Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Donald Trump Melangkah DMZ, Propaganda atau Teater Politik?

1 Juli 2019   15:57 Diperbarui: 1 Juli 2019   16:55 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://internasional.kompas.com/read/2019/06/30/14491371/jejakkan-kaki-di-korea-utara-trump-jabat-tangan-kim-jong-un

Langkah Sejarah Trump

Kalau tidak menghebohkan itu bukan Donald Trump. Sejak menjadi orang nomor satu di negeri Paman Sam ini, nyaris semua langkahnya selalu menghebohkan jagad politik, tidak saja di dalam negeri Amerika sendiri tetapi juga dunia internasional. Sebutkan saja dengan perang dagang AS dengan China yang masih terus berlanjut, lihat saja kebijakan Trump tentang penduduk imigran di AS, selalu saja mengundang kontroversi

Kali ini lebih menghebohkan lagi ketika Trump selesai mengikuti KTT G-20 di Osaka Jepang. Media hari ini, 1 Juli 2019 heboh dengan video dan foto besar-besar, bahkan ada koran bahasa Inggris satu halaman penuh di halaman depan menampilkan Presiden AS Donald Trump diapit Presiden Korut Kim Yong Un, melangkah batas Dimelitary  Zone (DMZ) batas Korsel ke Korut, seperti yang diberitakan oleh stasiun televisi BBC London hari ini. Dan diikuti oleh pemberitaan yang sangat luas di seluruh dunia, pun di Indonesia.

Mereka berdua berjabat tangan dan wartawan video serta wartawan foto yang "sangat terbatas" mendapat izin menjepret peristiwa yang dilaporkan sebagai peristiwa bersejarah.

Namun ketika Donald Trump pulang ke Washington, menyatakan bahwa peristiwa itu telah dibesar-besarkan oleh media yang dia katakan sebagai "Political Theater" atau "Teater Politik"; ini berita dari BBC TV pukul 13.00 WIB.

Mengapa bisa disebut "teater politik", karena masih belum menyentuh yang sifatnya substantif adanya. Ini dipertegas oleh komentar dari jurnalis TV BBC dari London yang juga menyebutkan bahwa pertemuan itu tidak membahas substansi yang berarti, kecuali hendak membuat sejarah Presiden Amerika ini sudah menginjak kaki di wilayah satu satunya negara komunis Korea Utara. Walaupun demikian, di beritakan bahwa, tampak kemauan kedua belah pihak untuk berusaha menuju dan mencapai perdamaian dunia.

Komentar selanjutnya mengulas denuclearization yang nampaknya masih jauh panggang dari asap, seperti masalah persetujuan pelucutan nuklir di Iran yang sejak beberapa bulan menjadi runyam tiada kejelasan.

Ya, inilah panggung sandiwara dunia, karena semuanya sedang memainkan lakon yang berbeda-beda, sebagai cerminan dari sebuah realitas dunia yang sedang dihadapi kini dan mungkin kedepan juga.

Melalui berbagai media yang ada hari ini, diberitakan juga komentar tentang kehebatan Donald Trump mengundang Kim Yong Un berkunjung ke Washington. Sebuah upaya yang boleh disebut "propaganda" seorang Donald Trump yang selalu heboh dan mempertontonkan kehebatannya untuk mengambil jalan pintas yang tidak sempat orang lain pikirkan sebelumnya.

Berita langkah Kim Jong Un menjemput Donald Trump, presiden AS satu-satunya yang pernah menginjakkan kakinya ke tanah Korea Utara tentu merupakan berita dunia internasional yang menempati posisi "top markotop" siang ini di negara-negara Asia, di Australia  dan di sebagian besar negara-negara Eropa Barat.

Bila dicermati dengan baik, nampak bahwa jurnalis BBCTV juga mempertanyakan peristiwa tersebut sebagai yang merupakan propaganda siapa? Sebuah pertanyaan yang sangat menggoda untuk memaknai apa sesungguhnya yang sedang dikerjakan oleh seorang Trump dengan perjumpaannya dengan Kim Yong Un ini?

https://www.bbc.com/indonesia/dunia-48815349
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-48815349
Artinya, kenekatan dari seorang Donald Trump untuk melangkahi DMZ, apakah hanya sekedar membuat sejarah saja? Atau ada pesan-pesan penting yang besar untuk kabaikan atau kerusahakan dunia ini.

Diberitakan oleh kompas.com, bahwa Paus dari vatikan Roma menyambut gembira tentang langkah Trump ini yang disebutnya sebagai "dialog kebudayaan"

Dari Vatikan, pemimpin Gereja Katolik Paus Fransiskus memuji pertemuan tersebut karena dianggap sebagai contoh baik sebuah dialog kebudayaan. Dalam pernyataan di sela Doa Angelus di Basilika Santo Petrus, Paus Fransiskus mengatakan pertemuan itu bisa membuat langkah berikutnya dalam dialog perdamaian. "Tak hanya di Semenanjung Korea saja. Namun juga di seluruh dunia," terang paus asal Argentina itu.

Teater Politik dan Propaganda

Sungguh sangat menarik bagi kita sedikit mengulas apa itu "Political Theater" dan apa yang dimaksud "propaganda" dari pandangan ilmu Komunikasi.

Political Theater atau sandiwara politik sudah dikenal pada zaman Yunani kuno ketika topik-topik sosial politik dimainkan dalam sandiwara sebagai pertunjukkan mengkritik nilai budaya dan isu masyarakat kontroversial.

Dewasa ini juga ada yang berpendapat bahwa sandiwara politik sengaja dimainkan atau dipertunjukkan sebagai eksplorasi menggugah reaksi masyarakat akan suatu kejadian kontroversial tertentu.

Terutama merupakan unggahan media karena mengetahui para pemirsa atau pembacanya dalam waktu atau wilayah tertentu ingin mengikuti lebih intens perkembangan dunia politik.

Pada tahun 440-an sebelum Masehi di Yunani seorang ahli drama bernama Aristophanes mempertunjukan suatu drama satire (nyeleneh) yang menyinggung budaya Yunani dalam perdebatan di parlemen melawan pemerintahan yang dianggap bermewah-mewah.

Kemudian, sejarah ini dibukukan oleh penulis Alfred Bates dengan judul: The Drama -- Its History, Literature and Influence on Civilization (1906). Di Negara seperti AS, drama politik dapat dipentaskan sebagai parodi bahkan di buat pertunjukkan talk show atau stand-up comedy.

Sedang Propaganda diartikan sebagai, kata umum yang kita kenal sebagai komunikasi satu arah untuk mempengaruhi pihak tertentu. Asal kata bahasa Latin: "propagate" dengan arti "untuk memisahkan" atau membelah opini ke suatu belahan baru.

Dalam Ilmu Komunikasi propaganda merupakan informasi yang tidak objektif dengan tujuan utama mempengaruhi audiens dan mengarahkan suatu agenda tertentu (agenda setting).

Sering propaganda digunakan oleh pemerintahan yang otoriter, dimana di Indonesia pernah mengalami propaganda yang ingin dimasukkan kedalam pemerintahan Soekarno, yang ketika itu sempat dicanangkan sebagai Manipol Usdek, yang berbau komunis.

Di negara China, dikenal propaganda rezim Mao Tze Tung sebagai perjuangan rakyat untuk rakyat.

Dikemudian hari ditemukan kata "hasutan" dalam bentuk slogan-slogan politik yang sebenarnya juga merupakan propaganda. Belum lagi jika kita mempelajari sejarah perkembangan Nazi di Jerman hingga mencetuskan Perang Dunia ke II, penuh intrik-intrik propaganda.

Dalam Ilmu Komunikasi Politik yang mengupas habis tentang propaganda, strategi dan taktiknya merupakan pembelajaran yang sangat mendasar dan penting.

Apa yang baru ramai kita alami menjelang dan hingga sesudah Pemilihan Umum tahun 2019 ini, sebenarnya penuh propaganda; yang karena budaya Indonesia, Alhamdulillah, dapat terjaga dengan baik, masih tergolong sebagai "propaganda sopan".

Pada era komunikasi yang di dinamisir oleh penggunaan media sosial seperti facebook, tweeter, istagram, dan sebagainya, maka propaganda itu menjadi sesuatu yang lumrah terjadi. Karena setiap kelompok berusaha untuk mengirimkan pesan-pesan penting agar tujuan mereka untuk memenangkan kontestasi tercapai.

Donald Trump dan Langkah Sejarah Dunia

Donald Trump memang sedang membuat sejarah, dan memang langkah-langkahnya sebagai Presiden AS penuh dengan sejarah keberanian, walaupun juga penuh kontroversi yang membuat banyak orang merasa tidak nyaman, tetapi dia nampak tidak peduli dan terus melangkah saja.

Menyelesaikan konflik seperti yang terjadi di sepanjang semenanjung korea itu, yang sudah sangat lama, dan dikenal sebagai zona keamanan super ketat di dunia, harus diselesaikan. Menyelesaikan masalah sebesar itu tidak mungkin tuntas dalam semalam saja. Tetapi harus dimulai, dimulai dan terus menerus dikerjakan.

Donald Trump sudah melangkah, dia sudah membuat sejarah menginjak wilayah Korea Utara, negara komunis dunia saat ini yang ditakuti. Dan nampaknya langkah ini adalah langkah yang harus diteruskan oleh siapapun pimpinan pimpinan negara di dunia yang peduli pada perdamaian dunia ini.

Donald Trump sudah mulai melangkah, dan langkahnya itu adalah langkah propaganda bagi perdamaian dunia, kendati juga oleh wartawan menyebut sebagai teater politik semata. Pun sebuah teater politik, kalau hanya itu yang bisa dikerjakan pada langkah awal pasti akan lebih baik ketimbang tidak melakukan apa-apa sama sekali, dan perdamaian di semenanjung korea itu tinggal mimpi saja, dan akan terus menerus diwarnai oleh kisah tragis dan horor tentang kekejaman keamanan yang ada.

Catatan, artikel yang sangat hot ini, ditulis dan dikirimkan oleh sahabat baik saya Ludwig Suparmo, seorang specialist ilmu komunikasi dan 30an tahun masih terus berkarir sebagai konsultan dan trainner.

YupG. 1 Juli 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun