Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Catatan Kritis Pemindahan Ibu Kota dengan Anggaran 446 Triliun Rupiah

8 Mei 2019   17:04 Diperbarui: 8 Mei 2019   18:56 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
nasional.kompas.com

Ini harus disiapkan 10 tahun kedepan agar bonus demografi ini menjadi efektif dalam proses pembangunan bangsa ini dalam semua sektor, dalam segala lini dan area pekerjaan. Kaum milenial harus diberikan kesempatan melalui tantangan-tantangan yang ada.

Memindahkan Ibu kota akan menjadi sebuah tantangan dan peluang baru bagi para milenial untuk ikut berkiprah dab berproduksi secara profesional.

Pemilu serentak yang diadakan 17 April 2019 yang lalu, generasi milenial sudah mulai unjuk gigi untuk ikut bersaing dalam anggota legislatif. Hasilnya sangat menarik, kendati belum lolos ke Senayan, tetapi di DPRD Propinsi dan Kabupaten Kota mereka banyak mengalahkan partai-partai tua.

Ini sebuah indikasi yang sangat kuat tentang bonus demografi. Walaupun, pemerintah harus terus mengawal generasi untuk untuk menjadi pemain utama memasuki tahun 2030 hingga 2045.

4. Pemindahan Ibu kota sebenarnya final.

Melihat urgensi, kebutuhan dan semua aspek dari berbagai kajian nampaknya pemindahan Ibu kota keluar Jawa harus segera dilakukan. Karena bukan hal yang tabu atau tidak boleh sama sekali. Sebab keberadaan Jakarta sama sekali tidak lagi layak menjadi Ibu kota Negeri ini.

Sejarah di dunia sudah melakukan hal yang sama untuk memindahkan Ibu kota Negara mereka. Untuk menyebutkan sejumlah contoh misalnya adalah Amerika Serikat dari New York ke Washington DC, Jepang dari Kyoto ke Tokyo, Australia dari Sydney ke Canberra, Jerman dari Bonn ke Berlin, Brazil dari Rio De Janeiro ke Brasillia, Malaysia dari Kuala Lumpur ke Putrajaya, Myanmar dari Yangoon ke Naypyitaw, Pantai Gading dari Abidjan ke Yamossoukro, Rusia dari St. Petersburg ke Moskow, Nigeria dari Lagos ke Abuja, Pakistan dari Karachi ke Islamabad, India dari Delhi ke New Delhi, Kazakhstan dari Almaty ke Astana.

Kalau saja negara-negara lain bisa, maka harusnya Indonesia juga bisa. Persoalan akan muncul masalah, repot, dan segala macam asesorisnya, itu sesuatu yang wajar saja sebagai konsekuensi dari sebuah keputusan.

Barangkali bisa disederhanakan dengan mengatakan bahwa untuk mencapai dan mewujudkan rencana besar, mimpi besar bagi Indonesia sebagai negara besar pasti membutuhkan waktu, biaya, tenaga, dan proses yang pasti tidak mudah dan tidak seperti membalik tangan.

5. Butuh 446 trilun rupiah dan 40.000 hetare

Dalam sebuah diskusi yang sangat hangat diantara teman-teman akademisi, sebuah pertanyaan mendasar diajukan bahwa darimana pemerintah mendapatkan dana sebesar Rp. 446 triliun itu, dengan lahan hamparan kosong seluas 40 ribu hekatere?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun