Gempa berkekuatan 7,4 Â pada SR mengguncang bumi Palu dan Donggala dan menggetarkan semua kehidupan yang ada diatasnya bahkan mengguncang dengan sangat dahsyatnya sehingga apapun yang berdiri yang tidak kuat kokoh akan roboh, runtuh dan rata dengan tanah, bahkan amblas ditelan bumi, karena dimana-mana retak terjadi bahkan tanah bergerak seakan bergoyang kesana kemari.
Gempa sungguh dahsyat sudah meluluhlantahkan semua kehidupan di bumi Palu dan Donggala. Ternyata alam seakan murka sangat dahsyat, karena bukan hanya goyangan bumi yang dialami oleh penduduk Palu dan Donggala, tetapi alamnya juga mengirimkan lagi "air-bah". Gelombang Tsunami  yang menyempurnakan kehancuran hidup ditanah Palu dan Donggala.
Segala puing-puing bangunan dan insfrastruktur yang hancur berantakan, Â kemudian disapu habis oleh gelombang tsunami setinggi 2 sampai 3 meter, sedemikian rupa sehingga lengkaplah kehancuran yang dialami oleh kota Palu dan Donggala yang menjadi pusat kehidupan dan pemerintahan Provinsi Sulawesi Tengah itu.
Alam yang seakan sedang murka dan marah, dalam waktu sekejap kehidupan yang sudah ditata, dikelola dan dikembangkan oleh masyarakat Palu dan Donggala sirna seketika tiada bekas, karena banyak orang yang juga  tersapu bersih oleh gempa dan gelombang tsunami dahsyat ini.
Antara percaya dan tidak percaya, begitulah yang dialami oleh masyarakat Palu dan Donggala. Karena bencana gempa dan tsunami benar-benar sulit diprediksi kapan datangnya. Ketika dia datang, bagaikan pencuri yang sangat jahat, dan dia mengambil semuanya tanpa kenal belas kasihan.
Orang-orangpun seakan akan hanya menjadi penonton saja tanpa bisa berbuat apa-apa yang menyelamatkan keadaan bahkan menyelamatkan diri sendiri sekalipun.
Palu dan Donggal berduka sangat dalam dan sangat berat. Melukai kehidupan yang sngat mendasar dan tak mudah dilupakan begitu saja. Perasaan dan pikiran pasti bercampur aduk, bahkan sangat mungkin  hidup berada pada titik nadir yang terbawah, yaitu meaningless. Hidup tidak berarti lagi, bahkan seakan hidup ini sudah kiamat.
Betapa tidak, dalam waktu sekejap, tidak saja bangunan dan infrastruktur ludes dan hancur seketika, tetapi sampai saat ini diidentifikasi 832 orang meninggal dunia, banyak lagi yang hilang sedang dicari dan korban luka pasti sangat banyak. Begitu banyak kisah pilu terus bermunculan, dengan kisah korban yang harus terpisah dengan orang-orang yang dikasihinya. Anak pisah dengan ibu dan bapakmya karena meninggal dan tercerai berai.
Tidak hanya Palu dan Donggala yang berduka. Kita semua juga berduka menyaksikan bencana alam gempa bumi dan tsunami disana. Indonesia semua berduka atas penderitaan masyarakat Palu dan Donggala. Walaupun tidak semua mampu mengungkapkan langsung kesedihan ini, saya sangat yakin dimensi kemanusiaan masyarakat Indonesia memiliki perasaan yang sama, yaitu perasaan pilu, dan berduka yang tak mudah untuk diukur dengan apapun juga.
Ketika tidak semua mampu membantu secara fisik dan materi, saya yakin setiap orang rakyat Negeri ini pasti mengirimkan doa dan penguatan spiritual untuk masyarakat Palu dan Donggala.
Sesungguhnya, bencana gempa bumi dan gelombang tsunami ini bukanlah yang pertama bagi republik ini. Bahkan hampir setiap tahun kita alami di berbagai lokasi bumi pertiwi ini.Â