Kendati dinamika politik di tanah air semakin "mendidih" namun bergeser isu yang semakin fokus pada agenda-agenda khusus. Dan oleh karena sudah sangat khusus, maka dinamika yang muncul semakin tajam dan tidak melebar. Sungguh sangat menarik.
Harus diakui, bahwa pertemuan antara Prabowo dengan Jokowi diatas MRT pada hari Sabtu 13 Juli 2019 merupakan cut-off time paska keputusan MK yang di ikat oleh isu rekonsiliasi. Setuju atau tidak setuju, rekonsiliasi "tuntas" diatas MRT dalam waktu yang sangat singkat.
Dan karenanya, isu ini sudah tidak terlalu seksi lagi, ketimbang isu yang baru, yaitu susunan kabinet kerja jilid dua Jokowi dan Ma'aruf Amin, serta perebutan pimpinan dalam struktur MPR dan seluruh perlengkapannya. Walaupun masih banyak yang masih bersengketa di MK, but the show must go on menuju bulan Oktober 2019 saat semuanya harus berakhir dan dimulainya periode baru 2019-2024.
Hari ini, Rabu 24 Juli 2019, aka nada pertemuan antara Prabowo Subianto dengan Megawati Sukarno Putri di kediaman Ketua Umum PDIP sekaligus sebagai pemenang Pileg 2019 dengan jumlah suara terbanyak dan kursi terbanyak di DPR RI 2019-2024 yaitu 128 kursi dari 575 kursi di senayan atau sekitar 22,3%.
Rencana pertemuan ini, semoga tidak batal, menjadi isu yang sangat hot dan seksi sekali untuk diikuti, dan dipastikan jauh lebih hot dari isu lain. Dan tentu saja publik menunggu apa kira-kira yang terjadi sesudah ini.
Pertemuan Mega dan Prabowo yang pernah sangat popular dengan ikon MegaPro beberapa tahun yang lalu, yang merupakan pertemuan pertama mereka paska keputusan MK, menjadi sorotan karena sesungguhnya ada 5 alasan tetapi hanya 1 tujuan utama.
Artinya, pertemuan ini yang diberitakan melalui sejumlah media, di inisiasi atau atas undangan Megawati kepada Prabowo, dan Prabowo dengan senang hati akan memenuhinya, bukan mendadak dan tanpa skenario yang jitu dari kubu TKN atau PDIP sendiri.
Satu, sesungguhnya pertemuan hari ini menjadi kelanjutan dari pertemuan antara Prabowo dengan Jokowi di atas MRT pada 10 hari yang lalu. Sangat dimengerti dengan tuntasnya "rekonsiliasi" antara sesame Capres, maka isu utama tuntas dan menjadi pembuka jalan bagi agenda politik selanjutnya. Dengan pertemuan Prabowo-Jokowi, maka Prabowo bebas dari "sandera" PA 212 dan semua jaringan kuatnya.
Kedua, betul bahwa hari ini Jokowi tidak perlu bergabung dalam pertemuan antara Mega dan Prabowo karena tugas utama Jokowi telah selesai. Merangkul kembali Prabowo untuk membangun masa depan bangsa ini secara bersama-sama.
Tidak perlu ada kekuatiran lagi, karena PA 212 sendiri sudah mengakui kalau tidak ada lagi Prabowo dan BPN dalam skenario mereka. Bahkan tidak dianggap sebagai kendaraan politik PA 212 lagi.
Ketiga, bebasnya Prabowo dari "sandera" PA212 selama ini, maka ini menjadi kesempatan baik untuk menentukan sikap politik Prabowo melalui gerbong Partai Gerinda yang dimiliki dan dipimpinnya. Bila benar cita-citanya untuk membangun Indonesia menjadi negara yang berdaulat penuh, maka harus memainkan peran yang signifikan untuk itu.
Kendati Prabowo melalui Gerinda bukan pemenang utama dalam Pileg, tetapi harus disadarinya bahwa membangun negeri ini tidak bisa dikerjakan sendiri tetapi harus bergandengan tangan dengan yang lain secara elegan, elok dan berkualitas.
Keempat, sesungguhnya Prabowo merupakan sebuah epicentrum politik di tanah air ini. Dengan perolehan suara 44,5% dalam Pilpres dengan konstituen sekitar 68 jutaan pemilih, itu tidak boleh dianggap remeh temeh. Tetapi juga harus dilihat sebagai sebuah power untuk membawa perubahan yang signifikan bagi masa depan bangsa dan negara ini.
Dengan perolehan kursi sebanyak 78 kursi di dalam DPR RI-2019-2024, artinya sekitar 13,6% suaranya dalam area legislatif tidak boleh diremehkan. Â
Sehingga sebagai pemenang urutan 3 dalam Pileg, setelah PDIP dan Golkar, sesungguhnya Gerinda dibawah kepemimpinan Prabowo mempunyai peran dan sangat strategis ketimbang yang lain, misalnya Partai Demokrat yang hanya berada pada urutan ke dengan jumlah kursi 54 atau setara dengan 9,4%.
Kelima, Megawati yang menjadi komandan kunci dalam PDPI yang juga pengusung utama Jokowi yang memenangkan Pilpres serta menjadi pemenang utama dalam Pileg, membutuhkan Gerinda dalam perebutan dan pengaturan kepemimpinan DPR RI 2019-2024.
Walaupun PDIP memiliki 128 kursi dalam DPR RI, tetapi tentu saja tidak mudah begitu saja untuk menguasai semuanya, kecuali kalau angkanya 51%, boleh saja mengatur dengan sesukanya, sehingga kini dan saat ini Mega harus memastikan bahwa suara Gerinda dalam legislatif bisa bersatu dengan Prabowo.
Dengan kelima alasan di atas, maka sesungguhnya, dari sisi Megawati Sukarno Putri yang mengundang bertemu Prabowo di kediamannya, memiliki hanya satu tujuan dan target agar bisa mulus mengantar Ketua DPP PDI Perjuangan, Puan Maharani menjadi ketua DPR 2019-2024.
Walaupun secara politik, karena PDIP menjadi pemenang Pileg dan peraturan dalam MD3 memiliki hak untuk menduduki posisi Ketua DPR RI, bahkan dengan semua koalisi pendukung Jokowi lebih 60an % penguasaan kursi di legislative tetapi Megawati tidak mau ambil risiko besar akan menjadi perebutan dalam menentukan ketua DPR nantinya.
Apabila Puan Maharani menjadi Ketua DPR RI maka sesungguhnya ini menjadi sebuah sejarah tersendiri bagi Megawawati sebagai penerus generasi dari keluarga Praklamtor besar negeri ini yaitu Soekarno.Â
Menjadi sejarah bagi perpolitikan Indonesia, Puan akan menjadi wanita pertama yang menduduki jabatan tertinggi dalam legislatif negeri ini, dan memberikan inspirasi dan semangat baru bagi gender wanita untuk mengambil peran besar di masa depan.
Bayangkan bila Puan Maharani berhasil menjadi Ketua DPR RI. Sepertinya lengkap prestasi sejarah dari Keluarga Megawati. Yaitu Presiden RI pertama adalah Megawati dan sekaligus yang terus mendedikasikian hidupnya bagi PDIP sebagai sebuah Role Model Parpol bagi negeri ini, kemudian Puan sebagai Ketua dalam PDIP, Menjadi Menko PMK dalam Kabinet Kerja Jilid I Jokowi-Kalla, dan nanti menjadi Wanita pertama sebagai Ketua DPR RI.
Nampaknya, mimpi dan target Megawati tidaklah muluk-muluk, dan secara politik wajar-wajar saja, dan memang sudah disiapkan sangat lama yang artinya hasil kerja keras, dan pada akhirnya mengajak Sanga Mantan Kepala Kopassus dan mantan Capres Prabowo untuk ikut mewujdukan mimpi ini.
Pertanyaannya adalah apakah Prabowo menjadi bagian dari mimpi Megawati ini ?
YupG. 24 Juli 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H