Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memenjarakan Diri Sendiri itu Lebih Menyakitkan

19 November 2018   20:17 Diperbarui: 20 November 2018   07:53 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

I

Pada umumnya orang menghindari penjara karena tidak mau dipenjarakan,  dan berusaha mati-matian untuk tidak masuk penjara itu, karena ketika berada di dalam penjara, sama saja hidup serasa"mati" adanya. Tapi, tunggu dulu ! Apakah betul Anda tidak berada dalam penjara itu ?

Betul, bahwa seseorang yang dipenjara dianggap sebagai pesakitan karena melanggar hukum yang berlaku. Penjara dianggap sebagai ganjaran yang setimpal dengan perbuatan yang melanggar hukum itu. Melanggar hukum itu, karena dinggap merugikan orang lain, dan atau negara.

Dipenjara berarti dikurung fisik secara total selama di penjara. Secara fisik orang yang dipenjara tidak lagi bebas melakukan apa saja. Penjara sama dengan mengekang kebebasan seseorang agar tidak meneruskan perbuatannya yang merugikan orang lain dan negara.

Wajar saja semua orang akan berusaha untuk tidak masuk penjara itu. Karena ketika kebebasan fisik dibatasi, maka hidup menjadi tidak normal dan hidup yang tak normal sama saja hidup yang sakit, sehingga penghuni penjara disebut pesakitan.

II

Yakinkah Anda bahwa Anda tidak berada didalam penjara itu? Kalau penjara yang dimaksud adalah penjara fisik, dipastikan keyakinan Anda 100% tak berada dalam penjara yang dijaga ketat oleh para sipir penjara.

Betul, bahwa tidak berada di dalam penjara pesakitan fisik itu. Tetapi sesunggungnya ada banyak orang, mungkin termasuk diri Anda dan saya, juga sedang berada dalam penjara yang lain yang tidak kalah menyakitkan dengan penjara pesakitan fisik itu.

Yang terjadi adalah tanpa sadar banyak orang memenjarakan dirinya sendiri, sehingga tidak memiliki kebebasan untuk dengan leluasa "melakukan banyak hal" yang seharusnya bisa dilakukan dengan bebas sepuas-puasnya.

Dan anehnya, banyak orang terus mengeluh, memprotes, kesal, kecewa dan merasa hidupnya sudah tamat adanya. Kegagalan demi kegagalan dialami dan terjadi, dan kekecewaan demi kecewaan juga selalu meninggi sepanjang hidup.

Ini terus berulang dan terulangi dalam kehidupan seseorang, tanpa mampu keluar dari situasi yang nampak seperti lingkaran tiada berujung. Dan akhirnya seseorang menjadi putus asa, dan sangat mungkin akan menyelesaikan hidupnya dengan kisah dan cerita tragis. Kalau tidak bunuh diri, mungkin dia akan menyendiri saja seumur hidup dan pelan-pelan ditelan oleh kehidupan itu.

Sesungguhnya, inilah penjara yang sangat sadis dan menyakitkan yang tanpa disadari banyak orang membangunnya dengan tembok-tembok yang semakin kokoh, kuat dari waktu ke waktu. Bahkan sulit ditembus apalagi dirobohkan.

Setiap muncul kekecewaan, dan kekesalan serta kemarahan maka tembok-tembok penjara itu semakin kokoh mengurung diri sendiri hingga kematian menjemputnya.

III

Siapa tidak tahu dan mengenal yang namanya benda "sikat gigi"? Semua orang pasti tahu apa itu sikat gigi, karena tanpanya hidup menjadi tidak nyaman. Setiap orang membutuhkan sikat gigi agar gigi tetap sehat dan nyaman.

Dikisahkan,  adalah seorang bernama William Addis menemukan konsep "sikat gigi". Tapi tak banyak orang bagaimana cara si William Addis menemukan sikap gigi itu. Karena pada saat itu, dia sedang mendekam di dalam penjara saat menemukan ide tentang sikat gigi, disekitar tahun 1780-an.

Di Inggris karena terlibat kerusahaanlah dia dipenjara. Dan suasana penjara yang tidak nyaman, gelap, tanpa berbuat apa-apa dengan baut mulut yang tidak tertahankan, Addis terinspirasi untuk membuat alat pembersih gigi. Addis menghasilkan sejumlah sikat gigi yang terbuat dari bulu kuda dan tulang.

Inilah kenyataan yang sangat jelas, betul, tubuh Williams Addis di penjara, tapi pikirannya tidak terpenjara. Kesulitan yang dihdapi, ketidaknyamanan yang sangat mengganggu, dan bahkan mau mulutnya yang tidak sedap menjadi sumber inspirasi bagi William Addis.

Pikirannya tetap bebas berkelana kemana saja dibawanya kendati tubuh dan fisiknya ada dalam penjara. Tetapi semua sumber daya yang ada dilingkungannya dalam penjara menjadi konstruksi yang mendorong pikirannya terus menerus bekerja tanpa batas.

Kehidupan yang bisa disaksikan saat ini, begitu banyak orang yang tidak di penjara secara fisik bahkan bebas pergi kemana saja ia mau, dan bebas berkreasi semaunya, tetapi seringkali memenjarakan pikirannya sendiri, dalam tembok-tembok mind-set yang salah, perspesi yang keliru tentang hidup, dan keputus-asaan tiada habis-habisnya.

Sebab, sesungguhnya penjara yang dibuat oleh banyak orang adalah pikiran-pikiran dan kata-kata yang menghentikan langkah, gerak dan perilakunya kepada arena kebebasan yang seharusnya memnjadi miliknya.

Perhatikan dan cermati jeruji-jeruji besi penjara pikiran :
"Tidak Mungkin"
"Tidak Bisa"
"Tidak Mau"
"Tidak Berani" dan
"... tidak-tidak lainnya.."

Semua yang yang oleh pikiran teriakkan "tidak bisa" maka jeruji penjara pikiran tertanam habis. Jeruji pikiran kekecewaan, kekesalan,kemarahan dan keputus-asaan yang menjadi bangunan penjara pikiran yang dibuat sendiri oleh dirinya sendiri.

IV

Tidak ada orang lain yang mampu mengeluarkan diri sendiri dari penjara pikiran, kecuali dirinya sendiri. Menyadari dan mengenali penjara pikiran akan menolong seseorang untuk terhindari dari penjara yang dimaksud.

Milikilah kesadaran yang tinggi bahwa sesungguhnya Tuhan memberikan Anda potensi untuk dikembangkan, secara positif dan semaksimal mungkin. Jadi, jangan mengizinkan keadaan apapun memenjarakan pikiran Anda.

Sebab, fisik dan tubuh Anda boleh saja ada di penjara.Tetapi pikiran Anda harus bebas seperti burung yang sedang terbang melayang tinggi.

Yupiter Gulo, 19 November 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun