Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Refleksi, Keluar dari Sindrom Patah Hati

23 Juni 2019   10:06 Diperbarui: 26 Juni 2019   16:13 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak ada orang yang tidak kenal dengan kata patah hati. Saking kenalnya maka cukup paham makna dari patah hati itu. Bisa juga karena mungkin mengalami patah hati berkali-kali.

Akan tetapi, mungkin banyak orang yang tidak paham dari mana muncul istilah patah hati itu.  Betul, apakah ada yang tahu asal-usul frasa "patah hati" itu?

Kalau Anda telusuri dengan cermat, pasti menemukan bahwa itu berasal dari kitab suci dan sudah dipakai ratusan tahun lamanya.  Di dalam kitab Mazmur 69:20, pemazmur  Daud menulis demikian :

"Cela itu telah mematahkan hatiku, dan aku putus asa; aku menantikan belas kasihan, tetapi sia-sia, menantikan penghibur-penghibur, tetapi tidak kudapati."

Walaupun pemazmur Daud menulis mazmur ini berabad-abad yang lalu, namun para dokter mengatakan bahwa patah hati itu merupakan sebuah gangguan kesehatan. 

Para ahli mengatakan bahwa sesungguhnya, ketika seseorang menghadapi satu peristiwa traumatis, otaknya akan melepaskan zat kimia untuk mengatasinya, dan beberapa zat kimia itu sebenarnya melemahkan jaringan jantung. Dan inilah yang mereka sebutkan dengan istilah "sindrom patah hati."

Menarik untuk direnungkan dengan tenang dan sungguh-sungguh, sebenarnya apa yang menyebabkan patah hati itu di alami oleh seseorang? 

Jawaban atas pertanyaan ini menjadi sangat penting sebagai dasar dan panduan bagi seseorang yang mengalaminya, untuk keluar dari sindrom patah hati.

Memeriksa banyak referensi hasil riset dan literatur, menjelaskan sangat banyak faktor atau area yang menjadi sumber patah hati itu.

Sebagai refleksi dasar dan sederhana yang banyak orang alami, berikut ini diantaranya ada 3 penyebab patah hati, yang mungkin agak berbeda, yaitu:

Satu, Kita kecewa karena banyak yang tidak berjalan sesuai rencana kita.

Dua, Kita ditolak oleh seseorang yang kita cintai atau seseorang yang kita pikir mencintai kita.

Tiga, Kita benci orang lain karena masih menyimpan luka masa lalu kita. 

Ketiga penyebab ini menjadi sumber mendasar yang juga memiliki dampak yang lebih luas dalam hidup seseorang. Dan cara mengatasinyapun tidak mudah karena sangat tergantung kepada orang yang mengalaminya.

Kecewa, ditolak dan dibenci menjadi akar dari patah hati yang penyembuhannya harus mendasar dan totalitas. Seseorang harus merevolusi diri sendiri dari masalah penolakan, kekecewaan dan membenci.

Ini sudah menyentuh aspek psikis dan menuju pada wilayah spiritual sebagai basis kehidupan seseorang dalam merespon semua dinamika hidup yang di alami.

Sulitkah? Benar sekali sungguh sangat sulit, bahkan banyak orang gagal melewatinya sehingga tetap menjadi bagian hidupnya rasa patah hati itu.

Tapi, tidak perlu kuatir apalagi putus ada, sebab ada satu kabar baik yang Anda harus sadar dan paham. Yaitu, "apa pun yang jadi penyebab patah hati Anda atau bagaimana Anda mendapatkannya; Yesus dapat membantu Anda. Bahkan, dalam khotbah-Nya yang pertama, Yesus mengatakan itulah salah satu alasan Dia datang ke dunia". 

Entah apakah Anda pernah berkecil hati hingga patah hati oleh kekecewaan, penolakan, atau kebencian, Tuhan telah mengutus anakNya dalam diri Yesus yang telah datang untuk menyembuhkan hati Anda yang sakit, patah bahkan hancur berkeping keping.

Lagi-lagi disana ada janji yang teguh dan pasti bagi setiap orang yang mengalami patah hati yang sungguh menyakitkan itu. 

Apabila Anda terluka, ketahuilah Tuhan ingin menolong Anda dan mau menyembuhkan luka itu. Lagi-lagi Sang pemazmur berkata dalam Mazmur, yaitu

"Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka"

Sungguh janji yang manis, meneguhkan, membebaskan dan menguatkan untuk keluar dari penderitaan patah hati dan memulihkan pada hidup yang penuh damai dan sukacita.

Anda tak akan pernah lebih dekat dengan Tuhan selain ketika Anda terluka. Dia ada di sana untuk membantu Anda.
Apakah Anda mengizinkan-Nya?

Yupiter Gulo, 23 Juni 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun