Menjelang agenda politik besar 17 April 2019, bangsa Indonesia sedang berperang melawan makhluk aneh bernama "hoaks". Walupun sudah diduga sejak beberapa tahun terakhir ini, namun semakin liar dan nyaris tak terkontrol menjelang Pilpres dan Pileg pada dua bulan yang akan datang.
Lihat saja ketika memasuki awal tahun 2019, dimulai dengan hoaks adanya 70 kontainer surat suara palsu yang sudah dicoblos. Nyaris semua republik ini menjadi heboh saja tidak karuan. Masyarakat pun menjadi "nek" dan capek mengikuti pertarungan para kontestan dengan perlombaan hoaks yang disampaikan, dan semakin jauh dari perlombaan program, visi dan misi bagi Indonesia.
Bicara hoaks, sesungguhnya di baliknya ada para "nabi-nabi palsu", yang substansinya sama saja. Yaitu, menyampaikan kebohongan dan penyesatan publik dari kebenaran yang sejatinya., dengan tujuan yang bermacam-macam, mulai dari kepentingan pribadi individual hingga kepentingan politik dan kekuasaan yang lebih besar.
Daya Rusak HoaksÂ
Publik faham bahwa yang dimaksudkan dengan hoaks itu merupakan berita palsu atau berita bohong, adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya, baik yang disebarkan dengan tidak sadar atau tidak disengaja maupun dan terutama yang secara terencana dan sistematis disebarkan.
Bila dilakukan secara intens dan terus menerus sangat mungkin hoaks ini dianggap sebagai sebuah kebenaran, sehingga publik menjadi tersesat terhadap sebuah isu atau problem yang sedang dihadapi.
Dengan era sosial media yang sedang berada pada puncak pemanfaatannya oleh masyarakat, maka tidak bisa dipungkiri kalau hoaks ini memiliki daya rusak dan pemusnah yang sangat dahsyat. Potensi kehancuran dan kerugian yang dialami oleh bangsa ini sangat parah.
Karena hoaks ini sangat kuat menjadi usaha memftinah orang atau kelompok lain, maka potensi konflik hingga perpecahan ditengah-tengah masyarakat sangat kuat. Dan pada akhirnya bisa saja membelah bangsa ini menjadi kelompok-kelompok yang berseteru.
Sehingga wajar sekali kalau pihak pemerintah sangat keras perjuangannya untuk mendorong masyarakat untuk bersama-sama melawan hoaks ini. Dan bila terbukti melanggara Undang-undang yang berlaku bisa saja dipenjarakan orang menyebarkan hoaks itu.
Kebohongan dalam Hoaks
Bila disederhanakan hoaks itu merupakan informasi palsu, berita bohonh, informasi yang tidak sesuai dengan kenyataan. Sehingga, para penyebar hoask selalu bermain dalam ruang disinformation dan misinformation.
Masyarakat harus mengenali tampilan hoaks itu yang dibungkus dengan berbagai bentuk, yang kalau tidak cermat akan termakan habis dengan target hoaks di penyebarnya. Berdasarkan kajian dinamika sosial yang ada, jenis informasi yang salah dalam bentuk:
- Satire atau Parodi
- Konten yang Menyesatkan
- Konten Tiruan
- Konten Palsu
- Keterkaitan yang Salah
- Konten yang Salah
- Konten yang Dimanipulasi
Sadari bahwa kemasan dari hoaks yang disebarkan itu, daya pengaruhnya sangat tergantung dari jenis konten yang dibangun dengan sangat cermat dan menari, yang tampil dalam beberapa bentuk antara lain:
- Agama
- Politik
- Sara
- Kesehatan
- Bisnis
- Penipuan
- Bencana Alam
- Kriminalitas
- Lalulintas
- Peristiwa Lucu
Sesuai dengan dinamika dan perkembangan yang ada, utamanya pada perkembangan teknologi informasi berbasis internet, digital dan aplikasi, maka 5 bentuk alat yang bisa dipilih untuk menyebarkan hoaks dengan efektif, yaitu :
- Narasi
- Gambar atau foto
- Vidio
- Meme
- Media Massa
Mengingat publik sedang gandrung dan euphoria mudahnya bersosial media dengan gawai yang dimiliki dengan mudah, murah dan fun, maka masyarakat tidak menyadari pengaruh yang sangat kuat dari penyebaran hoaks oleh para "nabi-nabi palsu".
Keadaan ini bisa dicermati dengan begitu mudahnya seseorang ikut menyebarkan informasi palsu, berita palsu, gambar dan meme tertentu karena dianggap lucu misalnya. Padahal kontenya sangat berbahaya bagi orang lain membacanya. Dengan pembentukan persepsi, pengertian, dan pengetahuan yang bakal mempengaruhi perilaku dan intensitas nafsunya bersosmed.
Nabi Palsu
Secara substantif hoaks dan nabi palsu memiliki kesamaan makna, karena nabi palsu itu sesungguhnya juga memakai "baju" Nabi sebagai utusan Allah untuk menyampaikan informasi atau kabar tentang kebenaran hidup bagi manusia. Jadi, nabi palsu, dengan mengatasnamakan Allah yang mengutusnya menyampaikan pesan Allah kepada umat.
Sebab, kalau "Nabi Benaran" dipastikan berita yang disampaikan merupakan kebenaran yang datang dari Allah untuk kebaikan bagi umat manusia. Tugasnya bukan kehendaknya, tetapi panggilan dari Sang Khalik Kehidupan.
Jadi, penampilan para nabi palsu ini bisa sebagai individu maupun sebagai kelompok atau sebagai organisasi. Tergantung intensitasitas pencapaian target yang diinginkannya dengan durasi waktu pendek atau panjang.
Sesungguhnya, bicara tentang nabi palsu sudah ada sejak awal manusia hidup dialam jagad raya ini. Hal ini bisa disaksikan didalam Kitab Suci, terutama pesan-pesan Tuhan Yesus kepada para murid-murid-Nya dan umat agar berhati-hati karena selalu muncul para nabi palsu yang menyesatkan. Yesus dalam Injil Matius 7 berkata demikian :
"Berjaga-jagalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan berbaju domba, tetapi di dalamnya, mereka adalah serigala-serigala yang rakus"
"Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang.
"Dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci. Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang"
Bila dibandingkan dengan hoaks, maka daya rusak nabi palsu pasti jauh lebih kuat dan efektif. Karena komunikasi dilakukan secara langsung antara si nabi palsu dengan target sasarannya. Dipastikan, para nabi ini memilik skill dan pengetahuan yang sangat terlatih, disertai dengan penampilan yang mungkin jauh lebih wah, lebih mewah, lebih profesional dibandingkan dengan Nabi sungguhan.
Apabila publik tidak berhati-hati maka tujuan nabi palsu pasti akan tercapai. Perlu bagi publik dan umat untuk berlatih mengenal ciri-ciri dari kelakuan para nabi palsu ini, antara lain berikut ada beberapa, yaitu
- Nabi-nabi yang benar menyatakan iman mereka akan Allah
- Nabi-nabi yang benar berbicara atas nama Allah
- Kesanggupan mengadakan"tanda-tanda yang hebat", atau "mukjizat-mukjizat", tidak selalu merupakan bukti seorang nabi yang benar
- Apa yang dinubuatkan nabi-nabi yang benar tergenap, tetapi nabi palsu tidak mengerti penggenapan
- Ucapan seorang nabi yang benar memajukan ibadat yang sejati dan selaras dengan kehendak Allah yang telah disingkapkan
- Nabi-nabi yang benar dan palsu dapat dikenali dari buah-buah yang nyata dalam kehidupan mereka dan kehidupan orang-orang yang mengikuti mereka
Barangkali ciri terakhir menjadi menarik untuk dicermati, yaitu bahwa nabi-nabi yang benar dan palsu dapat dikenali dari buah-buah yang nyata dalam kehidupan mereka dan kehidupan orang-orang yang mengikuti mereka. Dari buah-buahnya kamu akan mengenali mereka
"Setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, tetapi setiap pohon yang busuk menghasilkan buah yang tidak berguna. Maka sebenarnya, dari buah-buahnya kamu akan mengenali orang-orang itu"
Apa ciri-ciri cara hidup mereka?
"Perbuatan daging, yaitu percabulan, kenajisan, tingkah laku bebas, penyembahan berhala, praktek spiritisme, permusuhan, percekcokan, kecemburuan, ledakan kemarahan, pertengkaran, perpecahan, sekte-sekte, kedengkian, bermabuk-mabukan, pesta pora, dan hal-hal seperti ini semua"
Orang yang mempraktekkan hal-hal demikian tidak akan mewarisi kerajaan Allah. Sebaliknya, buah roh adalah kasih, sukacita, damai, kepanjangsabaran, kebaikan hati, kebaikan, iman, kelemahlembutan, pengendalian diri."
YupG. Minggu 10 Februari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H