Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Awas, Kinerja Anda Anjlok Setelah Libur Panjang

7 Juni 2019   21:59 Diperbarui: 8 Juni 2019   07:16 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.envisionexcellence.net/2019/02/five-signs-you-have-a-mediocre-culture/

"Walaupun liburan lebaran sangat panjang tidak menjamin kinerjanya tinggi setelah kembali bekerja. Bila tidak dijaga dengan benar, sangat mungkin move on butuh waktu lebih lama lagi, dan ini pasti tidak diinginkan oleh perusahaan"

Setelah liburan panjang, setelah berhenti bekerja cukup lama, diharapkan kondisi badan dan terutama otak/pikiran menjadi "fresh".  Berlibur dan bersilaturahmi dengan keluarga dan kerabat, merupakan bagian dari "taking a break",  atau ada teman yang lebih suka menggunakan istilah "stopping" dalam waktu kita bekerja atau beraktivitas.

Pesan pentingnya adalah tentang pentingnya jedah, "mengisi kembali baterai otak". Tentu saja yang dimaksudkan itu beristirahat sejenak tidak berarti berhenti bekerja; dalam pemikiran tugas kerja tetap tertanam ketika "taking a break".

Dari pengalaman bekerja di beberapa industri, oleh perusahaan, tidak dibenarkar tidur sejenak sebagai jedah, juga dengan tetap duduk dibelakang meja kedua tangan menahan dagu untuk melamun, berkhayal atau day dreaming, bukanlah cara taking a break yang untuk meningkatkan produktivitas diri.

Salah satu pilihan yang bisa menjaga dan mendorong produktivitas yang tinggi setelah liburan panjang dari masa lebaran adalah "the dynamics of Actions", yang intinya adalah melakukan kegiatan secara dinamis dalam bekerja.

Dinamika bekerja berlaku bagi semua pekerja dari pucuk pimpinan hingga operator, dari mereka yang aktif menjalankan mesin hingga petugas lapangan, maupun guru di sekolah. Demikian pula dinamika bekerja dimulai dari seorang junior atau karyawan pemula, maupun start-ups, hingga direktur maupun komisaris. Baik yang berkarir di perusahaan/institusi maupun wira usahawan dengan bidangnya masing-masing; semuanya sesungguhnya seperti  berjalan diatas tali risiko.

Melaksanakan tugas-tugas kerja, apalagi mengelola atau me-manage adalah keahlian "balancing", menjaga dan berjalan diatas tali tugas pekerjaan agar seimbang dan sesuai mencapai tujuan. Me-manage, atau mengelola yang lebih popular disebut menjalankan manajemen sesungguhnya berasal dari kata yang berhubungan dengan "movement" atau menggerakan. 

Me-manage berarti memegang kendali, menghadapi problema, menangkap peluang, menganalisis dan mengevaluasi, menata kebijakan dan merencanakan tindakan, hingga mengontrolnya agar sesuai mendapat hasil yang diinginkan. Dalam menjalankan ini sesuai waktu dan tingkatan, harus bergerak aman.

Dengan demikian perlu pengetahuan bergerak secara dinamis. Tidak perlu pesimis jika salah langkah, kemudian berakibat terjatuh, salah tindakan mencelakakan perusahaan atau usaha rintisan yang sedang dimulai. Tentu demikian kita tidak inginkan, maka jangan membiarkan otak dan perasaan kearah pesimistis, negatif, kerahkan daya pikir dan kemauan keras untuk yang positif.

Marilah optimistis memahami dinamika bergerak dalam memajukan perusahaan ataupun karier sendiri. Dasar utamanya adalah melalui berkomunikasi yang tepat agar dapat meningkatkan cara kita mengambil keputusan, decision making process through effective movements in communication.

Dalam memahami dynamics of action, lebih banyak mendalami movements sebagai non-verbal-communications, dan mengendalikannya, me-manage-nya.

Tubuh dan pikiran kita condong bereaksi secara benar dan mulia memberikan empathy dan apathy atau sebaliknya melawan tekanan dan menolak beban.

Jika beban terasa berat tubuh memberikan warning dengan perasaan otot kaku ataupun timbulnya kelelahan. Pada waktu beban pekerjaan dirasakan berat atau sulit, sel otak dan otot, juga aliran darah tubuh kita bereaksi menyiapkan variasi menghadapi tekanan menurunkan desakan penyelesaian atau malah melawannya dengan akibat bertambahnya berat pekerjaan, merasakan lebih sulit mendapatkan jalan keluarnya.

Jika tekanan pekerjaan karena tenggang waktu (harus menyelesaikan sebelum dead-line; ada yang keliru menulis sebagai "date-line"), tubuh akan bereaksi menyesuaikan perintah sel otak dengan mempercepat langkah atau mengurangi kecepatan langkah untuk menyelesaikannya.

Jika tekanan penyelesaian tugas lebih diutamakan terjadi aliran untuk mengikutinya atau sebaliknya menghentikannya, melepaskannya.

Dalam ilmu manajemen produktivitas diri dianjurkan agar fokus, berfokus pada satu tugas untuk menyelesaikannya dengan baik.

Berfokus bukan hanya merupakan gerakan optic dari memandang sesuatu, meskipun jika kita mulai sesuatu pekerjaan tentu perlu memahami dengan pandangan yang fokus agar jelas proses tindakan yang harus dikerjakan. Semacam jika kita masuk ruangan kerja, ruangan laboratorium, ruangan kelas ataupun ruang meeting ataupun ruang training.

Sebaiknya kita langsung mengamati, dan selayaknya demikianlah movement sesuai dynamics action, agar kita menempatkan peralatan yang diperlukan dalam jangkauan mudah, agar laptop atau peralatan mengajar atau peralatan laboratorium untuk penelitian atau percobaan siap semuanya ditempat yang cocok; demikian pula suasana di lapangan yang harus kita beradaptasi atau langsung  membuat perubahan bila bekerja di lapangan.

Cara memandang demikian disebut memperhartikan berfokus meneliti secara tiga demensi, agar kita lebih yakin pada tujuan memulai suatu tugas atau pekerjaan.

Dengan scanning, melihat cepat, berfokus pada beberapa titik yang penting, lebih memastikan gerakan pertama kita untuk memulai tugas dengan benar dan terarah.

Fungsi bergerak berfokus demikian bertujuan agar mendapatkan kepastian mengenali tempat, objek, yaitu antara lain kerabat kerja yang akan kita ajak bekerja sama, peserta rapat, bahkan subjek (materi yang disiapkan dengan baik), termasuk tempat yang sesuai; dengan gerak movement cepat demikian inilah dinamika aksi yang membawa kita pada produktivitas lebih mantap. Nah, inilah permulaan kita bergerak mulai bekerja.

Setelah kita mengadakan movement secara spatial, 3 dimensi, kita merasa nyaman dan yakin tempat kita bekerja aman bahkan menunjang untuk berprestasi, untuk dapat memberikan performa terbaik buat produktivitas diri kita juga buat semua peserta dalam ruang/kantor kita bekerja.

Tindakan investigative tidak hanya atas ruangan, tempat duduk, area bekerja kita; tindakan investigative juga berlanjut secara sopan atas kerabat kerja, lawan bicara kita. Tindakan demikian perlu agar kita dapat berfokus kemana kepada siapa atau pada bagian pekerjaan yang mana.

Movements: investigative dan focusing semua harus berjalan secara otomatis dari dalam pribadi kita, namun bila belum terbiasa, mulai dari sekarang ayo mari kita berlatih.

Sekarang kita harus mengatur derap langkah kita, apakah harus dipertegas, dipercepat atau akan diperlambat.  Derap langkah dalam bahasa Inggris disebut pace.

Bergerak dalam bekerja bukan hanya secara fisik, tangan dan kaki atau tubuh yang bergerak, lebih penting adalah pikiran dan hati kita dapat kita atur pergerakannya, menyesuaikan dinamika pekerjaan yang kita hadapi.

Fokus akan gerakan tindakan kita apakah harus lebih tegas atau dengan diplomasi halus, tergantung situasi dan kondisi, namun harus dapat dirasakan (dengan berfokus).

Pace disesuaikan dengan tempo; artinya derap tindakan kita harus kita sesuaikan waktu yang tersedia, apakah urgent and important, sehingga harus diprioritaskan; ataukah important tetapi tidak urgent, dapat digeser untuk pekerjaan yang lebih penting.

Mungkin pace and tempo, derap dan waktu yang tersedia, menjadi gawat; maka timbul pressure, tekanan dalam diri kita. Dalam menghadapi tekanan sehubungan waktu yang tersedia dan pentingnya pekerjaan, diri pribadi yang tajam perasaan akan memberikan signal untuk menarik diri atau malahan menyerang menghadapi situasi demikian.

Bagaimana mengasah agar mempunyai perasaan tajam? Lebih banyak itu karena tingkatan spiritual masing-masing.  Untuk dipahami bahwa, dapat dilatih misalnya melalui latihan Neuro Linguistic Programming atau latihan meditasi/yoga

Biasanya actions menghadapi pressure mengarah tindakan dan movement kuat, agresif dan solid (mantap). Actions meredam pressure mengarah pada movement, gerakan, yang "kalem", bersabar dan kadang-kadang bersikap "tidak peduli" (meskipun tidak sesungguhnya, melainkan melalui kepedulian yang  ditenangkan!).

Berikut beberap contoh movement yang terjadi pada waktu mengalami pressure:

  1. Melemparkan atau membanting sesuatu, membuka dokumen dengan cepat secara kasar,  meremas tangan, menggaruk rambut kepala dengan keras, mengerutkan dahi. (Kita berharap tidak melakukan tindakan geram yang menggambarkan karakter negatif; mungkin perubahan raut muka terjadi otomatis dan sukar untuk dicegah -- namun semua dengan latihan kesabaran dan awareness, "eling" hal paling kecil sebagai pertanda geram karena tekanan pekerjaan dapat dicegah)
  2. Jika kita dapat mengontrol diri, maka movement, tindakan kita adalah mengurangi tekanan. Contoh: berjalan tegap tanpa menghentakkan sepatu, berjalan mulus dan hati-hati, tidak menimbulkan suara. Memandang kedepan dengan senyum. Melipat tangan diatas meja atau diatas pangkuan (bukan menunjukkan diri dengan melipat tangan diatas dada). Mengangguk ramah, memberikan salam, menjabat tangan dengan tenang.

Apa yang kita simak ini merupakan bagian Ilmu Komunikasi non verbal, yang penting kita kuasai dalam meningkatkan produktivitas diri. Semoga sukses.

Arikel ini disiapkan dan dikirimkan oleh sahabat baik saya Ludwig Suparmo, seorang Senior Konsultan dan Coaching

Referensi: Carol -- Lymne Moore (1982). Executives in Action -- A Guide in Balanced Decision Making in Management. MacDonald and Evans, Slough, Great Britain.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun