Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ketika Orang Membeli Waktu dan Ruang, Sesungguhnya Apa yang Sedang Dicari dan Dikejar?

16 September 2018   08:27 Diperbarui: 16 September 2018   12:05 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://blog.famicity.com

Apabila setiap orang memahami perbedaan dirinya sendiri dengan Tuhan yang diyakini dan diimaninya maka seharusnya setiap orang itu akan menjalani hidup kesehariannya dengan penuh sukacita, gembira dan damai sejahtera senantiasa.

Namun, yang terjadi dalam kenyataannya, setiap orang tidak gembira, tidak ada sukacita, tidak nampak memiliki damai dan jauh dari sejahtera. Ironisnya, kenyataan ini terus menerus terjadi setiap hari. Saat seseorang bangun di pagi hari, dan menjalani sepanjang hari dalam pekerjaannya dan diakhiri disore hari tanpa sukacita dan kedamaian. Apa yang terjadikah dengan diri setiap orang ini?

Ketika bangun di pagi hari, lalu melihat jam dinding dan Anda mulai panik karena takut terlambat tiba di tempat kerja, takut terlambat ditinggal bus atau kerate api, bahkan takut kena macet. 

Ketika sudah berada di tempat kerja, sekali lagi melihat jam dinding dan Anda mulai panik lagi, karena takut target hari ini tidak tercapai, pekerjaan tidak selesai, dan mulai was-was karena bos Anda akan datang menagih pekerjaan Anda. 

Kemudian di sore hari, menjelang pulang dari tempat kerja, Anda melihat jam dinding dan mulai ada kepanikan karena takut terlambat kendaraan umum, bus, kereta atau angkot, dan takut terkena macet, dan takut kemalaman pulang sampai dirumah.

Begitulah kehidupan setiap orang saat ini. Menjalani hidupnya dalam keadaan terburu-buru, tergesa-gesa, dan berlari-lari agar semua ketakutan yang diciptakannya itu bisa diatasinya dengan segera. 

Setiap orang seakan sedang berada dalam perlombaan untuk berlari-lari mengejar dan mengatasi ketakutan yang ada di dalam pikirannya. Dan lihat, perlombaan berlari ini terus menerus terjadi, bahkan tensinya semakin meninggi dan ketergesa-gesaan dan keterburu-buruan itupun dipastikan akan semakin meninggi.

Pertanyaannya adalah apakah di dalam ketergesa-gesaan dan keterburu-buruan itu seseorang bisa menikmati sukacita dan damai sejahtera? Bila dijawab dengan jujur, jawabannya adalah tidak ada. Tidak ada kedamaian dalam keadaan terburu-buru, bahkan menikmati segelas airpun tidak bisa, sebab semuanya dilakukan sambil berlari-lari dan kalau perlu melompat-lompat.

Seseorang bertanya, lalu apakah ada yang salah apabila saya menjalani hidup dengan terburu-buru? Karena saya ingin mengejar tujuan dan target hidup saya, sebab kalau saya tidak tergesa-gesa maka saya akan kehilangan hasil yang saya kejar.

Ini sangatlah benar dan manusiawi adanya. Setiap orang terburu-buru untuk mengejar target, tujuan dan mimpi-mimpinya. Sebab bila tidak berlari mengejarnya maka mimpi tinggallah mimpi saja dan hasilnya akan menjadi kekecewaan dan mungkin saja penyesalan seumur hidup. Dan setiap orang pasti tidak menginginkan ada kekecewaan dalam hidupnya. Sebab kekecewaan itu, sesungguhnya racun kehidupan yang akan merusak hidup ini sampai ke akar-akarnya.

Menjadi perenungan mendasar bagi setiap orang adalah apakah harus terburu-buru untuk mengejar mimpi dan target hidup ini? Haruskah setiap orang terus berlari-lari setiap hari untuk mengejar apa yang menjadi mimpinya? Bila dijawab dengan jujur, maka jawabannya, harusnya tidak perlu terburu-buru, tidak usah tergesa-gesa, apalagi sampai menciptakan kekecewaan dan kekesalan dalam perjalanan itu. Sangat tidak membuat hidup menjadi damai dan sukacita.

Tanyakan kepada orang yang sudah berhasil, apakah mereka terburu-buru mengejar targetnya? Sebab, yang bisa disaksikan adalah ada begitu banyak orang yang dianggap sukses mencapai target pekerjaan dan profesinya tetapi sama sekali tidak mengalami sukacita, kegembiraan dan damai sejahtera. 

Tapi, perhatikan sekor siput yang sedang merayap. Apakah dia tergesa-gesa menjalani hidupnya? Nampaknya tidak ya. "Tetapi ingat bahwa seekor siput yang mungil bisa sampai ke dalam bahtera Nabi Nuh karena ia tekun berjalan!"

https://blog.famicity.com
https://blog.famicity.com
Menarik untuk direnungkan mengapa setiap orang harus terburu-buru untuk mengisi dan menjalani hidupnya setiap hari. Jawabannya menjadi dasar pemahaman dan menyadarkan orang tentang hakekat yang membedakan antara Tuhan dengan Manusia, dari dua dimensi yaitu dimensi waktu dan dimensi ruang/tempat.

Manusia sangat dipengaruhi oleh dimensi waktu dan ruang sementara Tuhan tidak dipengaruhi oleh dimensi waktu dan ruang. Artinya, manusia dikendalikan oleh waktu dan ruang sehingga setiap orang selalu berpikir, beraktifitas dan bermimpi dalam konteks waktu dan ruang. 

Manusia selalu melihat tanda waktu karena hidupnya selalu diukur dengan waktu yang ada dan tersedia. Demikian juga dengan ruang dan tempat, manusia selalu dikendalikan oleh tempat sehingga manusia selalu berpikir tempat kerjanya, rumahnya, tempat ibadahnya, kampungnya, dan seterusnya.

Setiap manusia mengikatkan diri dengan dua dimensi itu, yaitu waktu dan ruang, dan karenanya manusia memberikan nilai yang sangat tinggi terhadap waktu dan ruang itu. Setiap orang tidak mau kehilangan waktu dan ruang yang ada. Bila perlu dia akan membeli waktu dan ruang itu, seberapapun harganya dia akan membelinya.

Akibatnya adalah setiap orang terjebak dalam permainan lingkaran setan antara dua dimensi itu, waktu dan ruang. Dan karenanya menjadi peluang yang sangat mahal untuk diperjualbelikan. Jadilah lahirnya industri yang memproduksi waktu dan ruang itu. Semakin mahal waktu dan ruang yang dijual semakin banyak orang yang kaya akan membelinya.

Contohnya adalah bisnis transportasi, semakin mahal semakin laris dan semakin dicari dan dikejar dan diburu orang. Mengapa orang rela membeli atau membayar mahal untuk sampai kesuatu tempat? Karena mengejar waktunya. Demikian juga mengapa orang rela membeli dan membayar mahal untuk sebuah rumah mewah di atas bukit yang indah? Karena menurutnya dimensi ruang sangat mahal baginya.

Inilah persoalan besar yang dihadapi setiap orang dalam hidupnya, yaitu mengendalikan dimensi waktu dan ruang itu. Seharusnya manusia mengendalikan waktu dan ruang yang dimilikinya, tetapi kenyataannya manusia membiarkan dirinya dikendalikan oleh waktu dan ruang itu, Akibatnya, manusia selalu saja menjadi terburu-buru dan tergesa-gesa, dan karenanya manusia itu tidak menikmati sukacita, kegembiraan dan damai sejahtera dalam hidupnya.

Mari merenungkan bagaimana Tuhan yang diyakini dan diimani itu sama sekali tidak terburu-buru. Karena memang dia tidak dikendalikan oleh waktu dan ruang. Tuhan tidak dibatasi oleh waktu dan ruang, sehingga dia bebas untuk menentukan waktu dan ruangnya sendiri.

Apakah manusia dan setiap orang bisa menjadi seperti Tuhan? Yang pasti, setiap orang bisa menjadi menyerupai seperti Tuhan yang diyakini dan diimaninya. Sebab seekor siput mungil saja bisa sampai dan masuk ke dalam bahtera NabiNuh pada waktunya sehingga dia selamat. Dan kalau siput saja bisa masuk bahtera Nuh, apakah manusia dan setiap orang bisa masuk juga dalam bahtera Nuh ?

YupG. 16/9/2018.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun