Hanya bangsa yang besarlah yang bisa menghargai prestasi dari anak-anak bangsanya sendiri. Dan akan menjadi motivator dan motivasi yang sangat kuat bagi siapa saja untuk mencapai prestasi yang membanggankan bangsa ini, sekarang dan dimasa depan.
Didalam teori motoivasi, yang dikenal dengan Expectaion Theory of Motivation menjelaskan bahwa apabila kinerja dan capaian oleh seseorang akan dihargai, diapresiasi tidak saja dengan tepuk tangan, dan penghormatan tetapi juga dengan materi atau reward, maka setiap orang akan terus berjuang untuk mencetak prestasi yang dihargai itu.
Budaya menghargai prestasi ini, akan menjadi instrument penggerak  dinamika kerja setiap orang untuk terus mencoba dan mencoba hingga puncak prestasinya.
Inilah sesungguhnya yang terjadi dalam dunia olah raga dan seni, yang sangat mudah dilihat capaian atau performa setiap orang.
Kebangkitan para Difabel di Indonesia
Pesta Olahraga Difabel pada level Asia dan dikenal dengan istilah Asian Para Games, merupakan ajang olahraga untuk atlet-atlet yang mengalami cacat fisik atau difabel.
Harus diakui bahwa ajang olah raga difabel ini merupakan indikator kebangkitan bagi para difabel di Indonesia. Indonesia memiliki populasi penduduk yang termasuk difabel sangatlah besar, yaitu sekitar 121% dari total penduduk, berarti ada sekitar 30 juta penduduk Indonesia yang termasuk difabel dengan asumsi 250 juta penduduk.
Sebuah jumlah yang sangat besar dan tentu saja merupakan potensi dan kekuatan yang sangat besar untuk diberdayakan dalam segala aspek kehidupan.
Dengan keberhasilan dalam APG 2018, ini menjadi indikasi pentingnya diberi perhatian extra pada kaum difabel. Artinya bila mereka diberi kesempatan maka mereka bisa menunjukkan kinerjanya secara baik.
Dalam dunia kerja di korporasi misalnya, sudah saatnya ditingkatkan ketentuan yang memberikan kesempatan kepada sekian % kaum difabel untuk bekerja di perusaahaan, agar ada kesetaraan kesempatan yang bisa dinikmati.