Komunikasi yang tidak benar dan baik sangat berpotensi menimbulkan konflik, kekacauan, chaos bahkan kerusuhan sosial ditengah-tengah masyarakat. Situasinya akan lebih runyam apabila setiap orang tidak mampu mengendalikan diri untuk berkomunikasi dengan benar dan baik.
Kemajuan suatu bangsa dan negara bisa diukur dari kemampuan mereka berkomunikasi. Negara yang maju memperlihatkan kemampuan mereka berkomunikasi yang sangat baik. Sebaliknya kalau bangsa itu rendah kemampuannya berkomunikasi maka terbelakang lah negara itu.
Kehebatan seseorang bukan diukur dari banyaknya dia berbicara, atau canggihnya dia berkata-kata, atau bahasa asing apa yang digunakan. Tetapi, berkomunikasi itu berbicara tentang pesan yang disampaikan oleh seseorang dan diterima oleh seseorang yang lain. Pesan diterima dengan besar sesuai dengan yang dikirim, berarti komunikasinya berkualitas.
Data menjadi unsur dasar dan utama yang sangat menentukan kualitas komunikasi yang terjadi. Banyak orang berkomunikasi tanpa data, atau datanya ada tetapi tidak benar, bahkan salah. Inilah sumber permasalahan dalam komunikasi, ketika pesan yang disampaikan berupa hoaks sesuatu yang menipu dan menyimpang. Situasi ini sedang dihadapi oleh semua orang dengan revolusi yang sedang terjadi dalam teknologi informasi dan komunikasi dengan instrumen media sosial yang sudah merasuki habis seluruh sendiri kehidupan manusia.
"Language is the basic tool by which humans make society functions. As the level of individuals and groups interacting with one another, the function of communication are related to participants' purposes and needs. These include category functions as affects (such as feelings and emotions), directive (requesting or demanding), poetic (aesthetic), phatic (empathy or solidarity), and metalinguistic (reference to language itself)" demikian menurut Saville-Troike, The Ethnography of Communication (2003).Â
Dalam arti yang luas bahasa tidak hanya dalam bentuk kata-kata yang diucapkan secara bersuara (verbal), bahasa juga berupa yang tidak disuarakan sebagai data, simbol dan warna yang termasuk dalam ilmu bahasa semiotika.Â
Dengan berbahasa baik bertutur kata maupun secara tertulis merupakan satu kumpulan pengetahuan untuk disampaikan bahkan diluar dari indra pendengaran, diluar jangkauan bahkan terlepas dari masa waktu.
Bahasa menghubungkan budaya, komunitas, juga menyimpan nilai-nilai sosial. Dari perspektif budaya, merupakan cara penyimpanan dan medium untuk meneruskannya kepada generasi ke generasi.
Bahasa juga berfungsi sebagai penghubung dari perorangan ke komunitas yang sepadan sebagai interaksi manusia, bahasa dimanfaatkan dalam menyampaikan tujuan politis, untuk membuat batasan atau hambatan persepsi pihak lain ataupun sebaliknya untuk menyuarakan dan menekankan faham kepada pihak lain.
Sesungguhnya dan kenyataannya, inilah yang terjadi dalam dunia politik maupun dalam siar keagamaan apapun yang bisa dialami dan disaksikan setiap hari bahkan setiap saat sepanjang menjalani hidup dalam komunitas sosial dan budaya. Â
Sebagai peristiwa aktual yang semua rakyat negeri ini alami saat ini, dalam ramainya suasana Pemilihan Umum tahun 2019 ini menjadi memuncak pentingnya pengertian dan pengetahuan apa yang disebut data, bukti, dan apakah pernyataan-pernyataan politik itu rasional atau tidak.