Artis dan atau pelawak menjadi politisi sudah banyak, bahkan menjadi bupati, gubernur dan wali kota, apalagi menjadi anggota legislatif sudah banyak. Tetapi menjadi seorang rektor sebuah universitas, ini baru "langka". Apakah Nurul Qomar sedang melawak?
Kasus dugaan pemalsuan ijazah S2 dan S3 oleh pelawak Nurul Qomar untuk bisa memenuhi syarat menjadi Rektor Universitas Muhadi Setiabudhi (UMUS) Brebes dan akhirnya ditangkap polisi seakan menyempurnakan hiruk pikuk dunia pendidikan di Tanah Air saat ini. Bayangkan saja, pro dan kontra penerapan sistem zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) sedang memuncak dan masih terus ditata oleh mendikbud.
Belum lagi kasus-kasus lainnya yang semakin menjelaskan tentang dunia pendidikan kita yang masih penuh dengan "bopeng-bopeng" yang, sepertinya kok semakin parah dan menimbulkan soal-soal yang baru. Seakan tujuan pendidikan itu sendiri semakin jauh dari cita-cita luhur yang ada di dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia.
Peraturan mewajibkan penggunaan seragam muslim kepada para siswa SD Negeri Karangtengah 3, Yogyakarta juga viral akhir-akhir ini. Meski pimpinan sekolah sudah meminta maaf hingga sang bupati turun tangan, tapi kasus ini makin menjelaskan sisi gelap lain pendidikan kita.
Demikian juga dengan sejumlah kasus pelecehan seksual di sejumlah kampus dan sekolah. Seperti kasus dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oknum dosen di FISIP Universitas Sumatera Utara (USU) terhadap mahasiswinya tahun lalu dan mulai diangkat kembali untuk diusut karena oknum dosen itu mungkin melakukan lebih banyak lagi.
Dengan kasus-kasus yang sangat baru di atas, lalu pertanyaan yang sangat menggoda dan tentu saja mengganggu pikiran kita semua adalah ada apa dengan dunia pendidikan kita saat ini? Mau dibawa ke manakah pendidikan Tanah Air ini? Siapa dan lembaga apa yang paling bertanggung jawab terhadap semua keadaan ini?
Pertanyaan ini menjadi miris rasanya ketika kita disadarkan bahwa dinamika perubahan, perkembangan saat ini sudah sangat jauh melihat ke depan, dengan dorongan dahsyat dari revolusi industri 4.0 dan 5.0 serta disrupsi inovasi yang terus merasuki mengubah sendi-sendi kehidupan masyarakat.
Negara-negara maju di dunia sibuk dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berusaha menjawab tantangan kehidupan di masa depan yang semakin kompleks. Sementara negeri ini lebih sibuk dengan kecenderungan mencari jalan pintas nan instan, menghalalkan segala cara ala pencuri, keluar dari norma dan nilai-nilai luhur masa depan, dan kecenderungan hedonis yang luar biasa, serta mau hasil tetapi malas menjalani proses.
Betul, ada apa dengan wajah dunia pendidikan kita? Nilai-nilai apakah yang hilang? Dan mengapa mudahnya melanggar hukum dan aturan serta norma luhur yang ada?
Rektor Nurul Qomar: Miskin Integritas