Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Ketakutan Memenjarakan Anda, Lawan !

4 Januari 2019   14:11 Diperbarui: 10 Januari 2019   05:16 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Marilah memulai tahun 2019 dengan bersikap berani melawan ketakutan; berani yang berdasarkan inteligensia. Keberanian merupakan bagian penting dalam karakter yang baik. Keberanian juga harus dikembangkan.

Pada umumnya semasa anak, banyak yang ditakutkan karena belum mengethui bahwa yang dihadapi anak itu tidak berbahaya. Sebaliknya sebagai anak juga belum mengetahui ada bahaya yang dihadapinya, sehingga kadang-kadang terlihat anak sebagai seorang pemberani.

Maka dari itu semasa anak haruslah dibimbing dan diberi pendidikan bagaimana harus bersikap berani dan bagaimana "perlu" takut. Adalah normal bila seorang anak merasakan takut; sering pula seorang petinju akan merasa takut, dan bila ada remaja yang menunjukkan dirinya "saya tidak takut!" mungkin itu pernyataan palsu.

Bagaimanapun sebagai karakter yang dapat dan harus dikembangkan, keberanian harus pula dikembangkan untuk menunjang memiliki karakter baik.

Pernyataan ini sungguh benar: "Courage is the willingness to act in spite of your fear." Tanpa rasa takut tidak akan didapatkan keberanian. Tidak mungkin kita menjadi berani bila tidak ada yang harus kita bela.

thinglink.com
thinglink.com
Kehormatan diri-pribadi, kehormatan nama yang harus kita bela; sesuatu yang ingin kita buktikan kebenarannya, sesuatu tanggungjawab yang kita berkomitmen, perlu ditunjukkan, dibuktikan secara berani.

Sesungguhnya karena adanya ketakutan maka keberanian harus ditimbulkan. Tentu saja ambang ketakutan harus dapat dikendalikan. Jangan sampai terjadi bahwa ketakutan memenangkan persaaan kita.

Beranilah menghadapi ketakutan dan "tembak jatuh", kalahkan ketakutan! Inilah sikap dalam menghadapi risiko, risiko hidup, risiko dalam berusaha membuat sesuatu yang baru dan lebih sering dalam risiko pekerjaan, risiko memajukan perusahaan. Dalam hal demikian tidak hanya diperlukan keberanian namun karakter yang pandai, diperlukan inteligensia. Keberanian sering juga dihubungkan dengan bagaimana mengambil keputusan yang betul dan yang baik, disini diperlukan inteligensia.

"When making the right choice requires intelligence and courage" 

Sampailah kita pada pemikiran bagaimana mengembangkan inteligensia/kepintaran karakter. Dalam bukunya Frames of Mind. The Theory of Multiple Intelligences, Howard Gardner, psikolog dari Harvard University, menyatakan bahwa manusia itu memiliki inteligensia jamak (multiple intelligences), dan menentang pendapat bahwa seorang anak itu hanya dapat belajar melalui mengikuti pelajaran dari guru di sekolah dengan membaca.

Dalam bukunya tersebut Gardner menguraikan 8 (delapan) macam inteligensia, sehingga dapat mengembangkan pengajaran dan pendidikan lebih jauh. Kedelapan macam inteligensia itu adalah:

  1. Visual-spatial intelligence 
  2. Linguistic-verbal intelligence 
  3. Mathematical intelligence 
  4. Kinesthetic intelligence 
  5. Musical intelligence 
  6. Interpersonal intelligence 
  7. Intrapersonal intelligence 
  8. Naturalistic intelligence 

Berdasarkan riset dan teori yang dibangun Howard Gardner ini guru dan pendidik dapat lebih memajukan inteligensia, kepandaian dan keterampilan para peserta didik atau anak didik.

Demikian pula dewasa ini pengembangan karakter dapat lebih mudah dilakukan melalui berbagai pendekatan tersebut. Disamping inteligensia yang dimiliki itu manusia juga sangat dipengaruhi oleh emosi dari "hatinya", emosi itu adalah "rasa takut".

mafr-jinja.blogspot.com
mafr-jinja.blogspot.com
Kepandaian menghadapi ketakutan merupakan faktor penting dalam pengembangan karakter. "Challenge your fears", challenge memiliki makna lebih mendalam dari terjemahannya "hadapilah", maksudnya hadapi dengan berani dan menggunakan "otak" termasuk juga menghadapi dengan kepribadian baik.

Setiap kali menghadapi ketakutan dengan keberanian yang disertai inteligensia merupakan pilihan berkarakter baik. Perhatikan kata-kata berikut ini:

"There is no joy in the land of fear. There are no DREAMS in the land of fear, because those with DREAMS, IDEAS and POTENTIAL are being held as captives, because of fear." 

Ketika perasaan dan suasana Ketakutan memenjarakan kita! Maka BERANI-lah menghadapi masalah,

  • Berani dengan berkarakter baik.
  • Berani menghadapi nasib hidup kedepan.
  • Berani bukan menyombongkan diri.
  • Berani meneyelesaikan pekerjaan dengan benar dan bertanggungjawab.
  • Berani menunjukkan karakter; "Saya BISA"

 "People who are courageous take action regardless of their fears. Courage is not just about climbing a mountain no one has ever dared to climb, nor is it only about engaging in dangerous sports, risking life and limb in order to become a hero. Courageous people are not fearless; they do feel fear but simply release it by not dwelling on it." 

Pernyataan diatas berarti hahwa, bukannya orang yang berani mengambil keputusan tidak memiliki rasa takut, namun ketakutan itu jangan dijadikan hambatan dengan berputar melulu sekitar ketakutan. Ambil keputusan untuk melepaskan diri dari ketakutan.

Kita manusia pasti ada perasaan takut. Namun bia timbul rasa takut, sadarkan diri sendiri untuk cep[at siuman dari perasaan takut dan nyatakan sikap keberanian yang dimiliki.

Seorang Ayah, ayah almarhum penyusun artikel ini, pengikut faham Kejawen percaya pada konsep Kejawen: "eling" - sadarlah pada takut untuk berani menghadapi menggunakan inteligensia; dan ini tercermin pada karakter baik.

Memang sungguh benar yang dikatakan oleh Nelson Mandela:

"I learned that courage was not the absence of fear, but the triumph over it. The brave man is not he who does not feel afraid, but he who conquers that fear." 

Oleh karena itu, maka: hadapi dan kalahkan perasaan ketakutan! Dengan demikian kita kembangkan karakter baik secara terus menerus hingga sikap berani ini menjadi bagian dari sendiri dan mempribadi secara utuh dalam diri.

 Ada lagi "anak-kata" dari takut, yaitu "galau" -- "was-was" -- "khawatir", dalam bahasa Inggris disebut sebagai "worry". Dr. Arthur Caliandro, dalam buknya berjudul Simple Steps -- Ten Things You can do to create an Exceptional Life, page: 29, Tap Your Inner Momentum, merumuskan tentang kuatir, yaitu :

 What is worry? Worry is one of the greatest momentum blockers, immobilized by fear. They're stuck. It is a series of "ifs" that immobilize the worried into a state of non-action. Yet, when we confront worry, it vanishes and frees us to move ahead. How can we give up worrying? An effective approach can be found in a simple two-word formula: DO SOMETHING!" 

Dua-kata untuk menghilangkan kekhawatiran, yaitu  Berbuat Sesuatu! Memang ini terbukti manjur, bertindak, berbuat, action; maka dengan cara itu galau dan kekhawatiran akan dihilangkan. Dikatakan dalam riset Dr. Caliandro, selalu diutarakan oleh orang yang khawatir:

  • "kalau"...
  • "bagaimana kalau"...
  • "kalau terjadi bagaimana?"...
  • "nanti kalau"...
  • "kalau saja tidak".

Nasehat selanjutnya dari Dr. Caliandro: menghadapi takut atau khawatir, hanya kita sendiri yang dapat mengatasinya, kita adalah motivator utama untuk diri-sendiri.

Ditambahkannya, sebagai manusia yang percaya pada Kekuatan Maha Besar, salah satu tindakan bersamaan dengan berbuat sesuatu adalah berdoa. Maka dari itu sebagai bangsa yang ber-Tuhan mengakui adanya Allah Maha Tinggi, dalam kita ingin memulai mengerjakan sesuatu: berdoalah! Kuasa doa memang harus diyakini, karena terbukti memberikan hasil.

Dalam setiap kesempatan untuk memulai memikirkan dan melatih pengembangan karakter marilah dimulai dengan berdoa. Berdoa dan mengerjakan sesuatu; "ora et labora", berdoa dan berusaha, kombinasi yang manjur menghilangkan kekhawatiran, galau, dan ketakutan, agar move-on.

Catatan, Artikel yang sangat bermanfaat dan menarik ini merupakan kiriman seorang sahabat,  Ludwig Suparmo, Pembelajar Krisis, Isu, dan Manjemen Risiko, Manajemen Konflik dan Manajemen Karakter

Jakarta 4 Januari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun