Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Audit Diri Sendiri Supaya Tahu Diri

19 Mei 2019   14:30 Diperbarui: 20 Mei 2019   16:57 1920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pria terlihat tua (artisticco) | Kompas.com

Apakah Anda pernah menjalani program semacam analisa diri sendiri, self-analysis? Bila belum pernah, ada baiknya segera melakukannya, agar Anda tahu  diri, dan waktu yang masih tersedia dapat di gunakan secara bermanfaat.

I.
Sekitar 4 tahun yang silam, karena tuntutan sebuah pekerjaan, saya harus menjalani proses audit diri sendiri di sebuah Lembaga Konsultasi yang besar di salah satu sudut kota Jakarta, selama satu hari penuh. Di sesi terakhir adalah semacam wawancara dengan seorang psikolog tentang seluruh hasil yang saya capai.

Sebuah pertanyaan yang bagi saya sangat penting adalah "menurut Anda, seperti apa sebenarnya diri Anda selama ini? Mohon diceritakan dengan lengkap!". Kemudian seperti biasa saya sangat bersemangat menjelaskan bahwa saya adalah seorang yang paling sabar dalam menghadapi apapun situasi sulit. Saya memberikan sangat banyak contoh-contoh pengalaman kesabaran yang saya maksudkan.

Setelah itu si psikolog ini mengatakan bahwa berdasarkan audit diri yang sudah diikuti, Anda termasuk orang yang emosional, artinya sesungguhnya Anda bukanlah orang yang sabar!. Kesimpulan itu dijelaskan dengan semua hasil audit diri saya sendiri dengan berbagai data dan score analisa yang ada.

Saya terdiam dan terpaku mendengar kesimpulan tentang hasil akhir dari audit diri saya sendiri pada waktu. Pikiran saya menerawang jauh kebelakang, menyusuri detail dari semua perjalanan hidup saya, baik dalam keluarga, pekerjaan, kehidupan sosial, dan sebagainya. Lalu saya tersadar sesadar-sadarnya, itu betul, "ternyata saya tidak se sabar yang saya bayangkan, walaupun dalam ukuran saya sudah termasuk sabar". Saya memang emosional kenyataannya.

Dan sejak saat itu, saya mengubah cara pandang saya tentang diri saya dalam menjalani sisa-sisa waktu hidup yang masih diberikan oleh Tuhan sendiri. Ketika saya mulai emosional dalam menghadapi situasi, saya langsung ingat hasil audit diri sendiri ini. Karena saya mau mencapai kesabaran yang terus meningkat, walaupun basic saya emosional.

II. 
Self-analysis atau audit diri sendiri sangat penting dilakukan secara rutin, paling tidak sekali dalam setahun, untuk mengenali kembali jati diri kita dalam perjalanan hidup yang sudah dilewati, dan mempersiapkan diri untuk memasuki dan menjalani satu tahun perjalanan hidup berikutnya.

Dalam praktek, sangat banyak orang yang terus menjalani hidup tanpa pernah berhenti sejenak untuk menganalisa hidup yang sudah dicapai. Akibatnya adalah performa atau kinerja maupun capaian prestasi hidup sangat mungkin tidak maksimal. Karena tidak tahu di area mana ada kelemahan sehingga harus diperbaiki, atau bidang mana yang sangat baik dan berhasil sehingga harus di rawat dan dikembangkan.

Audit diri sendiri akan menjadi pintu masuk mengenal diri sendiri, khususnya mengenal apa saja yang menjadi kekuatan yang dimiliki, tetapi juga apa saja yang menjadi kelemahan yang sungguh-sungguh ada di dalam diri sendiri.

Dan atas dasar pengenalan inilah, bisa menjadi pertimbangan untuk membuat keputusan dalam memanfaatkan peluang yang ada, atau mengembangkan potensi diri sendiri, dan berusaha meningkatkan sumber kelemahan diri. Yang dimaksudkan adalah semacam analisis SWOT Diri-Sendiri.

Hasil dari analisa swot diri sendiri akan menjadi peta untuk menjadi pedoman agar kita tidak gagal dalam menjalani dan mengisi setiap waktu dalam perjalanan hidup. Artinya, jangan masuki area yang menjadi bidang kelemahan yang dimiliki karena hasilnya pasti gagal. Tetapi masukilah area atau bidang yang memang itu menjadi wilayah kekuatan atau pun kelebihan yang dimiliki.

Dalam sebuah artikelnya Ade Rakhma mengidentifikasi ada 7 buah dan sekian banyak manfaat dengan melakukan audit diri sendiri

  1. Mampu menentukan jalan hidup
  2. Mudah mencari solusi
  3. Membantu berkompromi dengan diri sendiri
  4. Mampu hidup bermasayarakat
  5. Mampu mengetahui kelebihan dan kekurangan
  6. Mampu menerima kondisi diri
  7. Mampu mengetahui potensi diri

Dengan demikian dapat di mengerti bahwa dengan melakukan analisa diri atau audit diri maka kita akan semakin tahu diri, mengenal diri sendiri, tidak bersandiwara tetapi menerima apa adanya dirinya sendiri. Menjadi pribadi yang realistis, tidak muluk-muluk  di dalam menerima dan melakukan sebuah proyek atau pekerjaannya.

Mampu mengaudit diri sendiri akan menjadi pribadi yang efektif dan tentu juga efisien dalam melakukan pekerjaan yang dipercayakan kepadanya oleh perusahaan.

Melakukan audit diri sendiri secara rutin setiap tahun merupakan hal yang sangat penting dalam pemasaran layanan pribadi yang efektif, seperti halnya inventaris tahunan dalam merchandising. Ya, semacam adanya stock-opname diri sendiri. Sehingga bisa membuat kalkulasi dan hitung-hitung tentang kemampuan memasuki tahun berikutnya.

Selain itu, analisis tahunan diri sendiri harus mengungkapkan perbaikan dan pengurangan berbagai kesalahan pada satu sisi, dan peningkatan kebajikan dan kemampuan di sisi lainnya.

Kemungkinan yang terjadi adalah seseorang bisa sangat maju, atau stabil atau malah bisa mundur dalam hidup  dan pekerjaannya. Sehingga dengan audit diri maka mimpinya adalah seseorang harus, tentu saja, untuk harus terus maju dan berkembang. Dan melalui audit dan analisis diri tahunan akan mengungkapkan apakah kemajuan telah dibuat, dan jika demikian, berapa banyak.

Ini juga akan mengungkapkan langkah mundur apa pun yang mungkin telah dilakukan. Pemasaran layanan pribadi yang efektif mengharuskan seseorang untuk bergerak maju walaupun kemajuannya lambat.

III.
Tentu saja melakukan self-analysis atau audit diri bisa menggunakan jasa lembaga profesional tetapi dengan harga yang harus dibayar. Namun paling banyak orang melakukannya sendiri dengan mamanfaatkan berbagai instrumen atau software gratis yang tersedia di berbagai website.

Salah satu instrumen yang banyak dipakai sebagai referensi untuk self-audit adalah yang di buat oleh Napoleon Hill, dalam Napoleon Hill's 28 Self-Analysis Questions. Cara Napoleon ini sangat sederhana, yaitu ada 28 pertanyaan kunci untuk dijadikan acuan menganalisis diri sendiri secara jujur.

Daftar pertanyaan analisis diri ini untuk inventarisasi pribadi, adalah sebagai berikut "

  1. Sudahkah saya mencapai tujuan yang saya tetapkan sebagai tujuan saya untuk tahun ini? (Anda harus bekerja dengan tujuan tahunan yang pasti untuk dicapai sebagai bagian dari tujuan hidup utama Anda.)
  2. Sudahkah saya memberikan layanan dengan kualitas terbaik yang saya mampu, atau bisakah saya meningkatkan bagian mana pun dari layanan ini?
  3. Sudahkah saya memberikan layanan dalam jumlah sebanyak mungkin yang mampu saya lakukan?
  4. Apakah semangat perilaku saya harmonis dan kooperatif setiap saat?
  5. Sudahkah saya mengizinkan kebiasaan menunda-nunda untuk mengurangi efisiensi saya dan jika demikian, sampai sejauh mana?
  6. Sudahkah saya meningkatkan kepribadian saya, dan jika demikian, dengan cara apa?
  7. Sudahkah saya gigih dalam mengikuti rencana saya sampai selesai?
  8. Sudahkah saya mengambil keputusan dengan segera dan pasti di semua kesempatan?
  9. Sudahkah saya mengizinkan satu atau lebih dari enam ketakutan dasar [kemiskinan, kritik, kesehatan yang buruk, kehilangan cinta seseorang, usia tua, kematian] untuk mengurangi efisiensi saya?
  10. Apakah saya "terlalu berhati-hati," atau "kurang hati-hati"?
  11. Apakah hubungan saya dengan rekan kerja saya menyenangkan atau tidak menyenangkan? Jika itu tidak menyenangkan, apakah kesalahannya sebagian, atau sepenuhnya milik saya?
  12. Sudahkah saya menghilangkan energi saya karena kurang konsentrasi?
  13. Sudahkah saya berpikiran terbuka dan toleran terhadap semua subjek?
  14. Dengan cara apa saya telah meningkatkan kemampuan saya untuk memberikan layanan?
  15. Apakah saya sudah melewati batas dalam kebiasaan saya?
  16. Sudahkah saya menyatakan, entah secara terbuka atau diam-diam, segala bentuk egoisme?
  17. Apakah perilaku saya terhadap rekan saya sedemikian rupa sehingga mendorong mereka untuk menghormati saya?
  18. Apakah pendapat dan keputusan saya didasarkan pada dugaan, atau keakuratan analisis dan pemikiran?
  19. Sudahkah saya mengikuti kebiasaan menganggarkan waktu, pengeluaran, dan penghasilan, dan sudah konservatif dalam anggaran ini?
  20. Berapa banyak waktu yang telah saya habiskan untuk upaya tidak menguntungkan yang mungkin saya gunakan untuk keuntungan yang lebih baik?
  21. Bagaimana saya bisa menganggarkan waktu, dan mengubah kebiasaan saya sehingga saya akan lebih efisien di tahun mendatang?
  22. Apakah saya bersalah atas perilaku yang tidak disetujui oleh hati nurani saya?
  23. Dengan cara apa saya telah memberikan lebih banyak layanan dan layanan yang lebih baik daripada yang saya bayarkan untuk diberikan?
  24. Apakah saya tidak adil kepada siapa pun, dan jika demikian, dengan cara apa?
  25. Jika saya menjadi pembeli jasa saya sendiri untuk tahun ini, apakah saya akan puas dengan pembelian saya?
  26. Apakah saya dalam panggilan yang benar, dan jika tidak, mengapa tidak?
  27. Apakah pembeli layanan saya puas dengan layanan yang telah saya berikan, dan jika tidak, mengapa tidak?
  28. Apa peringkat saya sekarang tentang prinsip-prinsip dasar kesuksesan? (Jadikan peringkat ini adil, dan terus terang, dan periksalah dengan seseorang yang cukup berani untuk melakukannya secara akurat.)

Daftar pertanyaan diatas sangat sederhana dan bisa dibuatkan sendiri catatan bagi diri sendiri sebagai dasar mempertimbangkan apa yang akan dilakukan satu tahun ke depan agar pencapaian diri sendiri dalam pekerjaan atau dalam rancangan karir dapat diwujudkan dengan efektif.

Secara teknis, disarankan agar analisis diri tahunan Anda dilakukan pada akhir setiap tahun, sehingga dapat memasukkan dan merumuskan Resolusi Tahun Baru bagi setiap perbaikan yang ditunjukkan oleh analisis harus dilakukan.

Ambil inventaris ini dengan bertanya pada diri sendiri dengan 28 pertanyaan, dan dengan memeriksa jawaban Anda dengan bantuan seseorang yang Anda percayai untuk saling mendiskusikannya.

Jadi, agar Anda tahu diri, sebaiknya lakukanlah audit diri sendiri demi perjalanan hidup yang meaningful!

Yupiter Gulo, 19 Mei 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun