Pemimpin Harus Mengenal Perangkap yang Menjatuhkannya
Siapa bilang menjadi seorang pemimpin itu mudah? Kalau menjadi pemimpin itu gampang pasti banyak orang yang sudah menjadi pemimpin-pemimpin hebat, dan perusahaan akan sukses dan akan menjadi yang terbaik.
Memasuki abad 21 yang dikenal dengan era revolusi industry 4.0, menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah. Walaupun banyak yang ingin menjadi seorang pemimpin tetapi tidak banyak yang mampu berhasil didalam menjalankan peran kepemimpinannya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Harvrad Business Review sampai pada kesimpulan kunci, yaitu (i). Dua orang dari 5 orang CEO, atau Pemimpin Perusahaan, menemui kegagalan menjalankan tugas dan perannya hanya dalam waktu kurang dari 18 bulan saja, dan ke (ii). 30% dari 500 CEO, Pimpinan Eksekutuif tertinggi dalam korporasi, tidak bertahan, alias berhenti dalam jangka waktu 3 tahun saja.
Ini artinya tidaklah mudah menjadi seorang Leader yang sukses dan mencapai puncaknya. Ini tidak berarti tidak ada yang berhasil. Tetapi yang menarik adalah apa penyebab mengapa ada gagal menjalankan tugasnnya sebagai pemimpin dalam suatu organisasi.
Kesalahan mendasar yang tidak difahami dengan betul oleh banyak orang adalah bahwa menjadi seorang pemimpin itu bukan urusan pribadi, individual atau personal. Tetapi menjadi pemimpin, atau menjalankan tugas pokok sebagai pemimpin, harus difahami dalam konteks sosial, atau interaksi sosial.
Banyak orang menjadi pemimpin, tetapi sama sekali tidak memiliki pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan sosial atau social skill yang sangat dituntut ketika menjadi seorang pemimpin. Kemampuan ini dibutuhkan bagi seorang pemimpin karena sesungguhnya ada banyak jebakan yang dihadapi oleh seorang pemimpin.
Dalam berbagai kajian, dikenal  ada 4 jebakan utama bagi seorang pemimpin, yaitu
Pertama, Jebakan Boneka
Jebakan boneka dikenal juga dengan istilah "the marionette trap". Jebakan ini menjelaskan bahwa seorang pemimpin menjalankan tugas dan fungsinya hanya berdasarkan dengan apa yang sudah tertulis dan diinstruksikan oleh kebijakan yang sudah ada dalam perusahaan. Pemimpin seperti ini cenderung hanya bermain aman saja, atau safety player dengan tidak melanggar semua ketentuan yang sudah digariskan.
Dalam praktek, pemimpin yang yang terjebak sebagai boneka ini sama sekali tidak memiliki inisiatif untuk mengakomodir keinginan, inspirasi dan masukan dari tim kerja, karyawan dan orang lain yang sesungguhnya akan lebih banyak memberikan manfaat untuk suksesnya sebuah kinerja.