Pesan ini bisa saja dianggap Prabowo sebagai pukulan telat atas kegagalannya beberap kali menjadi Capres. Dia merasa kena pukul.
Kedua, pidato sambutan dsari Jokowi yang menohok tentang kemenangan lebih 90% di daerah Bali seakan menjelaskan kepada Prabowo bahwa Anda kalah telak di Bali ini. Pasti Prabowo merasa kena pukul habis-habisan.
Ketiga, kisah pemindahan posko kemenangan di Jawa Tengah yang di setir habis oleh Megawati dan Jokowi, juga Prabowo merasa kena pukulan tinju lagi.
Dan seperti publik diingatkan kembali bagaimana persaingan begitu ketat di wilayah Jawa Tengah yang dimenangkan oleh Jokowi dan PDIP. Masih ingat tentang "tampan Boyolali" yang sempat menjadi viral selama masa kampanye. Pastilah Prabowo merasa dikenai pukulan tinju dari Mega dan Jokowi.
Terlepas dari semua kemungkinan pesan-pesan politik diatas atas kehadiran Prabowo di Bali, namun yang paling mahal dan bernilai adalah kehadiran Prabowo seakan menjelaskan bagi seluruh masyarakat Indonesia bahwa kontestasi Pemilu sudah selesai dan pemenang sudah ditetapkan.
Dan karenanya, rekonsiliasi sesungguhnya diantara dua Capres 2019 sudah selesai. Dan apabila ada yang masih terus melakukan manuver dengan isu rekonsiliasi itu, sesungguhnya sudah diluar arena Prabowo dan Jokowi.
Dinamika politik nasional menjadi berubah damai dan nyaman ketika acara pembukaan kongres kelima PDIP mampu menyatukan semua komponen yang signifikan menentukan arah dari dinamika politik lima tahun kedepan.
Apakah Prabowo dengan Gerinda akan menjadi bagian dari Kaolisi PDIP di kabinet Jokowi, dan apakah koalisi PDIP dengan 4 Parpol lainnya yaitu Golkar, Nasdem, PKB dan PPP masih utuh atau goyang? Akan menjadi isu politik menuju
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H