Bila Anda kesulitan untuk mencari bentuk kebersamaan dengan keluarga yang berkualitas, Anda bisa mempertimbangkan untuk mengikuti gaya orang nomor satu di Indonesia ini, Presiden Joko Widodo dengan quality time yang sangat sederhana, praktis, murah, efisien, berkesan dan ini dia benar-benar berkualitas.
Quality time ala Jokowi cukup 30 menit saja bersama keluarga pergi ke Restoran Pho 24 di TIS Square, Tebet, Jakarta Selatan, menikmati makanan mie kuah khas Vietnam yang disukai oleh istri dan anaknya, kemudian pulang kembali ke istana.
Itulah salah satu bentuk quality time gaya Jokowi dengan keluarganya yang dilakukan di akhir pekan kemarin, Minggu 21 Juli 2019, dari pukul 19.00 tiba di tempat dan pulang pada pukul 19.30. Â Dan nampaknya, ini merupakan sebuah restoran yang menjadi pilihan keluarga Jokowi dan istrinya Iriana.
Bahkan sudah beberapa kali menghabiskan waktu bersama keluarga sambil menyantap menu unggulan di resto ini, seperti yang dijelaskan oleh Dian, pemilik Restoran Pho 24. kompas.com
"Saya dengar-dengar Ibu (Iriana) yang suka ngajakin ke sini. Dia (Presiden Jokowi) mau coba pho-nya, mi kuahnya itu. Karena kan emamg ciri khasnya pho-nya," tutur Dian.
Pada umumnya quality time yang di mengerti sebagai waktu yang dihabiskan bersama-sama oleh satu keluarga inti, bapak, ibu dan anak-anak harus memiliki satu agenda khusus yang memikat semuanya untuk berinteraksi dengan baik dan bermakna penuh.
Berangkat dari quality time ala Jokowi, ada beberapa aspek kunci dalam membangun kebersamaan yang bermutu, yaitu :
Satu, memilih agenda atau acara dalam kebersamaan, pilihannya bisa bermacam-macam agenda itu. Seperti gaya Jokowi, memilih agenda kebersamaan keluarganya dalam bentuk "makan bersama" dan tentu saja duduk bersama dalam satu meja makan sehingga interaksi yang diharapkan bisa terjadi secara intensif.Â
Kedua, memilih makanan yang disukai bersama-sama menjadi kunci dari jiwa quality time yang terjadi. Iriana dan Jokowi memilih menu mie Vietnam yang di sukai oleh semua anggota keluarga.Â
Bayangkan apabila hanya satu orang yang menyukai makanan itu tetapi yang lain tidak, maka interaksi yang terjadi pasti tidak berkualitas dan pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas hubungan antar anggota keluarga.
Aspek yang kedua ini, tentang menu makanan, sering sekali menjadi sumber pertengkaran antara anggota keluarga yang memiliki selera makan yang berbeda. Oleh karena itu, maka menjadi sebuah pergumulan dalam keluarga untuk menentukan makanan yang mampu mengikat semua anggota keluarga.