesan yang sangat merisaukan publik kalau ingin PDIP tetap menjadi eksist dalam percaturan politik negeri ini. Karena semua orang tahu juga bahwa generasi milenial dalam Pemilu 2019 mendominasi pemilih dan akan terus bertambah memasuki Pemilu 2024.
Konstelasi politiknya akan berubah lima tahun kedepan. Kalau saja Parpol tidak berubah untuk mengelola pemilih milenial ini sangat mungkin, PDIP akan tertinggal. Sesungguhnya, saatnya untuk menjawab dinamika perubahan demografi Indonesia seperti itu dengan memasukkan para "milenial" sebagai orang kunci dalam partai.
Ini tentu ide yang sangat ekstrim dan gila barangkali. Tetapi, sesungguhnya itulah kenyataan yang sedang dihadapi oleh perubahan zaman lima dan 10 tahun kedepan.
Namun demikian, dalam politik semua menjadi mungkin dan bisa saja terjadi perubahan dalam hitungan detik. Oleh karenanya, PDIP sangat mungkin akan berubah ditengah perjalanan menuju tahun 2024
YupG. 11 Agustus 2019
Sumber: kompas.com, bbc.indonesia.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H