Setelah di nanti penuh penasaran, Prabowo dan Jokowi bertemu setelah hiruk pikuk sengketa hasil Pilpres 2019 yang sudah berjalan selama hampir setahun. Dan tempat bertemu kedua tokoh ini juga "heboh" karena diadakan di atas MRT dari Lebak Bulus ke Senayan. Ada banyak hal menarik untuk dimaknai, termasuk bahasa tubuh kedua tokoh ini.
Kata-kata di tengah ucapan Probowo ketika membalas sambutan Jokowi ketika pukul 10.15 wib tiba di stasiun MRT Senayan adalah bahwa ada "Ewuh Pakewuh" dari pihaknya untuk bertemu dengan Jokowi, disertai penjelasan lanjut "ada tata krama".
Kata-kata khas bahasa Jawa Inggil (bukan bahasa Jawa biasa yang dikenal sebagai bahasa "ngoko".
Kemudian Prabowo menyatakan bahwa perlu tatap muka. Inilah makna tata karma yang dimaksud oleh Prabowo. Â Tatap muka merupakan komunikasi langsung, di mana komunikasi verbal dan non verbal dapat dilaksanakan yang merupakan komunikasi lengkap.
Makna "ewuh pakewuh" lebih menunjukkan perasaan beretika seorang Prabowo bahwa sesungguhnya "mau tidak mau - suka tidak suka - Â perasaan sungkan, ada keinginan lebih, tidak cukup hanya melalui ucapan mulut." Â
Di sini dibuktikan bahwa komunikasi langsung tatap muka tetap diperlukan, karena itu dalam disrupsi era industri 4.0 sudah lama dipikirkan dan dijalankan bahwa untuk komunikasi jarak jauh dikerjakan melalui video conference; ada muka peserta konferensi atau perbincangan  dari kota lain yang sedang berkomunikasi dengan pihak lain di kota yang berjarak jauh dapat berkomunikasi.
Itu merupakan salah satu cara mengatasi disrupsi, namun tidak bisa dihindari paling baik adalah pertemuan tatap muka.
Dari gerak-gerik Jokowi maupun Prabowo dapat kita tarik juga makna komunikasi non verbal, yang sudah menjadi kebiasaan ke dua tokoh ini, dan tidak dapat diubah dengan berbagai pemaknaan tergantung budaya yang kita yakini.
Perhatikan gerak tangan Jokowi, ketika duduk berdampingan di dalam kereta  MRT, berkali-kali suka membuka tangannya kearah bawah badan.