Apakah Anda termasuk orang yang tidak menyukai masalah dan kalau bisa menghindari masalah? Saya pikir, wajar ya kalau orang tidak suka pada masalah, apalagi mencari-cari atau membuat masalah.
Hanya orang yang tidak waraslah yang membuat hidupnya terus bermasalah. Pada hakekatnya, setiap orang cenderung untuk tidak mempunyai masalah dalam hidupnya. Memang tidaklah nyaman hidup yang penuh dengan masalah.
Tapi, bila dicermati dengan seksama ada banyak orang yang terjebak dengan yang namanya masalah itu. Saking terjebaknya, hidupnya seakan-akan tidak bisa keluar dari lingkaran masalah itu.Â
Bila berjumpa orang semacam ini, dipastikan hidupnya pasti tidak nyaman. Tidak saja tidak nyaman buat dirinya sendiri tetapi juga buat orang lain yang bersama dan berinteraksi dengannya.
Sangat mungkin orang sangat alergi bahkan trauma terhadap masalah itu, sehingga sangat sensitif bila ada masalah dihadapi. Dan karenanya berusaha menghindar dan tidak bersentuhan dengan yang namanya masalah.
Mari bertanya, sesungguhnya apakah yang namanya masalah itu harus dihindari sedemikian rupa karena begitu menakutkan? Jangan-jangan masalah bukan dihindari tetapi perlu dirangkul dan dikelola dengan benar dan tepat agar hidup tidak menjadi bermasalah!
Dengarkanlah ini. Para ahli mengatakan bahwa "masalah itu merupakan indikator atau petunjuk nyata bahwa apa yanag diharapkan dan direncanakan tidak sesuai dengan dengan kenyataan yang ada dan fakta dihadapi".
Kalau demikian maka jelas bukan, bahwa masalah itu adalah "gap" atau "jarak" antara harapan dengan kenyataan. Antara mimpi dengan dunia nyata tidak sama dan sebangun adanya.Â
Dalam bahasa ilmiahnya, kurang lebih begini: "Semakin besar gap-nya, maka masalahnya semakin besar. Semakin kecil jarak harapan dengan kenyataan maka masalahnya semakin kecil. Kalau antara harapan dan kenyataan yang ada sama dan sebangun maka tidak ada masalah"
Ternyata begitu sederhananya apa yang disebut dan dinamakan masalah itu. Bukan sesuatu yang menakutkan adanya.Â
Kalau selama ini ada begitu banyak orang yang takut pada yang namanya msaalah, nampaknya itu kesalahan pengertian dan pemaknaan pada masalah itu. Disana terjadi mis-persepsi dan mis-understanding, atau salah persepsi dan salah pengertian.
Artinya pula bahwa pada umumnya orang salah memberi makna pada yang namanya masalah atau problem itu. Sehingga, dapat disederhanakan bahwa "masalah" atau problem itu bukan masalah dihindari atau dihadapi.Â
Bukan pilihan bahwa lebih baik dihindari ATAU dihadapi. Tetapi, merupakan bagian dari proses dan perjalanan kehidupan setiap orang setiap hari.
Setiap orang memiliki harapan dan rencana yang hendak dicapai dan diwujudkan setiap hari. Kemudian diakhir proses dia akan menghadapi situasi yaitu "apakah harapan dan kenyataan sudah sama atau belum".Â
Bila sudah sama maka tidak ada masalah, tetapi bila belum sama antara harapan dan kenyataan maka muncul masalah. Inilah kenyataan hidup setiap orang yang masih hidup dan menjalaninya dengan harapan dan kenyataan.
Karena bagian hidup setiap hari, maka Anda harus mengelolanya. Mengelola dua hal itu, yaitu mengelola harapan/rencana Anda dan mengelola usaha dan upaya mewujudkannya.
Bila pemahaman diatas dapat diterima dan diyakini dengan sungguh-sungguh, maka nampaknya, mengatasi masalah itu menjadi mudah. Bahkan sangatlah mudah bukan?
Mudahnya mengelola masalah yaitu, perkecil jarak atau gap antara harapan dengan kenyataan. Usahakan jarak antara harapan dan kenyataan menjadi sekecil mungkin, maka masalahnya akan sekecil mungkin pula.Â
Bagaimana caranya? Caranya juga kelihatannya mudah, dan tersedia tiga pilihan yang bisa menjadi acuan untuk mengatasi masalah apapun, yaitu:
Pilihan - 1: naikkan/tingkatkan kondisi nyatanya agar mendekati harapan.
Pilihan ini tentu yang ideal karena target harapan tidak dirubah atau diturunkan kebawah dan tetap menjadi acuan dalam melakukan berbagai uasaha dan upaya.Â
Pilihan ini mensyaratkan atau mengsumsikan bahwa sumber daya yang dimiliki seperti waktu cukup, tenaga memadai, anggaran mencukupi, kemampuan dan kapasitas masih cukup, skill dan pengetahuan cukup adanya.Â
Maka, yang dibutuhkan tinggal action saja untuk meningkatkan kondisi nyata menuju garis harapan. Namun, apabila tetap tidak tercapai, maka pertimbangkanlah pilihan kedua berikutnya.
Pilihan - 2 : turunkan harapannya mendekati kenyataan.
Pilihan kedua dapat dipertimbangkan apabila pilihan ideal yang pertama tidak tercapai, yaitu dengan cara turunkan level harapan atau kurangi target rencananya sampai kepada level yang sesuai dengan kemampuan dan sumberdaya yang dimiliki.Â
Sebagai contoh, bila targetnya atau harapannya bisa dicapai dalam waktu 10 bulan, sementara Anda hanya memiliki waktu 5 bulan, maka harapan pasti tidak tercapai. Penyelesaiannya adalah turunkan targetnya dari 100% menjadi 50% saja, sehingga menjadi realistis dari sisi waktu Anda yang tersedia.
Pilihan - 3 : turunkan harapan Anda, dan saat yang sama naikkan kenyataannya, sehingga bertemu di suatu titik.
Pilihan yang ketiga kombinasi antara pilihan pertama dan pilihan kedua, yaitu menurunkan level harapan atau target dan pada saat yang sama sumber dayanya dinaikkan untuk meningkatkan kondisi nyata atau riil yang dimiliki.Â
Bila pilihan ini yang diambil maka, semua rencana yang semula dibuat dirancang ulang baik sisi rencana dan terlebih strategi mencapai harapan itu.
Bila direnungkan dengan sungguh-sungguh, maka kesimpulannya adalah bahwa masalah itu bukan dihindari atau dijauhi tetapi harus dikelola dan dirangkul karena masalah itu bagian utama dalam hidup setiap orang dalam setiap hari.Â
Sejauh manusia memiliki harapan dan mimpi yang ingin diraih, sepanjang itulah masalah selalu hadir, karena ketika harapan dan mimpi tidak sesuai kenyataan maka muncul masalah hidup.
Jangan panik, apalagi takut dan menghindar ketika masalah muncul, karena masalah itu sesungguhnya Anda sendirilah yang menciptakannya. Yang Anda lakukan adalah pahami bahwa masalah itu petunjuk bahwa Anda sedang menghadapi gap, dan gap itu harus segera diselrsaikan dengan cara mengelola harapan dan kenyataan yang ada.
Bila seperti ini sikap yang diambil dan dijalani sepanjang waktu, maka hidup itu bukan masalah tetapi hidup itu untuk dijalani, dinikmati dan dikembangkan dari waktu ke waktu melalui kenyataan yang ada dan harapan yang selalu dinyalakan setiap saat!
 Yupiter Gulo, 14 Agustus 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H