Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mata Baru Merevitalisasi Kecerdasan Emosional Anda, Hindari 12 Hal Ini

22 Maret 2019   20:34 Diperbarui: 24 Maret 2019   00:34 1051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: imagenesmy.com

"Kekuatan tidak berasal dari kemenanganmu, perjuanganmulah yang mengembangkan kekuatanmu. Ketika kamu melewati waktu-waktu sulit dan memilih untuk tidak menyerah, itulah arti dari kekuatan" - Mahatma Gandi

I. New Eyes
Setiap orang pasti akan sampai pada sebuah titik dimana hidup itu berada pada area krisis yang sangat menentukan. Karena wilayah krisis itu merupakan situasi ujian mental yang harus dihadapi oleh seseorang.

Apabila sikap dan keputusan yang diambil benar maka bisa keluar dari wilayah krisis ini. Sebaliknya kalau salah bersikap, keliru memutuskan dipastikan situasi krisis berubah menjadi stagnan, maju kena mundur kena. Ibarat roda yang terjerembat dalam lumpur.

Pertanyaan sederhananya adalah mengapa titik krisis itu terjadi dan harus dihadapi oleh seseorang?

Sesungguhnya, ini bagian normal dan wajar, konsekuensi sebagai makhluk hidup. Sangat banyak faktor yang mendorong hal itu terjadi, khususnya pola dan intensitas hubungan yang saling mempengaruhi dengan berbagai faktor yang muncul. Hal itu bisa datangnya dari teman atau kolega yang beracun, pekerjaan buntu, atau hubungan yang sulit dengan orang-orang tertentu.

Nampaknya, situasi seperti ini semakin hari semakin kencang dan tekanannya semakin berat dan sulit. Terutama ketika dinamika perubahan lingkungan hidup yang dihadapi hari demi hari semakin tidak menentu. Sebagai risiko hidup yang ada maka tidak ada kata mundur dari semua pengaruh dan tekanan yang datang.

Maksudnya adalah apapun bentuk dari tantangan yang mendatangimu, Anda harus melihat dan mendengar berbagai hal melalui mata baru atau new eyes, melalui lensa yang baru, dan mengambil sikap yang jelas dan tindakan tegas apabila Anda ingin berhasil melewatinya.

Harus diakui bahwa menggunakan mata baru terhadap semua kesulitan dan tantangan yang muncul tidaklah gampang dan karenanya banyak orang gagal melewatinya, dan hidup mereka menjadi stagnan.

Tetapi harus diakui pula, bahwa menjadi menantang dan menarik mengamati bagaimana orang-orang yang kuat secara mental mampu memisahkan diri dari keramaian. Bahkan pada saat orang lain melihat hambatan yang tidak bisa ditembus, mereka mampu mengatasinya. 

Fakta memperlihatkan bahwa sudah terlalu banyak orang yang menyerah pada kepercayaan yang keliru bahwa kekuatan mental berasal dari sifat alami yang tidak dapat dicapai yang hanya dimiliki oleh segelintir orang yang dianggap beruntung.

Cara berpikir demikian, hanya menjadi korban dari kesalahaman sendiri. Karena sebenarnya pada kenyataannya, kekuatan mental berada di bawah kendali Anda. Andalah yang mengendalikan mental sendiri dan bukan orang lain.

Mengelola dan mengendalikan mental sendiri merupakan dasar dan kunci dari apa yang selama ini dikenal dengan problem kecerdasan emosional atau Emotional Quotient, EQ.

Coba perhatikan dan periksa, pada saat Anda pertama kalinya muncul di hadapan massa maka Emotional Quotient Anda mulai berfungsi secara efektif sebagai mata rantai yang hilang dalam sebuah temuan yang aneh, karena muncul secara otomatis dari dalam diri sendiri. Tentu saja berbeda pemunculan bagi setiap orang.

Untuk mudahnya, bedakan antara IQ dengan EQ saat menghadapi sebuah situasi sulit yang menuntut response Anda. Yang bermain bukan aspek IQ tetapi dituntun oleh EQ. Sehingga menjadi ada benarnya bahwa orang yang IQ tinggi tidak selalu sukses, tetapi orang yang mampu mengendalikan EQ-nya, peluang suksesnya sangat besar. Bahkan ada sebuah hasil penelitian yang memperlihatkan koneksinya sangat kuat sehingga 90% berkinerja tinggi memiliki EQ tinggi.

Harus disadari dengan sungguh-sungguh bahwa pada dasarnya kecerdasan emosional itu merupakan sesuatu dalam diri setiap orang yang agak tidak berwujud. Ini memengaruhi cara kita mengelola perilaku, menavigasi kompleksitas sosial, dan membuat keputusan pribadi untuk mencapai hasil positif dan kinerja serta prestasi tinggi.

Mengingat EQ yang memiliki sifat yang tidak berwujud membuatnya sangat sulit untuk mengetahui berapa banyak yang dimiliki oleh seseorang dan apa yang dapat Anda lakukan untuk memperbaikinya jika Anda kekurangannya. Inilah sebuah misteri yang setiap orang terus berusaha untuk melatihnya.

II. Jangan Lakukan 12 Hal ini!
Pesan rahasinya adalah gunakanlah mata baru yang Anda miliki, serta lensa yang baru agar kecerdasan emosional dapat dipelihara, dikembangkan dan dilatih dengan sejumlah kebiasan-kebiasaan dasar sebagai kompas sikap dan perilaku keseharian yang dijalani.

Travis Bradberry penulis buku laris Emotional Intelligence 2.0, dalam artikel terbarunya mengidentifikasi sejumlah hal yang perlu diperhatikan untuk dijaga agar kecerdasan emosional itu selalu ter-revitalisasi. Melihat dengan mata baru, melihat dengan new eyes berarti berusaha untuk tidak melakukan hal-hal berikut ini :

1. Jangan terus menerus berada dan tinggal di zona nyaman Anda.
Sesungguhnya kecerdasan emosional yang tinggi dan kuat hanya akan lahir dan berkembang dalam zona yang tidak nyaman. Situasi dimana selalu saja ada tantangan, rintangan dan halangan setiap hari. Janga terus berada di zona nyaman Anda. Keluarlah!

2. Jangan pernah memcoba menyerah pada rasa takut.
Rasa takut merupakan musuh dari kecerdasan emosi yang sehat. Justru orang yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi, termasuk orang yang tidak menyerah pada ketakutan. Justru ketika ketakutan muncul, maka kecerdasan emosionalnya akan meningkat.

3. Jangan pernah mencoba berhenti untuk percaya pada diri sendiri.
Orang yang cerdas secara emosional pasti bertahan dan tidak melarikan diri dari kenyataan yang sulit dan menantang. Tidak menyerah dalam menghadapi kegagalan, dan tidak menyerah karena lelah atau tidak nyaman. Tetap fokus pada tujuannya, bukan pada perasaan sesaat, dan itu membuat diri sendiri terus berjalan bahkan ketika keadaan sulit.

Demikian juga, tidak membiarkan pendapat orang lain menghalanginya mengejar impiannya. Ketika seseorang berkata, "Anda tidak akan pernah bisa melakukan itu," maka dia menganggapnya sebagai pendapat satu orang, itu saja.

4. Jangan selalu meminta perhatian.
Orang-orang yang selalu meminta perhatian sangat membutuhkan, mengandalkan perhatian dari orang lain untuk membentuk identitas dirinya. Orang yang cerdas secara emosional tidak bisa tidak peduli tentang perhatian. Dia mau melakukan apa yang ingin dilakukan dan apa yang perlu dilakukan, terlepas dari apakah ada yang mengelus ego mereka.

5. Jangan bertindak seperti orang brengsek. 
Orang yang bertindak seperti orang brengsek tidak senang dan tidak aman. Orang yang bertindak seperti orang brengsek karena merasa tidak memiliki kekuatan emosional untuk bersikap baik ketika tidak menginginkannya. Orang yang cerdas secara emosional memberi nilai tinggi pada hubungannya, yang berarti memperlakukan setiap orang dengan hormat, terlepas dari jenis suasana hati mereka.

6. Jangan pernah menyimpan dendam.
Emosi negatif yang datang dengan memelihara dendam yang membara sebenarnya itu menjadi respons yang stres. Menahan stres itu mendatangkan malapetaka pada tubuh Anda dan dapat memiliki konsekuensi kesehatan yang merusak dari waktu ke waktu. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa menyikpan stres berkontribusi pada tekanan darah tinggi dan penyakit jantung.

7. Jangan bergaul dengan orang-orang negatif.
Orang negatif adalah berita buruk karena mereka berkubang dalam masalah mereka dan gagal fokus pada solusi. Mereka ingin orang-orang bergabung dengan pesta kasihan mereka sehingga dapat merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri.

Orang-orang yang cerdas secara emosional menghindari ketertarikan dengan menetapkan batasan dan menjauhkan diri dari orang-orang negatif bila perlu. Sebagai contoh, kalau seseorang merokok, apakah Anda akan duduk di sana sepanjang sore menghirup asap rokok bekas? Sangat mungkin Anda juga melakukan hal yang sama dengan orang-orang negatif.

8. Jangan minta dikasihani.
Inilah hal terburuk tentang mengasihani diri sendiri, selain itu menyebalkan, tentu saja, itu menggeser lokus kendali Anda di luar diri sendiri. Merasa mengasihani diri sendiri, pada dasarnya, menyatakan bahwa Anda adalah korban keadaan yang tak berdaya. Orang yang cerdas secara emosional tidak pernah merasa kasihan pada diri mereka sendiri karena itu berarti melepaskan kekuatan mereka.

9. Jangan merasa berhak.
Orang yang cerdas secara emosional percaya bahwa dunia adalah meritokrasi dan bahwa satu-satunya hal yang pantas mereka dapatkan adalah yang mereka peroleh. Orang yang kekurangan EQ sering merasa berhak. Mereka berpikir bahwa dunia berhutang sesuatu pada mereka. Sekali lagi, ini tentang locus of control. Orang yang cerdas secara emosi tahu bahwa mereka sendirilah yang bertanggung jawab atas keberhasilan atau kegagalan mereka.

10. Jangan menutup pikiran.
Ketika orang-orang menutup pikiran mereka terhadap informasi atau pendapat baru, itu biasanya karena mereka merasa mengancam. Mereka berpikir bahwa mengakui bahwa orang lain benar berarti mereka salah, dan itu sangat tidak nyaman bagi orang yang kekurangan EQ.

Orang yang cerdas secara emosional tidak terancam oleh hal-hal baru; mereka terbuka untuk informasi baru dan ide-ide baru, walaupun itu berarti mengakui bahwa mereka salah.

11. Jangan membiarkan siapapun membatasi kesenangan Anda.
Ketika rasa senang dan puas Anda berasal dari membandingkan diri Anda dengan orang lain, Anda tidak lagi menguasai kebahagiaan Anda sendiri. Ketika orang yang cerdas secara emosional merasa senang dengan sesuatu yang telah mereka lakukan, mereka tidak membiarkan pendapat atau pencapaian siapa pun mengambilnya dari mereka.

12. Jangan termakan oleh kecemburuan. 
Orang yang cerdas secara emosional memahami bahwa kebahagiaan dan kesuksesan orang lain tidak mengambil dari mereka sendiri, sehingga kecemburuan dan iri hati tidak menjadi masalah bagi mereka. Mereka melihat kesuksesan sebagai persediaan yang tidak terbatas, sehingga mereka dapat merayakan kesuksesan orang lain.

III. Jalani Hidup dengan New Eyes
Kegagalan dapat mengikis kepercayaan diri Anda dan membuatnya sulit untuk percaya bahwa Anda akan mencapai hasil yang lebih baik di masa depan. Seringkali, kegagalan terjadi karena mengambil risiko dan berusaha mencapai hal-hal yang tidak mudah.

Orang yang cerdas secara emosi tahu bahwa kesuksesan terletak pada kemampuan mereka untuk bangkit dalam menghadapi kegagalan, dan mereka tidak dapat melakukan ini jika mereka hidup di masa lalu.

Apa pun yang layak untuk dicapai akan mengharuskan Anda mengambil risiko, dan tidak bisa membiarkan kegagalan menghentikan Anda dari memercayai kemampuan untuk berhasil.

Ingat ketika Anda hidup di masa lalu, itulah yang terjadi - masa lalu Anda menjadi hadiah Anda dan mencegah Anda untuk terus maju. Jangan lakukan itu!.

The voyage of discovery is not in seeking new landscapes but in having new eyes. Marcel Proust

YupG, 22 Maret 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun