Misalnya salah satu buku yang dibacakan guru saya adalah buku HAMKA "Tenggelamnya Kapal van der Wijk" sambil menekankan nilai-nilai kebaikan dalam hidup (meskipun saya sekolah SR Frater, sekolah Katolik, guru saya seorang biarawan membacakan seluruh buku tersebut bagian demi bagian tiap hari Sabtu siang menjelang pulang, hingga sampai doa berserah pada Allah, ketika kapal yang ditumpangi pesiarah haji tenggelam; frater, guru saya, membacakan bagian itu dengan penuh perasaan, bahkan menangis tersedu.
Tanpa sadar, sebenarnya guru itu memberi contoh nyata pembentukan karakter toleransi dan ikut berempati. Sebagai anak, pada waktu itu saya belum mengenal kata "karakter", namun sejak dari rumah dan sepanjang minggu di sekolah orang tua saya dan guru-guru memberi contoh tentang disiplin, sopan-santun dan sikap saling menolong; jadi benar adanya bahwa kemudian hari ketika belajar bahasa Inggris, antara lain menemukan kata-kata mutiara, seperti "An Example is better than an Advice".Â
 Secara alamiah dan secara otomatis ketika saya bertumbuh sebagai anak remaja saya belajar "karakter yang baik." Kemudian anak-anak saya ketka bersekolah di tahun 70an belajar "Budi Pekerti" yang mirip saya dapatkan ketika saya bersekolah.
Patut diapresiasi bahwa pemerintah sekarang juga sadar dan akan serius mengembalikan pelajaran berkarakter di sekolah bahkan di tempat kerja menekankan pentingnya pengembangan karakter, yang menurut saya lebih tepat diartikan sebagai "pemantapan berkarakter baik."
Jika berbicara tentang karakter lebih mudah langsung mendeskripsikanya sebagai "kelakuan atau tabiat jelek", "tingkah laku buruk". Mudah menunjuk politisi yang "tidak berkarakter", pengusaha yang "karakternya rendah" bahkan kawan dekat mudah kita tuding "tidak berkarakter".
Sedang person yang memiliki karakter, biasanya dkatakan "orang baik"; namun sulit menunjuk siapa "orang yang baik?" Karakter positif tidak mudah terlihat. Jadi bila karakter baik tidak tampak, rasanya "hilang", tidak mudah ditunjukkan.
Pernyataan yang mengatakan bahwa Bad character knows no boundaries, memberikan pesan yang sangat menarik tentang orang yangmemiliki karakter baik dan karakter jelek. Sepertinya karakter baik atau orang yang berkarakter sulit ditemukan, namun bila seseorang karakternya negatif, tidak ada batasan kejelekannya.
Juga ada pernyataan yang perlu difahami dan diskusikan bahkan perlu dibuat penelitian ilmiah, yang berkata bahwa Good character is exemplified every day and too often goes unnoticed.Â
Jadi sesungguhnya karakter baik itu dapat dicontohkan dan selalu menjadi kebutuhan mendasar yang memberikan koreksi terhadap karakter yang tidak dibutuhkan untuk memberikan hidup yang bernilai.
Karakter itu tertanam dalam masing-masing diri seseorang. Kata karakter bersasal dari bahasa Yunani yang berarti "tanda yang tergoreskan". Kemudian ada yang memplesetkan bahwa kata karakter itu berarti goresan atau jalur bekas, seperti goresan bekas luka di tubuh atau dikulit.
Jadi pertanyaan menarik yang menjadi menarik untuk direnungkan adalah maukah goresan di rohani dan tabiat Anda tampak jelek sebgai bekas luka, ataukah Anda lebih baik terlihat dengan sendirinya bahwa goresan rohani dan hati Anda tampak mulia, berkarakter baik?