Banyak orang tidak berhasil bahkan tidak memiliki makna sepanjang hidupnya hanya karena tidak memahami dari mana dan bagaimana memulainya. Betul, tidak selalu harus bicara bisnis dalam memulai sesuatu. Apa saja yang akan dilakukan dalam hidup ini sangat mungkin akan menjadi awal yang tidak ada artinya karena kecil, tetapi bisa jadi diakhir kisah menjadi sebuah pohon beringin raksasa.
Hal inilah yang saya sampaikan di depan puluhan orang pemuda  milenial, yang meminta pencerahan untuk menjawab pertanyaan "kami ingin memulai, tetapi tak faham dari mana dan bagaimana memulianya".
Dengan mencoba menarik sebuah garis lurus yang panjang, dengan membentangkan angka 20 hingga angka 70 di garis lurus itu, lalu saya menegaskan inilah perjalanan hidup Anda. Di titik usia 20 tahun saat ini, dan akan berakhir di titik usia 70 tahun, sebagai patokan usia harapan hidup orang Indonesia, maka Anda semua memiliki waktu 50 tahun kedepan untuk dijalani mulai sekarang.
Keputusan yang Anda buat saat ini akan menentukan perjalanan hidup Anda selama 50 tahun kedepan. Bisa saja lebih panjang lagi, kalau usia hidup mencapai 80 tahun. Kesalahan yang dibuat saat ini dalam memutuskan Anda mau jadi apa hidupmu, akan menjadi siksaan dan perjalanan panjang yang tidak menyenangkan.
Jadi, berdiskusi tentang apa, dari mana dan bagaimana memulainya menjadi sangat penting, vital sebab menentukan masa depan hidup Anda dan lingkungan yang terus akan dihadapi.
Banyak kisah sukses orang di dunia ini yang dimulai dengan pertanyaan ini, darimana dan bagaimana memulainya. Kesalahan dalam menjawab pertanyaan ini, sama saja kebodohan yang akan terus membodohi sepanjang perjalanan hidup. Dan pertanyaan itu tidak pernah terjawab dengan benar dan baik.
Konon, puluhan tahun silam, seorang Warren Buffet, yang diyakini sebagai tokoh investor sukses di Negara Amerika, mampu berhasil di usia muda karena mampu menjawab pertanyaan mendasar ini.
Keberhasilan tidak selalu dimulai dengan modal yang besar misalnya. Bahkan dalam praktek, ada orang sukses tanpa memiliki uang sama sekali karena hanya memiliki ide dan gagasan saja. Ada yang sukses hanya dengan uang yang sangat kecil, 100 dollar saja, tetapi mampu menjadi pengusaha besar dikemudian hari.
Artinya, menjadi sukses dan berhasil dalam bisnis bukan karena modal saja. Tetapi lebih dari modal uang, yaitu sikap, persepsi, keberanian memulai dan ketekunan untuk menjalani proses.
Ada 5 hal yang menjadi jawaban atas pertanyaan menantang tentang dari mana dan bagaimana memulainya?
1. Bertindak sekarang dan bukan besok.
"Betindak sekarang dan bukan besok, ya betul-betul sekarang ini, right now!" menegaskan bahwa sesungguhnya yang membawa perubahan dalam hidup ini adalah "bertindak", dan bukan hanya pikiran, persepsi dan motivasi, tidak. Yang dibutuhkan adalah bertindak, ya bertindak saja.
Kisah banyak orang sukses dalam pekerjaannya karena tidak lagi menggunakan pikiran untuk menghayalkan segala hal, kecuali bertindak dan bertindak. Menunda bertindak sama saja bohong, karena Anda tidak akan mengalami perubahan sama sekali.
Puluhan tahun yang lalu, seorang janda di tengah-tengah kota New York yang mampu mengubah 38 dolar terakhirnya menjadi kerajaan kopi jutaan dolar dikemudian hari. Ada contoh lainnya, seorang wanita yang membangun kerajaan jus tomat, dan bahkan seorang pria yang memulai bisnis perbaikan ban pinggir jalan dengan modal yang sangat kecil.
Mereka bisa mengubah hidup menjadi berhasil, karena mereka tidak menunda besok atau minggu depan atau tahun depan, tetapi hari ini bertindak dan bertindak.
Mengapa orang menjadi takut bertindak sekarang? Karena takut gagal, takut tidak mampu, malu kalau gagal, dan takut merugi dan membahayakan hidup saelanjutnya. Dan karena ketakutan itulah akhirnya hidup tidak berubah, dan menjadi stag dan berjalan ditempat saja. Sungguh menyedihkan.
2. Lakukan apa yang Anda ketahui.
Ini fakta yang tidak bisa dibantah bahwa banyak orang memulai sesuatu tetapi bukan sesuatu yang betul-betul dan sungguh-sungguh difahami dan dikuasainya. Malah bidang pekerjaan yang dikuasainya tidak dilakukannya.
Fahamilah bahwa  sebenarnya inilah pelajaran lain yang dilakukan oleh seorang Warren Buffet, yaitu berinvestasi dalam bisnis yang dia pahami, dikuasainya dan dinikmatinya.
Hasil-hasil survey dan penelitian yang dilakukan bahwa orang-orang kaya yang berhasil luar biasa dalam dunia bisnis, hanya menekuni satau atau dua bidang saja yang sungguh-sungguh mereka fahami dan kuasai dengan baik. Serta menghindari bidang-bidang yang asing bagi mereka. Mereka sangat jauh dari model serba bisa, serba tahu atau serba menguasai segala bidang.
Para tokoh sukses, hampir setiap dari mereka diprofilkan dalam seribu cara meluncurkan bisnis berdasarkan pada sesuatu yang keahliannya telah dimiliki sebelumnya.
Ini bertentangan dengan gagasan hanya melihat pasar potensial yang besar, dan kemudian mencoba mengembangkan produk atau layanan untuk melayani pasar itu. Dan tentu nasehat ini tidak cocok untuk pemula yang bertanya "darimana dan bagaimana saya memulainya?"
Fakta-fakta kesuksesan bisnis memperlihatkan bahwa, hampir setiap pengusaha dapat menjadi pelanggannya sendiri. Beberapa dari mereka mengubah hobi mereka dan hal-hal yang mereka lihat di halaman belakang mereka sendiri menjadi bisnis raksasa yang terus bertumbuh dan menggurita.
3. Tidak ada waktu seperti sekarang.
Situasi sulit yang sering dihadapi dan menghadang perjalanan hidup, sesungguhnya menjadi berkat untuk memulai sesuatu yang berharga. Ini memang tidak biasa, artinya, justru dalam situsia nyaman dana man orang baru berpikir tentang usaha atau memulai bisnis.
Tidak seperti itu selalu, sebab justru situasi sulit memaksa sumberdaya potensial yang dimiliki untuk bertindak sekarang juga. Sebab tidak ada waktu untuk nanti, dan nanti. Tetapi sekaranglah waktunya.
Harus diakui ini tidaklah mudah, semudah membalikan tangan saja, tidak! Karena dituntut sebuah keberanian extra untuk segera memulai karena waktu tidak ada lagi.
Dalam situasi ekonomi yang sulit, sebutkanlah keadaan Indonesia saat terjadi krisis tahun 1998, banyak orang yang berani mengambil tindakan untuk memanfaatkan peluang dalam situasi kritis itu. Dan dikemudian hari, bisnis mereka menjadi besar dan berkembang. Sesuatu yang tidak didapatkan dalam situasi yang mudah dan nyaman selalu.
4. Orang biasa bisa menjadi luar biasa.
Masa lalu sering menjadi penghambat bagi kemajuan dan perubahan serta keberhasilan seseorang, karena difahami bahwa kesuksesan itu hanya milik orang-orang yang hebat saja, dari keluarga yang berpendidikan tinggi, atau dari kalangan keluarga pengusaha misalnya.
Era disrupsi, dan revolusi industri 4.0, serta dominai bisnis dan startup busniss berbasis aplikasi dengan teknologi internet sekarang, telah merubah secara drastis hal itu. Karena orang-orang yang berhasil sekarang banyak bermunculan dari kalangan atau orang-orang biasa saja.
Banyak kisah keberhasilan orang biasa yang hanya memulai dengan modal "dengkul" saja, tetapi mampu menjadi pengusaha yang luar biasa. Bahkan mereka tidak memiliki pengelaman dan gelar akademik yang mentereng dari universitas yang mentereng, sungguh, mereka dari kalangan biasa saja.
Mereka hampir semuanya orang biasa - dan lagi-lagi, dalam banyak kasus berjuang untuk memulai dengan latar belakang situasi yang sulit, penuh tekanan dan gejolak dan keterbatasan sumberdaya.
5. Setiap generasi berpikir, situasi mereka lebih sulit.
Perjalanan sejarah generasi ke generasi memperlihatkan sebuah pola yang menarik, yaitu bahwa setiap generasi itu selalu menilai generasinya lebih sulit situasinya dengan generasi lainnya. Ini menjadi penyebab mengapa lalu ada gap antara satu generasi dengan generasi lainnya.
Perbedaan inilah yang menjadi pendorong mengapa lalu tidak terjadi komuniaksi yang mulus antara satu generasi ke genarasi lainnya. Seakan tidak ada saling memahami yang memadai untuk dinamika kehiudpan yang lebih baik.
Betapa berbedanya dengan rata-rata remaja putra zaman sekarang! Mereka biasanya lebih tertarik bersenang-senang daripada membangun bisnis sendiri. Ada kecenerungan yang sangat kuat bahwa mereka berkonsentrasi menikmati diri mereka sendiri, tenang dalam filosofi mereka bahwa besok adalah hari yang lain.
Kecenderungan paradigma pragmatisme yang dialami oleh generasi milinial dan zaman now, menjadi hal baru yang sebetulnya menjadi sumber energi mengdapi berbagai rintangan dan tantangan yang ada.
YupG. 9/03/2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H