Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memahami Manajemen Krisis untuk Membangun Manusia Berkarakter

31 Desember 2018   13:58 Diperbarui: 31 Desember 2018   18:13 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

We should build character through our good choices anda ctions as often as we can. Thisis the choice of our character. Acuan demikian menjadi pokok bahasan yang perlu dianalisis lebih mendalam, untuk mendapatkan arah pengembangan karakter bagi mahasiswa, professional, pengajar atau dosen, bahkan pembisnis dan pengusaha.

No matter our age, we should never dig a big hole in our character in which we spend a Life time trying to recover. The younger we are, the longer the life time of recovering. And this is why trying to make the best choices possible and take the most appropriate Actions as often as possible early in our lives can make a very bigd ifference in the quality of our overall life.

Artikel ini memicu agar dari paragraph diatas dapat dilaksanakan suatu diskusi ilmiah tentang pengembangan karakter yang diusulkan merupakan diskusi bagi seluruh civitas akademika. Bisa saja dimulai yang muda usia, tetapi juga bagi yang lebih dewasa, sekalian yang sudah senior. Dengan maksud agar bersama memahami pentingnya bertindak recover untuk mencapai nilai hidup berkualitas tinggi dan berdaya guna bagi masyarakat.

Dalam diskusi juga akan dikemukakan bahwa karakter merupakan kombinasi dari daya pikrr dan tindakan masing-masing kita; melibatkan roh, hati nurani dan "backbone", kekuatan tubuh kita. Karakter adalah cara kita menghadapi cobaan, tetap tangguh, "move-on", maju terus, bagaimana kita melindungi diri sendiri maupun siap melindunngi hal-hal lain.

How we respond and learn will determine the legacy of our character. Namun, meskipun paragraph ini menambahkan bahwa karakter dapat terlihat dalam sikap fisik tubuh orang, dianjurkan tidak melihat pada "tampang" fisik seseorang, seperti apa yang dikatakan "Do not look on his appearance or on the height of his stature, for the Lord sees not as mansees: man look son the ou tward appearance, but the Lord look son the heart."

Anjuran menghadapi Krisis Pengembangan Karakter:

  • Worksmart: bekerja cerdas untuk berkreasi yang terbaik, menghadapi  kesempatan/tantangan agar dapat bertahan dan semuanya dengan outc ome terbaik.
  • Dalam bersosialisasi gunakan komunikasi berempati
  • Praktekan "The Power of Love"
  • Tunjukkan kesederhanaan, berikan penghargaan bagi orang lain.
  • Be nice when everything tempt you not to be nice
  • Selalu bangkit kembali bagaimanapun peristiwa telah melanda kita, jadikan diri selalu lebih baik lagi
  • Jangan remehkan tugas atau orang lain not ask is too small and noperson is too ordinary or extraordinary to extend a hand and help

Sesungguhnya masing-masing kita boleh memilih sendiri karakter macam apa yang ingin kita miliki. Tentu sebagai bayi kemudian tumbuh sebagai anak kecil kita mungkin belum sadar akan “hak pilih” ini, dan seperti yang dikatakan ahli psiklogi anak enyatakan bahwa anak itu akan meniru sekelingnya, termasuk meniru bentuk tabiat, tindakan sopan santun orang-orang sekitarnya, dan ini menjadikan pembentukan karakter semasa anak. Sewaktu remaja harusnya kita sadar bahwa kita dapat memilih mulai membangun karakter ”baik”, mengikuti tabiat dan tingkah laku yang baik.

Jika menyadari bahwa sebagai manusia kita bukan yang sempurna, maka seyogyanya kita harus melatih diri memilih yang baik dan melepaskan yang tidak/kurang baik. Seharusnya remaja harus disadarkan memilih yang baik; hal ini dilakukan dengan memberi contoh, baik perilaku orang dewasa sekitarnya, juga melalui pendidikan di sekolah, termasuk membacakan dan memberikan bacaan kisah biografi atau pencapaian prestasi/peneuan-penemuan orang-orang berkarakter baik.

Dengan berjalannya waktu, karakter berproses. Jika kita dalam lingkungan positif lebih mudah proses karakter berkembang menujuyang lebih baik. Namun, karena hidup ini penuh ketidak pastian maka, suatu masa yang baik, positif dan indah, dapat berubah menjadi tidak baik, tidak menguntungkan, bergerak ke arah “pencobaan”, menjadi ke arah negatif. Dalam masa demikian diperlukan kekuatan bathin dan ketekunan dalam keyakinan tidak terimbas yang jelek.

Memang ini merupakan risiko hidup, maka dari itu dalam pembentukan karakter sering nilai-nilai ajaran agama menjadi fundamental. Memperhatikan ayah almarhum saya seorang Jawa asli dari desa, mengikuti faham Kejawen, saya dapat membenarkan bahwa konsep Kejawen yang utama adalah “Eling”, “ingat” yang diartikan “sadar”. Kesadaran akan membentuk nilai-nilai positif menjadi acuan hidup sehari-hari.

Roh kita, hati nurani kita, perlu sadarkan diri agar mengerti bagaimana imbas pencobaan dan perubahan hidup sekitar yang tidak menguntungkan yang seakan akan ingin menarik kepemikiran dan ke-kelakuan negatif. Sesunggahnya kararakter itu kombinasi dari roh, hati nurani, perasaan bathin, pemikiran dan kesadaran sebagai tulang punggung hidup kita masing-masing, dengan kombinasi ini kita harus mampu melindungi diri sendiri terhadap imbas atau pengaruh luaryang negatif; kita sebaiknya sadar cara mempertahankan karakter baik kita dan sanggup terus mengembangkann menghadapi pencobaan dan keadaan yang tidak menguntungkan. Jika ini sanggup kita kerjakan dalam hidup kita sehati-hari, maka kita mementukan arah hidup berkarakter yang baik dan mulia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun