Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kunci Rahasia Menjadi Pribadi yang Berhasil

30 Agustus 2018   13:19 Diperbarui: 14 September 2018   08:30 1011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Setiap orang menginginkan menjadi pribadi yang berhasil atau sukses dalam kehidupannya. Oleh karena itu setiap orang terus berusaha mencari cara untuk bisa menjadi orang yang berhasil.

Tidak semua orang bisa menjadi pribadi yang berhasil dan sukses.  Ini menjelaskan bahwa untuk menjadi pribadi yang berhasil itu tidaklah mudah. Sebab, kalau mudah atau gampang maka semua orang akan menjadi orang-orang yang berhasil.

Ukuran Berhasil

Seperti apa orang yang berhasil itu? Apa yang menjadi ukuran untuk menentukan seseorang termasuk berhasil dalam pekerjaan, aktifitasnya atau bahkan dalam kehidupannya?

Orang yang berhasil itu adalah yang menjalankan kehidupannya dengan tujuan yang jelas dan mampu mewujudkan tujuan yang sudah ditetapkannya

Jadi, untuk menilai seseorang itu berhasil dan sukses atau gagal, harus difahami apa yang menjadi tujuan maupun target yang ingin dicapainya. Tentu saja ukuran dari target itu menjadi sangat penting sebagai dasar menilai keberhasilannya. Sangat mungkin capainnya 100% atau kurang dari 100%, atau bisa juga melebihi 100%.

Contoh yang sangat sederhana dan aktual saat ini adalah, Pemerintah Indonesia menetapkan salah satu sukses Asian Gaames 2018 adalah memperoleh Medali Emas minimal 16 sampai dengan 21 Medali, dan masuk dalam kategori 10 besar Negara peserta Asian Games 2018. 

Nah, hingga Rabu, 29 Agutus 2018, Tim Indonesia telah mengumpulkan Medali Emas sebanyak 30 medali. Ini artinya, tujuan atau targetnya tercapai bahkan lebih dari 100%. Oleh karena itu, Indonesia mampu mewujudkan salah satu ukuran sukses Asian Games 2018, dan Indonesia termasuk Negara Berhasil.

Menetapkan Keberhasilan

Perbedaan setiap orang untuk mencapai keberhasilan itu terletak pada kemampuan untuk menetapkan apa yang menjadi tujuan/mimpi/cita-cita yang hendak diwujudkannya.

Kenyataan yang ada dan dialami oleh banyak orang, tidak memiliki tujuan hidup. Kalaupun ada tujuannya, tetapi tidak jelas, abu-abu, antara ya dan tidak. Akibatnya adalah tidak menyadari apa yang dilakukan setiap hari, arah hidupnya tidak jelas, tidak memiliki fokus, dan pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki tidak optimal bahkan cenderung menjadi sia-sia dan mubazir. Ibaratnya, seperti kapal yang tidak memiliki kompas, penunjuk arah yang mau dituju, akibatnya kapal itu hanya akan berputar-putar saja di lautan lepas dan luas, dan sangat mungkin akan bertabrakan, karam bahkan tenggelam.

Sebaliknya, orang yang dengan sungguh-sungguh menyadari pentingnya hidup ini akan merumuskan apa yang menjadi tujuan hidup yang harus dicapainya, secara jelas, realistis, terukur, dan sanggup mencapainya. Maka dipastikan seluruh sumberdaya yang dimilikinya, tenaga, waktu, pengetahuan, ketrampilannya akan dikumpulkan sebagai modalnya agar tujuan dan mimpinya bisa diwujudkan tepat waktu.

Setiap orang pasti memiliki tujuan yang berbeda-beda, dan oleh karenanya keberhasilan yang dicapai setiap orang juga berbeda-beda. Artinya, keberhasilan seseorang tidak bisa dipakai untuk mengukur keberhasilan orang lain, sebab memang tidak cocok dan sesuai. Kesalahan yang sering sekali dilakukan banyak orang adalah "membanding -bandingkannya dengan orang lain tanpa faham betul tujuan hidup orang lain itu".

Jangan Nato, Nado dan Naco

Menjadi pribadi yang berhasil dan sukses tidaklah muncul dengan sendirinya, tetapi harus melalui proses yang pembelajaran kehidupan yang panjang dan tentu saja bertahap. Seseorang yang dianggap termasuk berhasil dan sukses itu dipastikan telah melalui proses dan tahapan yang penuh dengan suka-duka, up and down, jatuh-bangun, susah-senang, bahkan mungkin saja dengan keringat dan air mata.

Memang perlu dan menjadi penting untuk mendengar dan mempelajari pengalaman orang sudah berhasil, terutama mencari jawaban terhadap pertanyaan "bagaimana bertahan dalam proses yang panjang dan sulit?", atau "apa pilihan sikap hidup yang diambil ketika mengalami kesulitan dan hambatan-hambatan?".

Perlu disadari bahwa ada "jarak-waktu" antara keadaan sekarang dengan tujuan yang mau dituju oleh setiap orang. Jarak ini bisa sangat jauh, namun bisa juga sangat dekat. Yang menarik adalah bahwa ada banyak faktor yang mengganggu jarak itu, sehingga sangat mungkin seseorang tak pernah sampai ke tujuannya karena faktor pengganggu itu. Yang dibutuhkan adalah kenali dengan cermat faktor-faktor pengganggu itu.

Ada tiga faktor unik yang menjadi faktor penghambat seseorang untuk sampai ke tujuan akhir sebagai target keberhasilannya. Ketiga faktor itu kita sebut saja sebagai NATO, NADO dan NACO.

NATO singkatan dari kata-kata "Not Action Talk Only". Menunjukkan kebiasaan orang yang terlalu banyak bicara dan omong tetapi miskin tindakan. Sering mengumbar bicara dan janji-jani saja tetapi tidak pernah berusaha meuwujudkannya. Cenderung merasa paling tahu banyak hal dalam segala hal. Bila orang memelihara kebiasaan ini maka dipastikan dia tidak pernah berhasil sampai ketujuan akhirnya.

NADO merupakan singkatan dari kata-kata "Not Action Dream Only". Faktor kedua ini merupakan kebiasaan orang yang masih tidak berorientasi pada tindakan nyata, karena waktunya lebih banyak untuk bermimpi, mengkhayal dan membayangkan terus masa depan yang indah-indah saja. Seorang "nado" hanya mampu memproduksi Visi tetapi tanpa tindakan nyata, sehingga boleh dikatakan "mimpi doang". Jenis orang-orang seperti ini juga tidak banyak membantu merubah keadaan menjadi lebih baik, walaupun banyak orang yang suka dengar mimpi-mimpi indahnya saja tetapi namanya juga mimpi, ya tidak pernah menjadi kenyataan, karena memang orang seperti ini tidak tahu bagaimana mengeksekusinya.

NACO singkatan dari kata-kata "Not Action Concept Only". Ini jenis orang yang miskin tindakan tetapi kerjanya buat membahas, mengolah dan membuat konsep atau bahkan teori saja. Kebiasaan seperti ini lebih banyak menghabiskan waktunya dibelakang meja atau "didepan komputer" untuk mengumpulkan, mengolah, menganalis data atau fakta-fakta sebagai masukan dalam membuat konsep atau teori, tidak berorientasi tindakan sebagai syarat utama membuat perubahan.

Pribadi yang berhasil itu adalah orang yang mampu membuat perubahan atau perbedaan yang nyata dari dengan mencapai tujuannya. Dan hanya tindakan atau "actions"-lah yang bisa membuat perubahan itu, bukan sekedar bicara dan ngomong saja, juga tidak hanya sekedar bermimpi saja, dan tidak hanya sekedar membuat konsep atau teori saja.

Bakat versus Percaya Diri

Mencapai garis tujuan, mewujudkan mimpi dan cita-cita harus dijalani dengan penuh perjuangan, tekad-bulat, semangat dan antusiasme yang tidak pernah mati. Pribadi-pribadi yang tidak pernah lelah dan capek untuk terus berjalan menuju tujuan akhir.

Orang-orang yang gagal mencapai garis finish keberhasilan sering sekali menghakimi dirinya tentang kegagalan yang mereka alami. Misalnya, merasa tidak memiliki bakat atau talenta, atau tidak memiliki kemampuan. Sementara orang yang berhasil dianggap memiliki bakat sehingga menjadi pribadi yang berhasil.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan itu bukan ditentukan oleh bakat yang dimiliki seseorang, tetapi "tergantung pada tingkat kepercayaan diri yang dimiliki. Ya, self-confidense menjadi penentu keberhasilan seseorang.

Percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri. 

Oleh James Neill memperkenalkan 4 unsur kepercayaan diri, yaitu Self-concept, Self-esteem, Self-efficacy dan Self-confidence.

Self-concept, bagaiman seseorang menyimpulkan dirinya secara keseluruhan, bagaimana melihat potret diri secara keseluruhan, bagaimana mengkonsepsikan diri anda secara keseluruhan.

Self-esteem, sejauh mana seseorang punya perasaan positif terhadap dirinya sendiri,  sejauhmana punya sesuatu yang  dirasakan bernilai atau berharga dari dirinya, sejauh mana meyakini adanya sesuatu yang bernilai, bermartabat atau berharga di dalam dirinya.

Self-efficacy, sejauh mana seseorang punya keyakinan atas kapasitas yang dimiliki untuk bisa menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil yang bagus (to succeed). Ini yang disebut dengan general self-efficacy. Atau juga, sejauhmana meyakini kapasitas di bidangnya dalam menangani urusan tertentu. Ini yang disebut denganspecific self-efficacy.

Self-confidence, sejauhmana seseorang punya keyakinan terhadap penilaiannya atas kemampuan sendiri dan sejauh mana bisa merasakan adanya "kepantasan" untuk berhasil. Self-confidence itu adalah kombinasi dari self-esteem dan self-efficacy

Oleh karenanya, maka musuh dari percaya diri adalah sikap keragu-raguan atau ragu-ragu. Ketika seseorang ragu dalam menjalan kegiatannya maka kemungkinan gagal sangat tinggi. Orang yang berhasil pada dasarnya adalah orang yang mampu mengelola keragu-raguannya.

Paling tidak ada tiga cara sederhana untuk menghilangkan keragu-raguan dan sekaligus mengisinya dengan meningkatkan kepercayaan diri.

1. Tinggallah bersama orang-orang yang percaya diri.

Ada kata-kata bijak demikian, "apabila Anda bergaul dengan orang gila maka Anda akan ikut gila". Fahamilah bahwa lingkaran teman-teman yang mengelilingimu dapat mengembalikan otak dengan baik. Menjadi penting untuk berhati-hati memilih teman-teman  dalam menjalani kehidupan keseharian.

Hanya dapat mengubah hidup jika mampu mengubah lingkungan, dan teman-teman Anda memainkan peran utama dalamnya. Bangun dan kelilingi diri dengan orang-orang yang percaya diri, sukses, dan pasti juga akan membuat berpikir dan bahkan bertindak dengan cara yang sama.

2. Rangkul peluang kegagalan

Salah satu alasan utama meragukan diri sendiri adalah karena takut gagal. Tidak ada yang mau mempermalukan diri sendiri atau menunjukkan kelemahan kepada orang lain dengan sebuah kegagalan. Tetapi fahamilah bahwa sesungguhnya kegagalan itu hanyalah bukti bahwa Anda sudah berani mencoba. Sebab ada perbedaan yang sangat besar antara sudah mencoba tetapi gagal dibandingkan tidak gagal karena tidak pernah mencobanya.

3.  Langgar zona kenyamanan Anda

Zona nyaman itu penyakit akut yang mampu membunuh semangat seseorang. Oleh karenanya keluarlah dari zona nyaman itu dan lihat dengan mata dan pandangan yang berbeda. Ini tentu tak mudah, apalagi secara instan keluar dari zona itu. Dibutuhkan waktu yang agak panjang agar mampu memasuki zona yang baru.

 Jadilah Pelaku Perubahan 

Memiliki dan merumuskan tujuan saja tidaklah cukup tetapi haru selalu diikuti dengan tindakan atau actions, karena hanya dengan tindakanlah akan terjadi perubahan. Hanya dengan tindakanlah maka seseorang akan lebih dekat dengan tujuan dan mimpi serta cita-citanya. Tanpa tindakan, semuanya hanya tinggal catatan diatas kertas, dan memori dalam pikiran.

Dengan demikian, maka berlatih dan terus berlatih untuk melakukan, bertindak seseorang akan terhindar dari “penyakit Nato – Nado – dan Naco”.

Dalam formulasi sederhana, resep ini disebut sebagai PDAC. Singkatan Plan – Do – Check – Action. Sebuah sikap yang harus dimiliki oleh orang yang membawa perubahan nyata, yaitu tidak hanya sekedar membuat rencana dengan berbagai strategi dan taktik tetapi juga melaksanakannya secara konkrit. PDCA merupakan sebuah system yang terus berulang dalam menjalankan keempat komponen itu tidak terpisah tetapi menyatu dalam tindakan.

PDCA merupakan cara yang paling ampuh untuk menghindari jenis manusia Nato, Nado dan Naco. Pengusaha-pengusaha, para Entrepreneuers yang berhasil, merupakan contoh-contoh manusia yang secara konsisten menggunakan prinsip pdca dalam menjalankan usahanya.

Pribadi yang berhasil merupakan kerinduan dan keinginan semua orang, karena diyakini pribadi yang berhasil itu merupakan pribadi yang berkualitas. Hidup yang benar harus berkualitas sebab hidup itu hanya sekali dan tidak bisa diulangi kembali. Oleh karenanya maka setiap orang harus menyadarinya, agar hidup yang merupakan kesempatan itu dapat dijalankan dengan berarti, bermakna dan tidak sia-sia setelah akhir kehidupan.

pribadi.doc
pribadi.doc
Catatan : Artikel ini merupakan Bahan yang saya sampaikan dalam Seminar Sehari bagi Siswa SMA se Provinsi BABEL di Pangkal Pinang pada Jumat 31 Agustus 2018.

  

Referensi :

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun