Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ketika KPK Tidak Tebang Pilih, Romipun Terjaring OTT

15 Maret 2019   18:26 Diperbarui: 18 Maret 2019   11:20 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.rmollampung.com

Secara politis, ditengah situasi panas kondisi politik jelang Pilpres, Jokowi mendapatkan kredit point atau positive point dari kalangan masyarakat Indonesia. Bagi pemilih fanatiknya akan memperkokoh keyakinannya bahwa Jokowi pilihan terbaik mereka. Bagi yang masih ragu-ragu, pemilih yang masih wait and see sangat mungkin akan meningkatkan kecenderungan pilihannya kepada Capres 01.

  • Korupsi itu perilaku tamak, serakah dan amoral

Perilaku korupsi para penjabat publik, tokoh politik dan pelaku birokrasi merupakan penyimpangan perilaku yang merusak bangsa dan negara secara akut. Perilaku korupsi memiliki daya rusak yang sangat dahsyat, sehingga wajar kalau dianggap sebagai "extraordinary crime", atau white crime -- kejahatan kerah putih.

Sesungguhnya masalah korupsi ini bukan masalah ideology, tetapi menyangkut kepribadian dan karakter seseorang yang melakukannya yang cenderung tamak, serakah dan tidak bermoral.

Pelaku korupsi sebenarnya memahami bahwa itu melanggar hukum dan merupakan kejahatan kemanusiaan. Tetapi mengapa tetap dia melakukannya? Karena moralnya rendah, tidak memiliki integritas, mempunyai nafsu serah dan rakus nan tamak.

Derajat ketamakan dan keserakahannya serta tidak bermoralnya sudah sangat akut, sehingga tidak takut terjaring OTT KPK. Padahal mereka faham benar kalau KPK itu memantau semua para petinggi di negeri ini.

  • Mantan napi koruptor tidak layak jadi caleg

Polemik panjang tentang masih banyaknya caleg mantan napi koruptor semakin membuktikan bahwa harusnya mereka tidak layak untuk menjadi caleg lagi. Mengapa? Karena karakter koruptor tetap susah diubah dalam waktu singkat.

Keberadaaannya saja sudah menajadi kontroversial dan polemic dikalangan publik, apalagi nanti kalau mereka terpilih menjadi anggota legislatif. Dipastikan bahwa kecenderungan perilaku koruptif itu akan terus terbawa.

Oleh karenanya, maka menjadi penting peristiwa tertangkapnya Romi ini oleh KPK bagi publik pemilih. Agar menjadi pemilih yang pandai dan cerdas untuk memilih caleg yang benar-benar memiliki moral, intergritas dan tidak tamak apalagi serakah.

Kelengahan publik pemilih, dan akan meloloskan mereka untuk duduk di kursi legislative selama 5 tahun, akan membawa dampak yang tidak baik bagi negeri ini. Terutama bagi pendidakan moral generasi milenial sebagai penyambung generasi kepemimpinan masa depan bangsa ini.

  • Buruknya kepemimpinan partai politik

Dalam posisi sebagai Ketua Umum salah satu partai penting selama ini, menjadi indikasi yang sangat segnifikan bahwa kepemimpinan partai politik sangatlah  buruk. Kalau saja ketua umumnya melakukan tindakan tercela begitu, apalagi didalam operasionalnya sehari-hari. Hati pimpinan partai, tidak lagi berpihak bagi masa depan bangsa dan negara ini menjadi lebih baik.

Ini menjadi pelajaran yang sangat mahal bagi partainya langsung maupun partai politik lainnya. Efeknya akan sangat besar untuk menurunkan kepercayaan masyarakat dalam kancah politik di tengah-tengah bangsa ini.

Apakah tertangkapnya Romi dalam OTT KPK akan menjadi efek jera bagi yang lain? Nampaknya tidak !?

YupG, 15 Maret 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun