Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Loyalitas Karyawan Tidak Bisa Dibeli

17 Desember 2018   00:17 Diperbarui: 23 Januari 2019   14:01 1791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi (Shutterstock) | Kompas.com

Seorang karyawan memutuskan untuk meninggalkan perusahaan tempatnya bekerja yang sudah dijalaninya selama 15 tahun dengan posisi jenjang manajerial yang sangat penting dan strategis.

Sebagai seorang manajer, dia memiliki kompensasi yang sangat baik dengan fasilitas yang termasuk sangat kompetitif bahkan termasuk mewah. Dia juga telah dan terus mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan yang sangat menunjang pekerjaannya sebagai seorang manajer dalam perusahaan.

Lalu, mengapa dia harus keluar dari pekerjaannya itu? Apakah dia sudah tidak loyal lagi kepada perusahaan tempat bekerjanya? Atau masih merasa kurang kompensasi dan fasilitas serta kesempatan pengembangan yang dinikmatinya?

Si Karyawan ini memberikan penjelasan sederhana bahwa dia bukan tidak loyal pada perusahaannya. Juga merasa beruntung karena mendapatkan kompensasi yang sangat baik dan fasilitas yang sangat memadai. Tetapi, satu hal yang menurut dia sangat mendasar dalam hidupnya untuk bekerja adalah karena bosnya sangat tidak baik dalam memperlakukannya dalam bekerja. Semula dia berusaha bertahan, tetapi lama kelamaan tidak kuat karena sacara moral selalu tidak mendapatkan apresiasi dari pimpinannya dalam setiap capaian yang dikerjakan.

Kejadian diatas merupakan sisi lain yang banyak pimpinan perusahaan tidak memahami dalam mengelola dan mempertahankan karyawannya. Nampak dengan jelas bahwa kompensasi yang tinggi dan fasilitas yang mewah bukan jaminan 100% karyawan tidak keluar dari perusahaan. Tetapi, yang dibutuhkan oleh setiap karyawan agar setia pada perusahaan adalah perlakuan yang baik oleh pimpinan.

Richard Branson mengatakan bahwa karyawan meninggalkan perusahaan bukan karena mereka tidak terampil dalam bekerja tetapi karena mereka diperlakukan tidak baik oleh pimpinannya.

Mengapa masih ada pimpinan yang memperlakukan karyawannya tidak baik? Nampaknya, ini adalah paradigma lama yang masih dimiliki oleh banyak pimpinan dalam mengelola dan memimpin karyawannya.

Mindset tradisional menempatkan karyawan itu sekedar sebagai salah satu faktor produksi, sama dengan faktor lainnya, seperti bahan baku, mesin, uang maupun teknologi. Dengan paradigma demikian, karyawan tidak dianggap sebagai aspek penting dalam memberhasilkan pencapaian tujuan perusahaan.

Zaman sudah berubah, teknologi sudah bertumbuh dan berkembang dengan sangat maju, dan pemahaman arti penting dari karyawan juga sudah berubah.

Pertama, karyawan berbeda dengan faktor produksi lainnya, sehingga tidak disebut lagi sebagai tenaga kerja tetapi human resources, sumber daya manusia. Kedua, karyawan itu manusia yang mengelola faktor produksi lainnya. Ketiga, karyawan itu tulang punggungnya suatu organisasi. Keempat, karyawan itu memiliki berbagai dimensi yang harus dikelola, tidak saja aspek pengetahuan dan keterampilannya, tetapi juga memiliki aspek psikologis dan spiritual.

Dengan demikian, keberhasilan perusahaan sangat tergantung dari yang namanya karyawan itu. Sebab karyawan adalah ujung tombak organisasi apapun, yang pada akhirnya, orang-orang dalam perusahaanlah yang membuat perusahaan sukses.

Setiap strategi atau rencana bisnis bergantung pada orang yang termotivasi dan terlibat untuk mewujudkannya. Inilah sebabnya mengapa perusahaan yang paling sukses biasanya mereka yang betul-betul fokus pada orang dan hubungan antar orang, dan memastikan keduanya tidak hanya dikelola tetapi memimpin dan dirawat sebaik mungkin secara manusiawi. Karyawan yang bahagia selalu mau melakukan lebih banyak, mereka akan berusaha keras untuk membantu perusahaan tumbuh.

Dalam konteks inilah difahami begitu pentingnya konsep loyalitas karyawan yang sesungguhnya tidak bisa dibeli dengan uang dan fasilitas semewah apapun. Sebab loyalitas ini menyangkat kahekat kemanusiaan yang dimiliki oleh karyawan itu sendiri. Artinya, dia memiliki dimensi psikis dan spiritual yang harus di sentuh dan dirawat dengan baik. Dan cara merawatnya adalah dengan perlakuan atau treatment yang benar, bukan sekedar pelatihan atau training yang benar.

Harus disadari bahwa konsep loyalitas itu memiliki dua arah yang harus dikelola dengan benar. Jika Anda menginginkan kesetiaan karyawan, Anda harus terlebih dahulu memberikan kesetiaan perusahaan kepadanya. Karena pada dasarnya, karyawan itu menghabiskan setengah hidup mereka di tempat kerjanya.

Karyawan tidak meminta banyak hal yang aneh-aneh dan macam-macam gaya dan ragam. Karyawan hanya ingin bekerja di lingkungan di mana mereka dihargai, diapreasiasi, dimanusiakan secara utuh dan wajar. Perhatikan bahwa terkadang hal-hal kecil yang Anda lakukan justru itulah yang paling berarti, dan bukan harus hal-hal besar dan spektakuler.

Karyawan sangat sensitive dalam semua perhatian dan perlakuan yang ditunjukkan kepada mereka. Sedikit rasa hormat dan empati akan mendorong mereka untuk dapat berjalan jauh dengan semangat yang berkobar dan lama. Jika Anda ingin mendapatkan yang terbaik dari karyawan Anda, sangat sederhana, yaitu perlakukan mereka dengan baik.

Dalam sebuah artikelnya Brigette Hyacinth mengidentifikasikan ada 7 cara untuk meningkatkan loyalitas karyawan dalam suatu perusahaan, yaitu:

  1. Don't treat employees like machines.
  2. Create opportunities for growth and development.
  3. Recognize Employees' efforts and accomplishments.
  4. Don't micromanage - Trust employees.
  5. Provide adequate training and support.
  6. Show Empathy.
  7. Open Communication.

Pertama, Jangan memperlakukan karyawan seperti mesin.

Inilah mindset tradisional dari banyak pimpinan suatu perusahaan, dimana karyawannya dianggap sama dengan mesin yang tidak memiliki sisi kemanusiaan. Fahamilah bahwa karyawan Anda itu sangat ingin tahu bahwa majikan mereka atau bosnya maupun pimpinannya memahami kebutuhan mereka akan pentingnya keseimbangan kerja, kehidupan dan menghormati waktu pribadi setiap karyawan

Kedua, Ciptakan peluang untuk bertumbuh dan berkembang

Karena karyawan itu adalah manusia yang hidup maka dia membutuhkan pertumbuhan dan perkembangan dalam segala aspek, seperti pengetahuan, teknologi, keterampilan, pengalaman dan pendidikannya.

Oleh karenanya maka setiap pemimpin harus selalu memastikan terdapat dan tersedianya cara-cara dan strategi agar karyawan yang dimiliki dapat tumbuh dan dapat melakukan pekerjaan yang mengilhami mereka.

Hal ini nampaknya membutuhkan biaya dan waktu, tetapi sesungguhnya dampak positifnya jauh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Sebab langsung berpengaruh pada pekerjaan dan capian hasil karyawan, yang umumnya akan efisien dan juga efektif.

Ketiga, Akui upaya dan capaian setiap karyawan 

Saran praktisnya bagi setiap pimpinan dalam organisasi adalah jangan pelit terhadap pengakuan dan penghargaan atas berbagai usaha dan perjuangan bahkan capaian oleh setiap karyawan yang dimiliki. Sekecil apapun usaha dan perjuangan mereks harus diapresiasi, diakui dan dihargai. Apalagi bila capaiannya langsung berhadapan dengan produktifitas perusahaan, pimpinan harus mengakuinya.

Berbagai bentuk pengakuan dan penghargaan akan menjadi energi ekstra bagi setiap karyawan untuk berlomba-lomba mencapai hasil yang tertinggi bagi perusahaan.

Kata kuncinya adalah bahwa semua orang merasa ingin dihargai, dan pengakuan yang tulus sering membuat tim yang dimiliki sangat produktif.

Keempat, Jangan micromanage 

Sesungguhnya karyawan sebagai manusia yang memiliki keinginan untuk terus maju dan berkembang mengharapkan kepercayaan dari pimpinannya. Saat diberi kepercayaan maka kepercayaan itulah yang memacu dan mengendalikan mereka untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan.

Pesan kuncinya adalah berikanlah mereka ruang otonom yang utuh dan bernafas untuk menyelesaikan pekerjaan mereka dengan segala kemampuan yang dimiliki. Jangan terlalu mengekang, tetapi nantikan hasil capaian akhirnya sebagai wujud kepercayaan yang telah diberikan kepadanya

Kelima, Berikan pelatihan dan dukungan yang memadai. 

Dinamika perubahan dan perkembangan yang terjadi telah mempengaruhi semua aspek dalam kegiatan perusahaan atau organisai yang harus terus diikuti dan disesuaikan oleh setiap orang dalam perusahaan. 

Di bagian ini, pelatihan dan pengembangan karyawan menjadi sesuatu yang harus dilakukan oleh perusahaan, kalau tidak maka sangat mungkin perusahaan akan tertinggal dan kalah dalam persaingan.

Berbagai program pelatihan bagi karyawan menunjukkan komitmen perusahaan kepada karyawan dalam hal pertumbuhan pribadi dan profesional mereka sebagai ujung tombak perusahaan.

Keenam, Tunjukkan Empati. 

Pada dasarnya empati itu memperlihatkan sikap care, pedulinya pimpinan terhadap karyawannya. Empati yang terjadi dengan benar dan efektif akan membuat karyawan dan pimpinan berada dalam satu alur atau aliran serta mindset yang benar dan sama. Dengan lain kata, antara karyawan dan pimpinan berada dalam gelombang yang sama.

Ketika gelombang yang dimiliki karyawan sama dengan yang dimiliki oleh si bos, maka akan terjadi sinergisitas yang sangat luar biasa. Tidak ada jarak antara kedua, karena komunikasi mudah dikerjakan dengan baik.

Bila dicermati dengan seksama, maka nampak bahwa sesungguhnya sangatlah sedikit bos yang menunjukkan empati terhadap anggota tim mereka. Empati yang ditunjukkan oleh si bos akan membantu dan mendorong meningkatkan moral dan kinerja tim secara keseluruhan.

Ketujuh, Komunikasi Terbuka 

Komunikasi yang benar dan baik yang harus terjadi adalah ketika antara karyawan dan pimpinan tidak ada lagi gap atau lag communication. Dalam pemahaman bahwa pesan pimpinan dapat diterjemahkan dengan tepat oleh karyawan dalam pekerjaan yang dipercayakan padanya.

Dalam proses komunikasi akan berjalan dengan baik pesan dan umpan balik secara simultan dan terus menerus sehingga gap atau lag komunikasi semakin kecil. Mendengarkan dan bertindak berdasarkan sudut pandang karyawan menunjukkan bahwa Anda menghargai pendapat mereka.

Apabila ketujuh cara atau langkah diatas dilakukan secara konsisten oleh pimpinan dalam suatu organisasi maka hasilnya adalah loyalitas yang kuat dan bertahan lama dari karyawan kepada pimpinan dan sekaligus kepada organisasinya.

Ke 7 cara ini, memperlihatkan bahwa loyalitas tidak bisa dibeli dengan harga berapapun tetapi hanya bisa dicapat dengan proses manajerial yang konsisten dan terus menerus dengan fokus dan pusat perhatian kepada perlakuan dengan benar dan baik terhadap karyawan.

Yupiter Gulo, 16 Desember 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun