Buku Missing 40%
Sebuah buku yang masih baru (Januari 2019) berjudul "The Missing 40 percent - Filling the Gap between Ordinary and Superior Individual & Organizational Productivity" yang ditulis oleh  Gde Suardhika.
Ada banyak topik menarik dan menantang disajikan dalam buku ini, terutama yang sangat bermanfaat bagi generasi milenial tentang pemahaman akan makna dari pekerjaan dan produktifitas yang hilang.
Misalnya pembahasan menarik tentang topik "Pekerjaan Penting Apa Itu?" ( 121), yang secara substantif bila diringkas dan dirangkum, maka intinya adalah :
Bahwa pekerjaan penting itu biasanya mendesak dengan dead line, yang sering menimbulkan stres. Bagi mereka yang mendapat tugas mendesak sebaiknya mengetahui prioritas mana yang lebih penting diselesaikan.
Dalam menyelesaikan suatu tugas akan memberikan dampak, baik bagi organisasi, juga bagi diri pribadi:
- Dampak dalam area personal bisa terkait dengan tujuan hidup atau pemenuhan peran personal dalam kaitan dengan keluarga ataupun masyarakat.Â
- Dampak dalam organisasi, dapat dilihat dengan seberapa terkaitnya pekerjaan tersebut dengan pencapaian target.
Pada bagian awal buku ini, membahas tuntas tentang Manajemen Pengembangan Diri (MPD) yang lebih menekankan pada proses membentuk tujuan hidup  daripada format tujuan hidup itu sendiri.
Menyimak pada sifat-sifat generasi milineal yang lebih independent:
Millenneals 'considered work something to do, not somewhere to go. As long as they achieve what they need to they are not worried about being seen to do it at their desks
Hasil sebuah oleh Walker di USA memperlihatkan sebuah temuan penemuan yang mengatakan: Â Â
In fact, the research found that younger workers were far more willing to challenge managers and were undeterred by traditional hierarchy. Walker said he was trying to help 'Boomer' and 'Xer' managers to understand the new attitude and not get frustrated by it. Much of what the workers were demanding, he said, such as work-life balance, personal development, exciting jobs and motivating managers, would be welcomed by older workers as well. But the clash of values was causing friction in offices.Â