Prabowo Mohon Maaf
Kedatangan Prabowo ke rumah duka Sby Cikeas pada Senin sore 3 Juni 2019 untuk berbelangsukawa atas meninggalnya Ibu Ani Yudhoyono pada Sabtu 1 Juni 2019 dan dikebumikan Minggu 2 Juni 2019 menjadi viral beberapa saat setelah Capres 02 ini meninggalkan rumah Sby.
Video konferensi pers yang dilakukan oleh Prabowo yang berdurasi sekitar 1 menit saja beredar luas di kalangan sosial media dan media daring. Karena diikuti oleh konferensi pers yang juga dilakukan Sby setelah Prabowo meninggalkan Cikeas.
Pancingan pertanyaan para jurnalis mendorong Prabowo untuk menjelaskan bagaimana kedekatannya dengan keluarga Sby, dan bahkan juga dukungan politik Ibu Ani Yudhoyono kepada Prabowo dalam Pilpres 2014 dan 2019. Kendati Sby sudah memohon kepada jurnalis untuk tidak memberitakan pernyataan Prabowo itu, tetapi ternyata tetap juga disebarluaskan.
Secara pribadi saya sendiri berpendapat bahwa pernyataan Capres 02 sangat tidak elok didengar, bahkan hati ini menjadi sangat terganggu dengan sangat gamblang Prabowo menjelaskan di depan para wartawan saat itu.
Mengapa? Karena proses kepergian Ibu Ani Yudhoyono sejak dari Singapore hingga proses pemakaman di TMP Kalibata merupakan kedukaan yang mendalam tetapi juga membawa kesejukan dan kedamaian di tengah hati sanubari dan spiritual warga Indonesia. Bahkan seakan-akan bumi negeri ini dinaungi oleh suasana duka tetapi damai. Nyaris disana tidak ada suasana politik yang selama berbulan-bulan masyarakat berada dalam ketegangan yang luar biasa.
Di tempat pemakaman yang menjadi puncak kesejukan dan kedamaian ditangkap oleh publik ada pemulihan negeri ini dari keretakan sosial politik yang mendera dengan aksi 22 Mei 2109 yang lalu. Bahkan di klimakskan oleh momen bersejarah ketika Sby dan Megawati saling bersalaman sambil bertatap penuh senyum dan ketulusan yang menjadi indikasi adanya pemulihan sosial politik.
Harusnya situasi ini akan terus bergulir dan mengalir menjadi virus kedamaian dan kesejukan di tengah-tengah publik yang masih akan terus mengawal proses penyelesaian sengketa hasil Pilpres dan Pileg 2019 di MK.
Tetapi, pernyataan Prabowo yang diungkapkan hanya dalam hitungan beberapa detik saja, membuat suasana klimaks proses kepergiaan Ibu Ani Yudhoyono ini menjadi berbeda kini.
Kendati Pak Sby sudah memohon agar jangan di wartakan tentang statement Prabowo itu, tetapi malah menjadi meningkatnya tensi rasa ingin tahu publik tentang kedatangan Prabowo di rumah duka alm Ibu Ani Yudhoyono.
"Slips of the tongue" dari Prabowo
Tidak bisa dipungkiri bahwa kedatangan Prabowo memang ditunggu oleh publik, karena saat meninggalnya Ibu Ani hingga penguburannya, Capres 02 ini sedang berada di luar negeri. Dan sesuai dengan janjinya, akan segera datang memohon maaf dan melayat segera setelah tiba di tanah air.
Mungkinkah pernyataan yang disampaikan di dalam konperensi pers itu karena Prabowo "slips of tongue" atau karena beliau sedang "jet lag?"
Kalau ini benar, itu berarti Prabowo sama sekali tidak ada niat untuk tidak menghormati Ibu Ani Yudhoyono dan juga Sby dan keluarga, apalagi mau menyinggung perasaan dari Sby karena Ibu Ani sudah meninggal dunia dan seyogianya tidak lagi ada kaitannya dengan urusan politik apa saja.
Perjalanan yang di lakukan oleh Prabowo sejak dari Jakarta, ke Dubai, dan langsung ke Eropa, dipastikan akan menghadapi kelelahan yang luar biasa. Dengan melintasi batasan zona waktu yang terus berganti-ganti dan akan sangat mempengaruhi kondisi fisik, kesehatan, psikis tentu saja perilaku dan komunikasinya juga.
Bagaimanapun, karena situasi politik di tanah air sedang berada pada titik tertingginya, maka keberadaan serta kehadiran para tokoh nasional seperti Prabowo dan Sandi pasti menjadi perhatian dan kepedulian publik. Segalanya akan menjadi saling kait mengkait untuk membaca semua dinamika dan kecenderungan yang akan terjadi di negeri beberapa bulan kedepan.
Publik mengerti bahwa Jet lag itu merupakan perubahan waktu tidur sementara atau merasa lelah dan kebingungan setelah perjalanan panjang dengan melintasi beberapa zona waktu menggunakan pesawat terbang. Dan bagi orang yang mengalami jet lag akan adanya gangguan pada pola tidur, rasa selalu mengantuk, dan kelelahan.
Mungkinkah Prabowo mengalami jet lag sehingga mempengaruhi beliau ketika menyampaikan pernyataan yang "nampaknya di luar kendalinya" walaupun diungkapkan dengan sangat tenang dan tidak tergesa-gesa.
Sebab, orang yang mengalami jet lag pasti koordinasi antara pikiran dan perkataan serta perilaku sangat mungkin tidak sejalan.
Bagaimana dengankemungkinan terjadi slips of the tongue atau lebih dikenal dengan istilah salah ucap atau keseleo lidah?
Kalau membaca dalam KBBI disana ada penjelasan bahwa keseleo lidah (slip of the tongue) memiliki makna salah mengucapkan; salah mengatakan.
Walaupun jarang terjadi, tetapi kalau terjadi ada konsekuensi yang harus disadari. Slip of the tongue, bisa membawa petaka dan bahaya. Misalnya ada pameo lain berkata bahwa a slip of the foot you may soon recover, a slip of the tongue you never will, yang makna bebasnya adalah selip kaki bisa segera disembuhkan, namun selip lidah takkan bisa disembuhkan.
Kalau di lihat secara umum maka terjadinya kesalahan ini sebagai akibat ketidaksengajaan dan tidak disadari oleh pengucapnya. Fakto penyebabnya bisa saja dari faktor kelelahan, keletihan, kurang perhatian atau juga karena terlalu emosional.
Dalam ranah ilmu komunikasi, slips of the tongue itu termasuk penyimpangan dalam berbahasa lisan karena seseorang tidak fokus atau konsentrasi, rendahnya daya ingat ataupun faktor lainnya.
Tentu saja lainnya halnya kalau yang melakukannya adalah para tokoh comedian di acara televisi misalnya, kelompok Srimulat yang sudak mempelesetkan makna dan istilah dalam betutut. Nah, yang ini tentu saja dengan sengaja melakukan penyimpangan penuturan dengan maksud jenaka dan menghibur sehingga orang atau penonton akan tertawa dan senang.
Saya pikir Prabowo pasti tidak sedang melakukan lawakan di depan publik bukan !?
Konsekuensi Prabowo Slips of Tangoe
Dalam konteks komunikasi sosial, setiap orang harus memahami bahwa komunikasi itu menjadi sangat penting dan akan bisa menentukan bagaimana kualitas relasi sosial yang akan terbangun dan berkembang yang dialami oleh setiap orang. Harusnya, tidak boleh sembarangan bertutur dan berucap, apalagi kalau risikonya sangat berbahaya.
Walaupun kelihatannya sederhana tetapi slips of tongoe tidak bisa diabaikan begitu saja, karena seriusnya konsekuensi yang akan muncul. Pertama, kreditbilitas dari si pelaku atau penutur akan terganggu bahkan bisa menurun drastis. Â Dalam ranah politik, sebuah Parpol akan terpuruk misalnya hanya karena Pimpinan Parpolnya tidak mampu mengendalikan omongannya di depan publik.Â
Kedua, pesan yang disampaikan tidak akan efektif bahkan malah berubah sama sekali ketika publik menerima dan mendengarkannya. Keseleo lidah akan mengubah makna kata yang disampaikan dan pasti akan menbacakan karena apa yang diinginkan tidak sesuai dengan yang akan diterima dari pendengarnya.
Banyak orang mengalami slips of tongoe, bahkan mungkin tidak ada orang yang terbebas dari keseleo lidah karena ini merupakan fenomena yang sangat umum terjadi dalam interaksi sosial. Dampaknya juga berbeda-beda. Ada yang dampaknya tidak berarti sehingga tidak perlu dipikirkan, tetapi ada juga yang berdampak besar.
Apa yang dialami oleh Prabowo ketika menyampaikan apa dukungan Ibu Ani terhadap Pilpres 2014 dan 2019 kepada Prabowo menjadi sangat besar. Baik bagi diri Prabowo sendiri, pada SBy dan Keluarga, bagi pendukung Prabowo sebagai Capres 02, bagi kubu Capres 01 dan juga dalam mengawal proses gugatan hasil Pilpres 2019 yang sedang bergulir di Mahkamah Konstitusi.
Namun demikian, karena sudah bergulir, dan nampaknya tidak ada lagi yang tersembunyi, kendati Sby sudah sangat memohon kepada pewarta jurnalis jangan diberitakan, tetapi dalam hitungan menit setelah kejadian di Cikeas Senin sore itu, telah menjadi viral.
Semoga lebih banyak manfaatnya daripada masalahnya. Akan bisa dilihat dan disaksikan hari hari kedepan ini.
Awas jangan pernah rencanakan slips of tongoe, kecuali kalau memang Anda di undang sebagai stand up Commedy.
YupG. 4 Juni 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H