Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

The Fed Menggoyang Kestabilan Ekonomi Dunia dan Indonesia

22 Agustus 2018   12:42 Diperbarui: 22 Agustus 2018   13:00 1406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20170712150137-78-227413/dampak-pemangkasan-neraca-fed-pada-ekonomi-indonesia

Kebijakan yang diambil oleh para CEO The Fed menentukan suku bunga dan jumlah uang yang beredar dalam upaya untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan menghindari resesi ekonomi yang sangat tidak diinginkan oleh siapapun. Jika pertumbuhan perlu dipercepat dan lapangan kerja perlu diperbanyak, TheFed akan memberikan kredit ke bank-bank komersial untuk disalurkan dan untuk menjaga kesehatan perekonomian AS sesuatu yang juga dilakukan disetiap negara manapun.

Cara lain The Fed untuk meningkatkan jumlah uang beredar adalah dengan membeli surat berharga pemerintah seperti bond dan lainnya. Cara ini lazim dinamakan quantitative veeasing  (QE) yaitu. menjalankan operasi pasar terbuka. Sebaliknya jika perekonomian dianggap tumbuh terlalu cepat dan inflasi naik tajam, maka The Fed akan menaikkan suku bunga pinjaman dan mengurangi atau berhenti membeli surat berharga pemerintah, sehingga mengurangi jumlah uang beredar dan menentukan buang dari diskonto atau yang sering disebut dengan discount rate. Ini merupakan bunga yang sering dikenakan pada bank-bank yang melakukan pinjaman jangka pendek pada The Fed.

Deregulasi yang luas yang menyebabkan krisis keuangan tahun 2008, skandal talangan dana perbankan dalam menanggapi krisis, kelanjutan siraman uang bebas bunga kepada lembaga-lembaga keuangan yang disebut "terlalu besar untuk gagal" atau dikenal dengan istilan too-big-to-fail, kegagalan untuk memberlakukan pembatasan efektif atas lembaga-lembaga ini setelah krisis, pemotongan brutal ala neoliberal di program jaring pengaman sosial untuk membayar kerugian perjudian keuangan kelas atas, dan kebijakan penghematan lainnya yang sama kejamnya, semua dapat ditelusuri ke kekuasaan politik dan ekonomi oligarki keuangan,

Dampak The FED Bagi Stabilitas Ekonomi Indonesia

The Fed, bank sentral Amerika Serikat membuat acuan rencana kenaikan tingkat bunga sehingga tekanan terhadap rupiah di Indonesia bisa mengalami penurunan. Tekanan The Fed ini sudah diantisipasi oleh Bank Indonesia atau BI dengan cara bahwa setiap risiko yang masih membayangi nilai tukar rupiah telah dipersiapkan mitigasinya oleh bank sentral nasional.

BI masih terus berjaga-jaga dengan intervensi ganda di pasar uang dan surat berharga, sembari terus memberikan stimulus berupa kebijakan penjaminan ketersediaan likuiditas. Misalnya, dengan siaga memberikan penukaran valuta asing atau valas melalui kebijakan FX Swap lelang dan lindung nilai.  Swap ini sangat membantu untuk meyakinkan investor yang memegang dolar AS untuk mau menempatkan dananya hingga nanti suatu saat dia kembali ke luar.

Bila dolar AS cenderung stagnan, maka pergerakan rupiah tetap terbatas karena dari dalam negeripun tidak ada sentimen positif yang mampu mendongkrak rupiah. Sedangkan dari eksternal, keyakinan pasar jelang kenaikan tingkat bunga acuan bank sentral AS, The Federal Reserve masih sama, sehingga belum berpengaruh pada pergerakan dolar AS. Sentimen dari internal berupa defisit neraca transaksi berjalan, current account deficit/CAD, juga masih menjadi risiko, walau pemerintah dan bank sentral nasional telah berkomitmen untuk memperkecil defisit itu.

Mengingat perekonomian Indonesia masih sangat tergantung pada perdagangan dan perekonomian global, maka gejolak terhadap nilai rupiah terhadap dollar Amerika Serikat sangat ssnsitif. Ketika The Fed menentukan nilai suku bunga yang menaik atau tinggi maka nilai rupiah akan bergejolak. Bila Pemerintahan Indonesia tidak mampu mengantisipasinya sangat mungkin kondisi perekonomian Dalam Negeri akan terganggu. Dan tentu saja multiplier efeknya akan sangat banyak bila dibiarkan saja.

[Artikel kiriman dari Dr. Tiolina Evi Pardede, SE, MM, Dosen Senior pada Perbanas Institute Jakarta]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun