Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Coba Cek, Anda Termasuk yang Suka Proses atau Senang Hasil?

17 November 2018   10:57 Diperbarui: 18 November 2018   17:50 2026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: dailytrend.mx

Jawaban terhadap pertanyaan "apakah Anda menyukai prosesnya atau lebih menyukai hasilnya?" akan menunjukkan siapa diri Anda dalam menjalani, mengisi serta memberikan makna dalam hidup yang dimiliki?

Ini menyangkut pilihan hidup untuk dijalani. Karena merupakan pilihan kehidupan maka padanya tidak ada salah dan tidak ada yang benar. Keduanya, apakah suka proses atau senang hasil, memiliki makna bagi siapa yang memilihnya. Juga tidak perlu dipertentangkan antara proses dan hasil, sehingga pilihan masing-masing dijalani dengan semangat dan penuh antusias hidup.

Sangat mungkin, seseorang bisa saja berubah dari yang semula beorientasi pada poses ke beorientasi pada hasil. Perubahan orientasi tentu saja menjadi pilihan, karena pertimbangan penilaian yang rasional dan diyakini.

Coba amati bagaimana petani menjalani kesehariannya sebagai petani. Biasanya, "setelah proses panjang-masa sulit-penuh tantangan yang harus dihadapi dan dialami, seorang petani begitu bahagia saat memanen".

Bila hasil panenannya sesuai yang diharapkan atau melebihi dari targetnya maka tingkat kesenangannya akan semakin tinggi, dan senyumannya pasti semakin melebar. Demikian sebaliknya, kalau hasil panen tidak berhasil, kesenangan dan kegembiraannya akan menurun dan senyumannya tidak saja menyempit tetapi muram mukanya, sambil membayangkan dengan penuh tanya mengapa tidak sesuai harap.

Bagi seorang petani, hasil yang didapatkan merupakan refleksi dari proses panjang, dan sulit penuh tantangan yang dilewati dengan tiada merasa lelah, karena didalamnya mengalami waktu yang panjang untuk menemukan sebab dan akibat untuk mencapai hasil yang diharapkan.

Mungkinkah seorang petani memaksakan hasil yang diharapkan? Misalnya menanm hari ini, kemudian besok atau lusa mau memanen hasilnya ?Jawabannya tentu tidak. Karena proses menghasilkan tidak bisa dipaksakan sesuai kehendak petani.

Dalam kehidupan nyata, banyak orang tidak lagi mau menjadi seorang "petani" karena hasil panennya tidak bisa dipaksakan sesuai kehendak petani. Orang cenderung menginginkan hasilnya cepat dan serba instan. Bila perlu, tanam sekarang, dan sekarang juga panen !. Dan tidak mau menunggu lebih lama lagi.

Kecenderungan ini semakin terasa tinggi dimiliki oleh orang-orang pada zaman yang serba digital sekarang ini. Itu sebabnya, berbagai cara, metode, teknik dilakukan agar hasilnya bisa instan seketika.

Kecenderungan orang untuk memanen hasil secara instan mendorong perilaku menyimpang dari setiap orang untuk memanipulasi proses yang harus dilewati untuk mencapai hasil. Mereka mau hasilnya seketika, apapun cara yang harus ditempuh akan dilakukan.

Contoh-contoh perilaku menyimpang ini menjadi masalah yang hidup ditengah-tengah masyarakat saat ini, seperti korupsi, kkn, mencuri, merampok, menipu, mencontek, berbohong, menteror, menghina, menyebarkan kabar bohong, hoaks, dan bahkan melakukan pembunuhan sekalipun hanya demi mencapai hasil yang instan.

Jadi, banyak orang yang cenderung mau  memanen tetapi tidak mau mengalami proses, seperti seorang petani yang tersenyum  bahagia ketika memanen padinya sebagai hasil dari proses yang panjang.

Tetapi bagi orang yang mau instan saja memperroleh hasil, adakah kebahagiaan saat "menikmati panen" itu ? Saya sangat yakin disana tidak ada kebahagiaan, maksudnya tidak ada kebahagiaan sejati bagi perilaku menyimpang yang hanya mau hasil instan saja. Kalaupun dia nampak bahagia, itu hanya kebahagiaan semu saja.

Mari coba mengenali kenderungan perilaku orang yang sangat berorientasi pada hasil dan yang proses

Ciri-ciri orang yang berorientasi hasil:

  1. berfokus pada tujuan akhir
  2. memiliki pendekatan yang fleksibel untuk bekerja
  3. selalu mencoba untuk membuat kemajuan terlepas dari kendala
  4. dapat menangani ambiguitas dengan baik
  5. dapat  bekerja dengan baik dengan informasi yang tidak lengkap
  6. dapat bekerja dengan naluri dan pengenalan pola

Ciri-ciri orang yang berorientasi pada proses:

  1. disiplin diri dan menetap baik ke dalam sistem dan struktur yang mapan
  2. berfokus pada perjalanan dan juga tujuan
  3. selalu mematuhi aturan
  4. mahir dalam menjaga segala sesuatunya berjalan lancar
  5. bisa tampil formal, berbasis tugas dan mekanis
  6. mungkin tidak selalu menantang status quo

Pilihan setiap orang untuk lebih berorientasi pada hasil atau fokus pada proses akan memandu semua perilaku, bahkan berbagai rencana, program dan mimpi yang hendak diimplementasikan dan diraihnya. Ini semua sesuatu yang lumrah, wajar dan tidak menjadi persoalan.

Namun, harus difahami bahwa kecenderungan perilaku yang berorientasi pada hasil atau proses ini akan menjadi masalah bila seseorang berada dalam posisi sebagai karyawan atau employees dalam suatu organisasi atau perusahaan. Pilihannya tentu tidak sebebas kalau seseorang menjalani hidupnya tanpa harus diatur orang lain.

Pimpinan perusahaan atau organisasi harus mampu mengenali kecenderungan karyawannya yang fokus pada proses atau fokus pada hasil alias hasil yang instan. Dan membutuhkan pengelolaan dan penyelarasan yang tinggi agar tidak terjadi benturan yang akan mempengaruhi kinerja karyawan dan pada akhirnya menurunkan produkditiftas perusahaan.

Jesse Lyb Stoner  dalam sebuah artikelnya berjudul Results Driven vs Process Driven Leadership memberikan  sejumlah saran dan tips bagi seorang pimpinan untuk bisa mengelola perbedaan kencenderungan yang sangat mungkin ada ditengah-tengah karyawannnya.

Jesse menyebutkan 7 tips yang harus dikelola, yaitu :

  1. Anda dapat menyusun solusi atau rencana yang paling baik, tetapi jika melakukannya secara terpisah, Anda mungkin terkejut oleh kurangnya antusiasme yang dihasilkan. Ketika karyawan berpartisipasi dalam membuat rencana,memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang apa yang dibutuhkan dan lebih banyak diinvestasikan dalam keberhasilannya
  2. Libatkan orang sedini mungkin untuk menciptakan  dukungan "massa kritis" sambil terus bergerak maju. Proses perencanaan itu sendiri menciptakan pembelajaran dan perubahan bagi yang berpartisipasi di dalamnya. Jika Anda menunggu terlalu lama untuk menarik orang masuk, mereka tidak akan memahami masalah dengan cara Anda, juga tidak akan berbagi antusiasme Anda.
  3. Meluangkan waktu untuk melibatkan orang bisa membuat frustrasi ketika Anda sudah memiliki gagasan yang kuat atau merasa terdesak.  Ingatlah untuk memiliki kesabaran. Berjalan lambat di awal akan membantu Anda lebih cepat dan lebih lancar nantinya.
  4. Daripada terjun langsung ke pemecahan masalah atau perencanaan, pertama-tama pertimbangkan siapa yang perlu berada di meja - siapa pemangku kepentingan Anda, apa yang akan dibutuhkan dari mereka untuk implementasi, dan apa cara terbaik untuk melibatkan mereka.
  5. Setiap rencana untuk inisiatif baru, untuk perubahan atau untuk penyelesaian masalah, harus mencakup rencana bagaimana Anda akan menginformasikan dan / atau melibatkan orang-orang yang perlu mendukungnya.
  6. Saat Anda melanjutkan, perhatikan bagaimana, bukan hanya apa yang Anda lakukan.
  7. Percayai orang-orang Anda. Milikilah keberanian untuk bertanya, dengarkan, dan lepaskan kendali. Anda cenderung mendapatkan hasil yang lebih baik.

Kenyataan yang harus disadari dan difahami dengan sungguh-sungguh adalah bahwa tidak mungkin semua orang memiliki orientasi yang sama dalam melakukan pekerjaannya di dalam perusahaan. Bisa saja banyak karyawan yang memiliki kecenderungan fokus hasil ketimbang proses, atau sebaliknya lebih banyak yang orientasi proses ketimbang yang menyukai hasil.

Kata kuncinya adalah bahwa seorang manajer atau ceo harus memiliki informasi yang akurat tentang setiap karyawannya. Dengan data itulah maka seorang pemimpin bisa mengembangkan style kepemimpinan yang cocok untuk mensinergiskan semua potensi yang dimiliki oleh semua karyawannya.

Sebab setiap orang harus terus bertumbuh dan berkembang sesuai dengan karakteristik dan talenta yang masing-masing dimiliki tanpa harus menjadi seperti pribadi orang lain.

Seorang Guru Kehidupan memberikan pesan yang sangat baik dan bijak dengan berkata : "...janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai jika kita tidak menjadi lemah"

Yupiter Gulo, 17 November 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun