Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Perbedaan Jokowi Vs Prabowo, Ibarat Langit dan Bumi, Tidak Sulit Memilih

13 April 2019   11:19 Diperbarui: 13 April 2019   14:29 4055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat-saat menegangkan bagi bangsa ini semakin dekat, bahkan tinggal hitung hari saja menuju moment sakral Rabu 17 April 2019 untuk menentukan pilihan, memilih Jokowi atau Probowo menjadi RI-1 selama lima tahun kedepan, 2019-2024.

Perdebatan mau memilih siapa, telah menjadi menu sajian ditengah-tengah publik, diruang-ruang WA, Sosmed, warung kopi, ruang meeting bahkan di kendaraan-kendaraan umum serta dalam semua interaksi sosial masyarakat. Inilah warna demokrasi negeri ini, mari menikmatinya dengan gembira.

Di salah satu group sosial media yang saya ikutin, seperti biasa diskusi mengkristal pada alasan mengapa memilih salah satu, dan semuanya merasa benar dan tepat. Seorang yang anggota yang belum memutuskan pilihannya, melawan semua anggota yang sudah punya pilihan. 

Dan dia meminta agar diyakinkan mengapa harus memilih salah satu. Diskusi memang up-down, semuanya baik-baik saja. Ternyata kawan ini selama Jokowi menjadi presiden bisnisnya merugi terus! Waduh...

Sejumlah mahasiswa saya bertanya siapa yang harus dipilih diantara dua Capres, ketika membahas tentang Topik Leadership dalam kuliah Kepemimpinan, dan Human Resources Management.

Nampaknya inilah pertanyaan yang harus dijawab oleh semua pemilih di Indonesia menjelang hari H Pilpres. Harus memilih siapa? 

Lalu, jawaban saya sederhana, yaitu "perbedaan antara Joko Widodo dengan Prabowo Subianto itu sangat kontras, ibarat langit dengan bumi, dan bisa dilihat dengan kasat mata dari berbagai sudut, sehingga tidaklah sulit memilihnya."

"perbedaan antara Joko Widodo dengan Prabowo Subianto itu sangat kontras, ibarat langit dengan bumi, dan bisa dilihat dengan kasat mata dari berbagai sudut, sehingga tidaklah sulit memilihnya."

Masa kampanye yang sudah dijalankan sekian lama, dan puncaknya nanti saat acara Debat Ke 5 Capres yang akan digelar Sabtu ini 13 April 2019, sebelum memasuki masa tenag, telah menyajikan semua data dan informasi tentang 2 capres 2019 yang dimiliki. 

Baik gaya kepemimpinannya, karakter dan kepribadiannya, latar belakang sosialnya, pengelaman hidup masing-masing, mimpi dan cita-citanya buat negeri ini dimasa depan, cara melihat dan meresponse dan menangani masalah kebangsaan ini, dan seterusnya.

Tapi, kog masih banyak yang galau begitu ya? Masih terus tanya pilih siapa sih?

Saya pikir bahwa pertanyaan ini sebagai cerminan yang sangat dalam tentang kepedualian semua pihak tentang masa depan bangsa dan negera ini, agar tidak menjadi kacau dan kembali ke era orde baru yang sangat menyakitkan semua orang.

Ini juga hendak menjelaskan bahwa dua orang capres 2019 ini merupakan putra-putra terbaik bangsa ini yang mampu memenuhi kualifikasi menjadi Calon Presiden Indonesia. Sebab, sangat langkalah orang yang mampu menjadi CAPRES, kecuali yang memang memiliki kualifikasi prima.

Dan kedua capres ini telah memenuhinya. Jadi, sesungguhnya siapa saja yang menang tidaklah menjadi penting, karena keduanya harusnya mampu memimpin negeri ini 5 tahun kedepan. 

Sebab kalau tidak memenuhi syarat, mereka sudah ditolak oleh KPU sejak awal. Bagian ini harus disyukuri oleh bangsa ini, sehingga mekanisme hukum tata negara, demokrasi kita dapat berjalan dengan baik dan benar.

Bahwa didalam tataran praksisnya muncul berbagai penyimpangan, krisis, konflik dan bahkan bentrokan serta berbagai hal yang merusak tentu itu bagian dari proses yang dijalani yang harus dijaga, dikawal, dan diberhasilkan hingga terpilih seorang RI-1 bagi bangsa besar ini.

Harapan bersama agar proses demokrasi ini menjadi asset bangsa untuk naik level dibandingkan dengan negara negara lainnya di dunia. 

Artinya, kualitas demokrasi harus semakin tinggi, untuk mencari seorang Presiden bagi Indonesia menuju kemajuan yang lebih baik lagi.

Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa kedua Capres 2019 ini sungguh sangat berbeda dalam banyak hal. Dan perbedaan ini sangat kontras, seperti "langit versus bumi", terutama ketika kedunaya ditempatkan sebagai Pemimpin tertinggi sebuah negara.

Sebagai refleksi mengikuti dinamika politik pilpres selama ini, melalui berbagai media yang terus membanjiri berbagai informasi, data, fakta, gambar, video maka beberapa perbedaan mendasar dapat dipertimbangkan untuk menentukan pilihan.

Saya mengidentifikasi 5 perbedaan kontras Jokowi versus Prabowo berikut "

1. Kalem versus Emosional

Penampilan keduanya selalu kontras antara Jokowi yang serba kalem dengan Prabowo yang selalu emosional. Pemandangan ini betul-betul nyata selama masa kampanye, tidak saja diruang terbuka, tetapi di ruang tertutupun demikian, dalam acara Debat Capres misalnya.

Pembawaan seseorang yang kalem pasti suasanya menjadi sejuk, bahkan inspiratif dengan diwarnai oleh senyum tulus, ketawa kegembiraan dan penuh optimisme. 

Politikviral.com
Politikviral.com

Sementara penampilan yang selalu emosional, cenderung menciptakan suasana ketegeganga, tekanan, depresi dan ketakutan. Dan umum sudah faham bahwa ujung-ujungnya adalah marah-marah, gebrak meja, kepalkan tinju, nunjuk-nunjuk sembarangan dan seterusnya.

Ketika menjadi seorang presiden nantinya, bisa dibayangkan apa yang akan dilakukan dalam memimpin bangsa ini.

2. Humble versus Arogan

Sikap rendah hati dan sombong memang tidak bisa akur keduanya. Saat seseorang memiliki kerendahan hati pasti tidak akan menyombongkan diri. Humble itu memperlihatkan sikap bahwa saya bisa melakukan ini, tetapi saya yakin orang lain pasti ada yang lebih bisa melakukannya.

http://astridvirliyanti.blogspot.com/2016/10/si-pemimpin-rendah-hati-dambaan_26.html
http://astridvirliyanti.blogspot.com/2016/10/si-pemimpin-rendah-hati-dambaan_26.html
Sebaliknya adalah sombong, cenderung selalu merasa diri paling hebat dibandingkan dengan orang lain. Memiliki tingkat kepercayaan diri yang sangat berlebihan sehingga merasa dirinyalah yang paling benar dan paling mampu ketimbang orang lain. 

https://www.kompasiana.com/ajinatha/5c079a06c112fe766028b932/prabowo-marah-besar-pada-media-dan-jurnalis
https://www.kompasiana.com/ajinatha/5c079a06c112fe766028b932/prabowo-marah-besar-pada-media-dan-jurnalis
Overself confidence menjadi tidak sehat, karena menunjukkan perilaku yang menyimpang. Bahkan kalau perlu dia merasa lebih hebat dari Tuhannya sendiri. Alm Prof Hawking telah memberikan contoh yang lain, walau pada akhirnya dia juga mengakui adanya Tuhan itu sebelum dia meninggal.

Kedua capres kita memiliki kontras yang nyata, yaitu Jokowi selalu tampil hamble dengan penguasaan diri yang selalu merasa biasa biasanya, tetapi Prabowo selalu tampil dengan kepercayaan diri yang berlebihan dan cenderung selalu "ke Aku-annya" yang ditampilkan.

3. Sipil Pengusaha versus Tentara

Ini fakta yang tak terbantahkan bahwa keduanya kontras berbeda dari profesi yang dijalani selama ini. Jokowi lahir dan besar sebagai warga sipil masyarakat biasa, tetapi sekaligus sebagai seorang pengusaha meubel yang berhasil sebelum dia menjabat sebagai Walikota, Gubernur dan Presiden.

Sementara Prabowo berlatar belakang tentara murni sejak awal hingga besar dan bertumbuh sampai pasa puncak kariernya. Walaupun diakhiri dengan pemecatannya di TNI akibat gejolak kejatuhan Orde Baru tahun 1998.

https://tirto.id/kemenangan-dan-kekalahan-supremasi-sipil-cxWa
https://tirto.id/kemenangan-dan-kekalahan-supremasi-sipil-cxWa
Era Reformasi sejak 1998, telah membuka ruang yang sangat maju dalam berdemokrasi di negeri ini. Yaitu ketika para kandidat dalam Pilpres tidak selalu harus dari TNI seperti masa orde baru. Sehingga presiden sipil berturut-turut adalah Habibie, Gus Dur, Megawati, dan Jokowi.

Pengalaman sejak era reformasi memperlihatkan bahwa kepempinan sipil itu jauh lebih akomodatif demokratif ketimbang yang berlatar tentara.

Latar belakang pendidikan dan profesi sebagai tentara sangat baik untuk membangun jiwa kedisipilinan dan skill kompetensi yang dimiliki untuk mencapai sebgau target "peperangan". Tetapi, tidak selalu menjadi cocok untuk komunitas yang tidak selalau lingkungan tentara.

Pengalaman Jokowi sebagai pengusaha sangat kental sekali dalam mengelola Indinesia selama 4 tahun sebagai RI-1. Hal ini bisa dilihat dari hasil kerjanya selama menjabat sebagai Presiden dengan Nawasita nya yang terdiri dari beberapa kaki kuat, seperti Indonesia diabangun dari pinggir, pulau-pulau terluar, mulai dari desa. 

Walaupun belum merata seluruh tanah air, tetapi hasilnya telah memukau seluruh dunia akan perubahan yang terjadi di Indonesia.

Banyak pihak memprediksi, bila pola pembangunan yang dilakukan oleh Jokowi diteruskan 5 tahun kedepan, Indonesia akan menyamai sejumlah negara di dunia, paling tidak menjadi terbaik dikawasan Asean.

4. Pancasila versus Khillafah

Narasi tentang Pancasila, NKRI bersus Negara Khillafah sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam dinamika Pilpres 2019 ini. Kendati dalam acara debat capres keempat tanggal 30 Maret yang lalu, sama-sama telah meresponsnya dalam forum debat, namun publik melihat kedua kubu ini sebagai kekuatiran kedepan.

Tidak terlalu sulit untuk memahami bahwa Jokowi sebagai petahana pasti berada pada sisi mempertahankan Pancasila dengan NKRI hingga titik darah penghabisan. Alasannya, karena sejak Walikora di Solo, jadi Gubernur DKI dan menjadi RI-1 telah membuktikan hal itu.

https://jalandamai.org/nasionalisme-vs-khilafah.html
https://jalandamai.org/nasionalisme-vs-khilafah.html
Juga tidak terlalu sulit melihat dan mengamati bahwa Prabowo didukung habis oleh sejumlah kelompok yang terang-terangnya pada negara khillafah. Seperti yang dikemukakan oleh Hendro Priyono, mantan Kepala BIN, bahwa yang bersaing itu bukan Jokowi dan Prabowo tetapi ideologi Pancasila versus Ideologi Khillafah.

Semua indikator dan simbol-simbol yang ada dapat ditemui dalam seluruh dinamika politik kampanye selama ini.

5. Orientasi Masa Depan versus Masa Lalu

Kedua capres memperlihatkan perbedaan yang kontras dalam mengelola bangsa ini bagaimana dinamika dan perubahan serta perkembangan masa depan bangsa ini ditengah-tengah dunia yang terus berubah dan mengubah diri.

Tidak bisa dipungkiri bahwa Jokowi sangat sadar tekkonologi informasi dan komunikasi berbasis digital. Hal ini sudah dipertontonkan oleh Jokowi sejak berkomptensi pada Pilgu DKI, dan lanjut Pilpres 2014. Bahkan setelah menjadi Presiden 2014pun nampak perhatiannya pada pemanfaatan teknologi informasi ini sangat kuat.

https://www.google.com/search?safe=strict&biw=1366&bih=576&tbm=isch&sa=1&ei=-2exXIqFGvHVz7sPztC_-AQ&q=jokowi+unicorn&oq=jokowi+unicorn&gs_l=img.3..0j0i24l9.4644.13086..13786...0.0..0.263.1041.8j2j1......2....1..gws-wiz-img.....0..35i39j0i67j0i5i30j0i30j0i8i30.pNpDjDx278Q#imgdii=WGRY96XwTjfqVM:&imgrc=YY5iqCkqGLgztM:
https://www.google.com/search?safe=strict&biw=1366&bih=576&tbm=isch&sa=1&ei=-2exXIqFGvHVz7sPztC_-AQ&q=jokowi+unicorn&oq=jokowi+unicorn&gs_l=img.3..0j0i24l9.4644.13086..13786...0.0..0.263.1041.8j2j1......2....1..gws-wiz-img.....0..35i39j0i67j0i5i30j0i30j0i8i30.pNpDjDx278Q#imgdii=WGRY96XwTjfqVM:&imgrc=YY5iqCkqGLgztM:
Sementara Prabowo "nyaris" tidak menyentuh hal-hal yang berbagai teknoligi informasi, digital, startup business, e-commerce, e-bussines dan dianggap itu sesuatu yang basa-biasa saja. Sesuatu yang betolak belakang dengan Jokowi, sehingga semua tatanan birokrasi direformasinya dengan basis elektronik.

Saya berpikir inilah tantangan yang harus dipikirkan oleh siapapun bahwa hanya negara --negara yang cepatlah yang akan maju ketimbang negara-negara yang lambat. Sehingga, ukuran kehebatan negara bukan dari besar atau kecilnya, tetapi dari kecepatannya.

Semoga catatan refleksi ini bisa menjadi masukan bagi siapapun yang sedang bingung untuk menentukan pilihannya. Atau untuk meneguhkan pilihan bagi yang sudah menentukannya, kalau tidak mau pindah pilihan.

Saya yakin, bahwa setiap orang bisa melihat dan membedah perbedaan perbedaan lainnya yang dibutuhkan untuk memutuskan pilih Capres01 atau Capres02. Bagi Indonesia yang lebih maju !

Yupiter Gulo, 13 April 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun