Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penentu Harga Diri Anda

29 Oktober 2018   14:10 Diperbarui: 8 November 2018   09:11 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://ibfgi.com/korupsi-dan-suap-menyuap-serta-akibat-buruk-bagi-si-pelaku-dan-keluarganya/

Cara Menentukan Harga Diri Anda

Kasus-kasus OTT KPK terhadap ratusan kepala daerah dan kepala pemerintahan darerah serta para pimpinand annggota DPR/D memperlihatkan bagaimana mereka menetapkan harga bagi dirinya sendiri untuk dibeli oleh para penyuap dan transaksipun terjadi. Artinya, oranglah yang memberikan dan menentukan harga bagi dirinya.

Kasus OTT KPK merupakan contoh yang sangat bagus bagaimana seseorang salah dalam menentukan harga bagi dirinya sendiri. Bukan persoalan apakah nilainya rp 10 juta saja atau 500 miliar misalnya. Karena sesungguhnya, ukuran harga diri seseorang pada dasarnya tidak bisa diukur dengan rupiah. Mungkin ilustrasi yang diberikan oleh seorang Guru Besar akan membantu untuk Anda tidak keliru menentukan harga bagi diri Anda.

Di sebuah kelas mata kuliah Filsafat, seorang Guru Besar atau Profesor  mengajukan sejumlah pertanyaan kepada mahasiswa dan mahasiswanya memberikan tanggapan yang sangat menarik sekaligus pembelajaran tentang nilai atau harga kehidupan bagi seseorang.

Pertanyaan pertama, "menurut kalian berapa harga selembar kertas?"  Kemudian tak lama seorang mahasaiswanya memberikan jawaban, "...sangat tergantung dari apa ISI kertasnya Prof!. Artinya, apabila  kertas itu berupa surat cek/giro yang BERISI nominal dengan jumlah yang banyak, tentu kertas itu akan menjadi sangat berharga.".

Pertanyaan kedua, kemudian si Profesor melanjutkan pada pertanyaan berikut dan bertanya lagi, "Sekarang menurut kalian, sebutkan berapa harga sebuah kanvas?"Lalu, seorang mahasiswa lain menjawab demikian, "...menurut saya Prof, harga sebuah kanvas itu sangat tergantung dari siapa pelukis kanvas itu!". Jawab seorang mahasiswa di bangku depan.  Dan sang Guru Besarpun tersenyum sebagai tanda dia puas akan jawaban mahasiswa tersebut, sehingga dia melanjutkan pada pertanyaan yang berikut.

Pertanyaan ketiga, baiklah para mahasiswa, saya punya pertanyaan berikut yang juga sangat sedeerhana, yaitu "...menurut Anda semua, sesungguhnya berapa harga sebuah buku?". Mahasiswa lain memberikan  mengangkat tangan dan memberikan jawaban, "...menurut saya, harga sebuah buku itu sangat ditentukan dan tergantung siapa penulisnya". Lagi sang professor tersenyum mewah sebagai petunjuk dia senang dengan respon mahasiswa yang satu ini, bahkan suasan kelaspun menjadi hangat dan aura semangat sangat terasa. Saya memiliki pertanyaan berikut agar diberi jawaban yang baik, demikian Sang Guru Besar meloanjutkan kuliahnya.

Pertanyaan keempat, "...menurut kalian, yang sering meninton, berapa harga sebuah film?". Karena mahasiswa berebut menjawab, Profesor menunjuk seorang mahasiswi untuk memnjawabnya. Mahasiswi ini menajwab "...menurut saya Prof, harga sebuah film sangat ditentukan oleh siapa pemain dan sutradaranya". Demikian sahut mahasiwa yang diikuti senyum dan ketawa kecil para mahasiswa lain didalam kelas kuliah Filsafat ini.

Profesorpun betul-betul puas dan menarik nafas panjang-panjang, lalu berkata kepada mahasiswanya, baiklah kalau demikian, saya punya pertanyaan yang terakhir untuk dijawab, agar diperhatikan dengan seksama dan baik-baik.

Pertanyaan kelima, "bila kalian merenungkan dengan sungguh-sungguh, maka menurut kalian, berapa harga sebuah KEHIDUPAN Anda, berapa harga diri Anda?" Rupanya pertanyaan terakhir ini tidaklah mudah dan diluar dugaan dari para mahasiswanya. Suasana kelaspun menjadi hening karena tidak ada yang langsung merespons pertanyaan terakhir dari Sang Guru Besar kuliah Filsafat ini.

Mengapa menjadi hening dan tidak spontas dijawab oleh mahasiswa, karena yang sedang ditanyakan oleh sang professor ada bukan barang, bukan buku, bukan film, bukan kertas, dan bukan harga makanan. Ini adalah harga diri si mahasiswa yang dimiliki saat ini dan saat mendatang hingga ajal menjemputnya. Akhirnya professor memecahkan keheningan kelas denga menjawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun